1 | Antisosial
ANTISOSIAL : Istilah yang sering salah kaprah
Pernah denger istilah Antisosial atau Ansos? Sering mungkin, ya?
Sebenarnya, apa, sih, antisosial itu?
Istilah ini sering digunakan untuk orang-orang yang dianggap penyendiri, tidak punya teman, dan "nggak gaul".
Tunggu dulu, saya mau curhat. Pada bulan juli 2019, saya merancang sebuah cerita tentang mahasiswi yang penyendiri, nggak suka berinteraksi, dan tertutup. Karena tidak ingin ribet, saya menyingkat sifatnya menjadi antisosial.
Yang ada dipikiran saya saat itu, Antisosial adalah orang yang anti bersosialisasi atau berinteraksi dengan lingkungan. Untuk memperkuat ide cerita saya, akhirnya saya riset ke google. Dan mencari tahu apa itu antisosial. Bagaimanakah cirinya, dan apakah istilah tersebut sudah mewakili kepribadian dari tokoh saya itu.
Dan hasilnya diluar ekspektasi. Saya terkejut. Ternyata istilah yang saya pakai sangat bertolak belakang dengan harapan saya.
Sebenarnya, jika kita jeli, istilah tersebut sudah dapat dicerna secara kasat mata. Antosiosial berasal dari dua suku kata. Yaitu anti dan sosial. Anti artinya tidak suka, tidak setuju, tidak senang. Dan sosial artinya berkenaan dengan masyarakat, suka memperhatikan kepentingan umum ( suka menolong, menderma, dsb). Jadi, antisosial adalah suatu persaan tidak suka atau tidak senang terhadap lingkungan atau masyarakat sekitarnya.
Disini disebutkan bahwa anti itu tidak senang. Dengan kata lain, orang yang memiliki kepirbadian antisosial bisa saja menghancurkan, mengacaukan suatu tatanan masyarakat , ketertiban umum, melanggar norma, dan perbuatan merusak lainnya. Mengerikan, bukan?
Antisosial merupakan istilah untuk menggambarkan sebuah gangguan kepribadian di mana terjadi penyimpangan perilaku dari norma-norma, yang terus dilakukan dari waktu ke waktu, dan mengarah pada perbuatan yang berpotensi membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
Dalam istilah yang lebih populer, antisosial dikenal dengan nama lain psikopat atau sosiopat. Orang dengan kepribadian antisosial memiliki beberapa ciri khas dalam perilaku dan kepribadiannya, seperti sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain, tidak memiliki empati atau rasa kasihan pada orang lain, tidak mawas diri, merasa lebih hebat dari orang lain, dan manipulatif.
Gejala
Pola perilaku secara berulang yang tak acuh terhadap pelanggaran hukum serta kebiasaan yang merugikan hak orang lain. Perilaku ini dilakukan setidaknya sejak berusia 15 tahun yang ditandai dengan tiga atau lebih perilaku dibawah ini.
1. Gagal untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial.
· Ketidakjujuran yang ditandai dengan kebiasaan berbohong yang berulang, penggunaan identitas palsu, atau menipu orang lain untuk kepentingan dan kesenangan pribadi
· Impulsif atau gagal untuk membuat rencana jangka panjang
· Sifat mudah marah dan agresif yang ditandai dengan berungkali terlibat dalam pertengkaran fisik atau kekerasan
· Kecerobohan atau bersikap tak acuh terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain
· Sikap tidak bertanggung jawab yang dilakukan berulang kali. Hal ini ditandai dengan kegagalan untuk melakukan pekerjaan secara berkelanjutan atau tak bertanggung jawab terhadap kewajiban finansial
· Minimnya perasaan bersalah yang ditandai dengan lalai atau merasionalisasi perbuatan yang melukai orang lain
2. Terdapat riwayat memiliki gangguan perilaku antisosial yang dilakukan sejak sebelum berusia 15 tahun
3. Kemunculan tanda perilaku antisosial tidak terjadi ketika masa perawatan skizofrenia atau gangguan bipolar
Penyebab gangguan anti sosial
Penyebab gangguan anti sosial belum diketahui. Akan tetapi, gen-gen atau situasi tertentu dapat memicu gangguan anti sosial. Adanya perubahan dalam perkembangan otak juga dapat menjadi penyebab dari gangguan anti sosial.
Gangguan anti sosial umumnya dialami lebih banyak oleh pria daripada wanita. Aksi pembakaran dan menyiksa hewan saat masa kecil dikaitkan dengan kemungkinan anak mengalami gangguan anti sosial.
Beberapa faktor risiko yang mungkin bisa menyebabkan sikap antisosial, yaitu:
· Melewatkan masa kanak-kanak dengan ditelantarkan atau dieksploitasi.
· Berasal dari keluarga yang mengalami gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian lainnya, atau gangguan mental.
· Memiliki riwayat gangguan perilaku di masa kecilnya.
· Masa kecil berada di lingkungan keluarga yang tidak harmonis atau sering menjadi korban tindakan kekerasan.
Gangguan anti sosial dan tindakan kekerasan
Individu yang mengalami gangguan anti sosial tidak selalu ingin melakukan kekerasan. Sebagian besar hanya memanipulasi orang sekitarnya atau melakukan perilaku yang riskan.
Individu yang mengalami gangguan anti sosial tidak merasa takut akan konsekuensi dari perbuatannya. Namun, perlu diingat bahwa hanya karena seseorang terlihat egois, tidak berarti orang tersebut mengalami gangguan anti sosial.
Penanganan gangguan anti sosial
Individu yang mengalami gangguan anti sosial dapat ditangani dengan psikoterapi. Dalam psikoterapi, individu dapat diberikan cara untuk menangani kemarahan dan agresivitas yang dirasakan.
Namun, psikoterapi hanya dapat efektif jika individu yang mengalami gangguan anti sosial bersedia untuk bekerja sama dengan psikolog atau terapis.
Belum ada medikasi yang dapat membantu menangani individu yang mengalami gangguan anti sosial. Dokter biasanya hanya memberikan obat yang dapat menangani gejala dari gangguan anti sosial, seperti rasa cemas, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk perilaku antisosial
Kata psikologi biasanya memang merujuk pada perilaku seseorang. Pernah tahu mencuri, vandalisme, seks bebas? Ternyata itu termasuk perilaku antisosial lho. Semua agresi yang berupa kekerasan baik langsung maupun tidak langsung dapat disebut perilaku antisosial.
1. Antisosial BUKAN Asosial
Kalau kamu cuma ingin sendiri atau nggak ada gairah buat berinteraksi sama orang lain bukan berarti kamu antisosial, melainkan asosial.
Apa bedanya antisosial dengan asosial?
Asosial adalah disfungsi kepribadian yang ditandai dengan menarik diri dan menghindar secara sukarela terhadap interaksi sosial apapun. Seorang asosial cenderung tidak mempedulikan orang lain, kadang kasar.
Asosial berbeda dari perilaku antisosial, di mana antisosial menyiratkan perilaku membenci orang lain atau antagonisme terhadap orang lain maupun tatanan sosial umum. Sifat asosial sering terlihat pada beberapa orang introvert, namun asosialitas yang ekstrem biasanya timbul pada orang-orang yang mengalami berbagai kondisi klinis tertentu, seperti gangguan bipolar, autisme, skizofrenia, depresi, sindrom Asperger, dan social anxiety disorder.
2. Ternyata suka bohong jadi salah satu penyebab antisosial!
Agar kamu nggak beneran jadi antisosial, coba deh hindari beberapa penyebabnya berikut ini:
· Teman-teman yang bikin kamu suka bohong
· Kebiasaan minum minuman beralkohol;
· Lingkungan yang kasar dan tanpa aturan
Bisakah Antisosial Disembuhkan?
Mengingat banyak faktor yang mungkin membentuk kepribadian antisosial, timbul pertanyaan apakah gangguan perilaku ini bisa disembuhkan? Menyembuhkan gangguan ini tentu saja tidak mudah. Sampai saat ini belum ada obat atau metode terapi khusus yang dapat menyembuhkan orang dengan gangguan kepribadian antisosial.
Langkah penanganan pada gangguan kepribadian antisosial bertujuan untuk mencegah perilaku atau perbuatan yang dapat membahayakan orang lain atau diri mereka sendiri, serta mendorong dan membimbing penderita antisosial agar dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
Perawatan tersebut bisa berupa terapi perilaku atau psikoterapi, baik yang dilakukan secara individu maupun berkelompok. Sedangkan perawatan dengan pemberian obat-obatan secara khusus, belum bisa dipastikan. Jika ditemukan adanya gejala gangguan mental dan emosional tertentu, seperti cemas, sulit meredam emosi atau dorongan untuk melakukan hal yang tidak baik, maka dokter mungkin akan memberikan obat-obatan penstabil mood, .obat penenang, atau antipsikotik.
Karena penyembuhannya relatif kompleks, maka orang-orang yang berada di sekitar penderita gangguan kepribadian antisosial sebaiknya juga turut memberikan dukungan.
Satu hal yang menjadi kunci penanganan pada kepribadian antisosial adalah rutin berkonsultasi dengan dokter spesialis kejiwaan. Hal ini memang tidak bisa menyembuhkan penderita dari gangguan antisosial, namun keterampilan yang diajarkan dapat membantu penderita untuk memahami kondisinya, sehingga bisa melindungi diri sendiri serta mencegahnya melakukan hal-hal yang merugikan.
Kalau masih bingung, simak screenshoot an berikut :
https://www.alodokter.com/kepribadian-antisosial-tidak-sesederhana-yang-dikira
https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/beda-antisosial-dan-asosial/
https://pijarpsikologi.org/direktori-psikologi-gangguan-kepribadian-antisosial/
https://riliv.co/rilivstory/penjelasan-kata-psikologi-antisosial/
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro