Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bullimia

Pernah mendengar istilah bullimia? Apa itu? Eits, dia nggak sama dengan bullying, ya.

Bullimia Nervosa atau yang akrab disingkat bullimia merupakan suatu gangguan makan yang serius ditandai dengan makan yang berlebihan, kemudian diikuti dengan metode untuk menghindari kenaikan berat badan. Bulimia adalah sebuah gangguan makan yang juga berpotensi mengancam nyawa seseorang.

Bulimia dapat dialami oleh siapa saja, terutama kaum wanita baik yang sudah dewasa maupun yang masih remaja. Mereka merasa tidak puas dengan berat badan atau bentuk tubuhnya. Penderita bulimia cenderung menempuh cara-cara yang tidak sehat untuk menurunkan berat badan. Seperti misalnya mengeluarkan makanan secara paksa, baik dengan memuntahkannya atau menggunakan obat pencahar.

Mengeluarkan makanan yang sudah ditelan secara paksa adalah lerbuatan menyimpang yang tidak seharusnya dilakukan. Sebab berat badan atau tubuh yang ideal dapat diperoleh hanya dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. Seperti, mengatur pola makan baik dari seberapa nutrisi yang masuk dan zat-zat yang tidak diperlukan dapat dikeluarkan. Kemudian melajukan olahraga secara rutin, dan menghindari camilan atau makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Lalu sebenarnya, apa sih, penyebab bullimia bisa diderita oleh seseorang?

Sebenarnya belum ada acuan pasti mengenai apa penyebab bullimia. Namun para ahli menyimpulkan ada beberapa faktor yang mungkin saja mempengaruhi pola makan seseorang yang juga diiringi oleh perasaan menggebu-gebu yang sulit untuk ditahan.

Apa saja faktor-faktor tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Faktor keturunan

Jika salah satu anggota keluarga menderita atau memiliki riwayat bulimia, maka risiko seseorang untuk menderita kelainan yang sama juga akan meningkat.

2. Faktor emosional dan psikologis

Risiko terkena bulimia makin tinggi jika seseorang mengalami gangguan emosional dan psikologis. Seperti depresi, rasa cemas, Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD), dan juga Obsessive Compulsive Disorder (OCD).

3. Faktor lingkungan sosial

Bulimia juga bisa timbul akibat pengaruh tekanan dan kritik dari orang-orang sekitar mengenai bentuk tubuh, penampilan, pola makan, bahkan soal berat badan.

4. Faktor pekerjaan

Ada beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan konsistensi bentuk tubuh yang ideal. Misalnya saja model. Hal ini dapat memengaruhi pola pikir seseorang untuk bagaimana caranya agar tetap bisa makan enak namun badan tetap proporsional hingga mengakibatkan stres dan timbullah si bullimia.

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab yang dikemukakan ileh lara ahli, adapun gejala-gejala yang ditunjukkan oleh para penderita bullimia adalah sebagai berikit:

- Timbulnya hasrat untuk makan secara berlebih namun segera menyesali tindakannya akibat takut berat badan bertambah. Namun studi terbaru menyebutkan bahwa tidak smeua penderita bullimia berusaha mengeluarkan kembali makanan yang sudah dia telan. Dia hanya merasa butuh pelampiasan dari rasa stres atau tekanan-tekanan tertentu, meski rasa menyesal sudah memakan banyak makanan itu ada.

- Penderita sangat terpaku pada berat badan serta bentuk tubuh, terkadang hingga terasa tidak masuk akal

- Sering beranggapan negatif terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Takut gemuk atau merasa kegemukan adalah alasan utamanya

- Sering lepas kendali saat makan, misalnya terus makan sampai sakit perut atau makan dengan porsi berlebihan.

- Memiliki gigi dan gusi yang rusak.

- Berolahraga berlebihan.

- Menggunakan obat pencahar, diuretik, atau enema setelah makan, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana cara menhembuhkan pasien yang mengidap bullimia?

Pertama-tama hal yang harus dilakukan adalah mendiagnosis gejala-gejala bullimia secara mandiri. Bagaimana?

Biasanya ditandai dengan aksi memuntahkan makanan minimal sekali dalam seminggu. Kadang busa juga sampai tiga bulan. Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan. Seperti mata, gigi, gusi, dan juga jari. Selain itu, untuk mendeteksi adanya bullimia dalam diri seseorang perlu dilakukan tes darah dan urine, untuk mengetshui apakah seseorang mengalami dehidrasi atau gangguan elektrolit.

Jika sudah dipastikan bahwa seseirang menderita bullimia, hal yang harus dilakukan antara lain melakukan terapi psikologis, bantuan obat-obatan, serta mengatur pola makan.

Ada dua jenis terapi yang dapat dijalani, yaitu terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi interpersonal. Dengan metode CBT, pengidap bulimia akan dibantu untuk mengenali pemicu timbulnya bulimia. Misal seputar pendapat dan perilaku negatif, bda juga dengan belajar untuk menggantikannya dengan pemikiran yang positif dan sehat.

Sedangkan terapi interpersonal membantu pasien untuk mendeteksi masalah dalam berhubungan dengan orang lain, sekaligus meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah. Untuk mengurangi gejala, penggunaan penghambat pelepasan selektif serotonin (SSRI) juga terkadang dikombinasikan dengan terapi.

Source:

- Wikipedia
- Halodoc
- Hellosehat
- Sehatq.com
-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro