Si Emak Karlota
Akhir Januari nanti, genap 11 tahun fansbase Rise Indonesia berdiri.
Rasanya seperti mimpi bisa tetap tinggal dengan rasa kagum yang bertambah setiap harinya. Percaya atau tidak, anak – anak karlota sudah membawa banyak perubahan di hidupku yang dulu sangat membosankan.
Namaku Mifta. Nama kerennya, Miftastevadit. Aku sudah lupa sejak kapan mulai memakai nama itu untuk perkenalan di dunia maya. Rasanya kayak ... ada manis manisnya gitu.
Aku seorang Ibu rumah tangga yang bekerja sebagai Guru Taman Kanak – Kanak yang tidak begitu terkenal di kampung sebelah. Sehari – hari aktivitas yang kulakukan tidak jauh – jauh dari sekolah, rumah, sekolah lagi, rumah lagi dan begitu seterusnya.
Kali ini, aku ingin mengajak kalian menyelam agak jauh ke duniaku beberapa tahun lalu, saat itu aku hanyalah gadis remaja yang lugu dan tidak banyak tahu. Terbatasnya akses dan waktu waktu itu membuatku senyum – senyum sendiri saat mengingatnya. Untuk itu aku ingin mengajak kalian juga, terurama kalian yang mulai kehilangan harapan, mungkin bosan, mungkin juga putus asa karena sudah mengupayakan banyak hal tapi tetap tidak behasil.
Cerita ini sengaja aku tulis untuk kalian, para pejuang mimpi yang tidak pernah melepaskan harapannya meski itu sulit, sama seperti yang kulakukan waktu itu.
Ngomongin penggemar, tentu nggak akan berdampak apa – apa kalau kita tidak membicarakan juga subjek utamanya, dia yang berperan penting dan bahkan bisa dengan mudah menyatukan kita pada sebuah fanbase tertentu, sebut saja sang idola.
Sekarang ini, siapapun bisa jadi Idola, Idola nggak melulu tentang aktor / akrtis, model, presenter, penyanyi, musisi, selebgram, novelis dan berbagai profesi lainnya. Dunia entertain jaman sekarang bisa menjadikan siapa saja menjadi Idola sesuai dengan kualifikasi masing-masing. So, semakin banyak kualifikasi Idola, semakin banyak pula model-model penggemar.
Misalnya, sering kita jumpai seorang aktor / aktris yang sedang naik daun kemudian digandrungi oleh jutaan manusia yang mengaku sebagai penggemar sang artis tersebut, baik di dunia nyata ataupun dunia maya.
The power of netizen, popularitas seseorang bisa menaik dengan begitu cepat tanpa terkendali karena pengaruh publik, tentu saja hal ini sangat menguntungkan bagi para Idola karena bisa menjadi batu loncatan dalam karir mereka.
Lalu, suatu hari... akan ada masa dimana popularitas seseorang perlahan memudar dan hilang karena beberapa alasan. Munculnya Idola baru yang memenuhi kriteria pasar menjadi salah satu sebab yang sering kita jumpai dalam dunia peridolaan ini.
Dan, disinilah kesetiaan dan kesungguhan para penggemar terlihat kebenarannya. Ada diantara kita penggemar yang hanya datang saat idolanya terkenal, memanfaatkan kesempatan untuk pansos lalu berpaling pada hal baru yang dianggapnya menarik, ada juga diantara kita penggemar yang senantiasa berada di barisan terdepan untuk mendukung idolanya tanpa melihat ukuran popularitas dan masa kejayaan.
Popularitas seseorang memang bisa hilang kapan saja, tapi rasa suka seorang yang setia tidak semudah itu hilang. Aku sudah membuktikannya.
Ngefans itu kayak kasus dimana kita merasa senang saat melihat seseorang karena orang itu mungkin 'tampan' atau 'cantik' atau karena seseorang itu memiliki kelebihan yang menurut kita keren, dan yaa... efeknya kita ingin melihatnya, memanggil namanya sampai sengaja mencari tahu banyak hal tentang dia, kira – kira begitu. Jujur, akupun pernah berada di fase ini, dengan pedenya aku mengaku mengidolakan seseorang yang waktu itu bahkan aku hanya tahu namanya saja, Mario Stevano Aditya Haling.
Aneh ya?
Jelas, sahabatku di pesantren dulu juga bilang begitu, kok.
Dua tahun kemudian, aku memutuskan untuk menaikkan level ngefansku menjadi kagum.
Kagum ini semacam virus dimana kita suka sama seseorang bukan dari fisiknya saja, ada banyak sisi lain yang kita suka meski kita sendiri nggak tahu untuk apa.
Bisa dibilang, di level ini kita terpesona sama dia bukan hanya karena fisiknya yang ganteng atau cantik, tapi juga kepribadiannya, karena pada intinya kepribadian adalah wajah asli seseorang yang tidak menipu. Iya nggak sih?
Aku sempat vakum menggandrungi dia kira - kira dua tahun, itupun karena aku sedang berada dalam usaha melepaskan saking beratnya timbang minta restu doang. Tapi ternyata aku gagal, padahal sudah mencoba segala cara tapi entah kenapa malah balik lagi, kayaknya sih karena terlanjur baper suaranya, cara dia nyanyi dan cara para penulis cerbung membuatnya jadi keren di cerita yang aku baca.
Halah!
Memasuki tahun ke enam, aku sadar kagum saja tidak cukup untuk membuatku bertahan melewati ini, cobaannya nggak main - main.
Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menaikkan perasaan kagumku menjadi rasa yang lebih kompleks lagi yaitu, rasa sayang.
Banyak hal yang tidak bisa didefinisikan diatas kata sayang, termasuk caraku bertahan diantara banyaknya rintangan.
Terutama psikis yang gemar sekali anjlok hanya karena membaca postingan dan baper berkelanjutan.
Semakin besar perasaan kita, semakin besar harapan, semakin besar pula kehilangan yang harus kita tanggung.
Kompleks sekali, bukan?
Sebelas tahun bertahan dengan ketengilan orang yang sama tentu akan sangat panjang jika diceritakan semuanya. Untuk itu aku sengaja menulis sarinya, membuatnya seindah mungkin seolah ini akan jadi tahun terakhirku.
Tbc...
---
Awas ya, jan baper...
Kalau ada anak - anak Rise disini boleh nih diramaikan. Sampai di level mana perasaan kalian? Ada yang sama kayak aku nggak ya?
Salam sayang dari Emaknya Rio :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro