Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rundung Bisa Bikin Pundung

(Pic from Pinterest)

Guten tag, Folks!

Semoga kalian selalu diberi kesehatan untuk menjalani rutinitas setiap harinya dan juga terhindar dari segala penyakit berbahaya yang mencoba menyusup ke dalam tubuh kalian.

Di artikel ke 13 di work ini, aku akan membahas sesuatu yang sama menyebalkannya dengan angka 13. Di mana angka tersebut dianggap sebagai angka sial oleh beberapa kalangan.

Apa kira-kira? Coba tebak. Kayaknya sih mudah sekali untuk ditebak? Ya enggak sih? Karena kalian semua tentu sudah tahu apa itu yang dimaksud dengan, "Rundung."

Dalam Bahasa Indonesianya memang dikatakan seperti itu, namun dalam bahasa asing atau lebih familiarnya disebut juga dengan, "Bully."

Kalian tentu sudah tahu, kan, apa yang dinamakan dengan rundung atau bully? Kalau belum tahu, segeralah keluar dari goa tempat persembunyian kalian.

Sementara pundung adalah Bahasa Sunda yang artinya marah, kesal, kecawa, atau tersinggung.

(Notes: Aku bukan orang Sunda. Betawi asli bukan kaleng-kaleng)

(Pic from Pinterest)

Menurut KBBI-san, rundung atau merundung adalah mengganggu, mengusik terus-menerus, atau menyusahkan. Bahkan, KBBI-san juga memberikan contoh kalimat yang terdengar ramah untuk dibaca. Yaitu, "Anak itu merundung ayahnya, meminta dibelikan sepeda baru."

Bagaimana? Terdengar ramah tamah, kan? Dari situ kita semua akhirnya tahu kalau KBBI-san versi online itu anaknya positive thinking.

Lalu, bagaimana bisa kata rundung yang ditujukan untuk suatu tindakan mengusik yang sedikit mengganggu, jadi ditujukan untuk suatu tindakan mengusik yang sangat mengganggu? Jawabannya adalah karena adanya perkembangan zaman.

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah mengikuti bimbingan belajar untuk pelajaran Sosiologi. Saat itu, abang atau si pengajarnya membahas sesuatu yang sampai sekarang masih melekat di kepalaku. Begini kira-kira seingatku perkataannya saat itu:

"Menurut Bapak Sosiologi, si Karl Marx. Beliau pernah mengatakan bahwa manusia kelak akan hidup di zaman di mana Tuhan telah mati. Perkataannya itu merujuk pada kehidupan manusia yang akan serba mudah di masa depan nantinya. Saat di mana manusia tak membutuhkan Tuhan lagi untuk memenuhi kebutuhan. Manusia punya berbagai macam alat yang akan membantunya melakukan segalanya.

"Dan, yap. Bapak Sosiologi ini tepat sekali perkataannya. Di zaman ini, semuanya punya yang namanya gawai. Ponsel, laptop, komputer, dan berbagai macam alat serupa lainnya. Alat-alat itu digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia. Betul apa benar?"

Namun, sebelum semakin jauh pembahasan kita. Dalam artikel ini, aku tidak bermaksud untuk menyerang keyakinan siapapun dan juga tidak bermaksud untuk menyebarkan paham sesat. Karl Marx juga dijuluki sebagai Bapak Komunis, jadi perkataan semacam itu jelas keluar dari mulutnya.

Nah, maksudku menjabarkan hal ini adalah aku ingin menunjukkan bahwa prediksi Karl Marx ternyata benar terjadi. Kita sudah tidak asing lagi melihat manusia jauh lebih dekat dengan gawainya daripada dengan Tuhannya.

Setuju? Enggak juga enggak masalah. Yang penting, aku sayang kamu.

(Btw, Auguste Comte juga Bapak Sosiologi. Jadi, aku sendiri pun enggak tahu siapa sebenarnya bapak kandung sosiologi.)

(Pic from Pinterest)

Terus apa hubungannya perkataan Karl Marx dengan rundung atau bully, Bang Akumu? Jawabannya jelas ada dong. Kalau enggak ada, buat apa dibahas? (Ditampol serempak)

Di zaman ini manusia melekat banget sama yang namanya gadget. Karena hal ini lah manusia sangat rentan dirundung atau merundung manusia lainnya.

Kenapa bisa begitu? Kenapa orang yang sering main gadget malah rentan dirundung? Jawabannya, karena kehidupan nyata yang seharusnya dia jalani malah dia tinggalkan demi menjalani kehidupan maya.

Para kaum semacam itu, rentan dirundung oleh mereka-mereka yang menikmati kehidupan nyata dibandingkan kehidupan maya. Mereka cenderung berkata bahwa orang-orang yang menghabiskan kehidupan di dunia maya itu tidak lebih dari seorang pecundang yang sangat lemah di dunia nyata.

Itu sebabnya, para penggiat maya akan menerima perundungan di kala dia sedang menjalani secara paksa kehidupan nyata mereka. Perundungan ini lah yang menyebabkan mereka semakin menjauhi diri dari dunia nyata, dan para penggiat dunia nyata akhirnya semakin menyukai perundungan.

Nah, karena hal ini lah terjadi sebuah hukum alam yang dinamakan dengan timbal balik atau lebih kasarnya disebut sebagai pelampiasan yang mengarah ke arah balas dendam.

Para penggiat dunia maya yang mengalami perundungan, akan merundung para penggiat dunia nyata ketika mereka melakukan sesuatu yang cenderung merusak dan mengganggu. Para penggiat dunia maya akan menganggap mereka sebagai sebuah fenomena yang dilakukan oleh orang bodoh secara sukarela.

Membuat kedua belah pihak sama-sama menjadi seorang penjahat dengan cara yang berbeda. Hal ini pun mengarah kepada sebuah anggapan bahwa, "Semua orang adalah perundung tanpa mereka sadari."

Pernah dihina? Pernah menghina? Aku tidak bertanya apa itu bercanda atau serius. Tapi, pernah melakukan kedua hal itu, bukan?

Hal ini lah yang akan mambawa kita kepada sesuatu yang baru atau sebuah anggapan baru bahwa, "Perundungan terjadi disebabkan oleh sebuah tindakan yang didasarkan atas keseriusan atau bisa juga didasarkan atas keisengan."

Namun sayangnya, banyak dari mereka yang melakukannya secara serius,  malah mengaku kalau mereka hanyalah iseng dan bercanda. Ada banyak banget kasus semacam itu.

(Pic from Pinterest)

Namun, anggapan itu mungkin sudah tak bisa digunakan lagi untuk saat ini. Alasannya, karena semua orang punya gawai. Entah itu dari kalangan sejahtera ke atas atau dari kalangan pra-sejahtera ke bawah.

Kebutuhan akan gawai berubah menjadi kebutuhan primer, sudah bukan kebutuhan tersier lagi. Kenapa? Karena kalau enggak ada gawai sama sekali, mau melakukan apapun jadi susah.

Betul apa benar?

Di era ini, kita sudah enggak bisa lagi membedakan mana penggiat dunia maya dan mana penggiat dunia nyata. Rata-rata manusia kini telah menjalani kedua kehidupan itu secara selaras.

Lalu, kenapa perundungan tetap terjadi? Padahal, kedua dunia itu mulai kehilangan batas antara keduanya. Jawabannya adalah perkembangan zaman.

Keberadaan gawai membuat segala sesuatu yang sulit, menjadi lebih mudah sekarang. Namun, untuk dapat menikmati kemudahan itu, manusia harus bekerja keras terlebih dahulu. Yang pada akhirnya membuat mereka bekerja terlalu keras. Membuat mereka mengalami stres berat yang secara perlahan merusak kejiwaan mereka.

Jiwa yang mulai rusak ini lah yang membuat orang cenderung melakukan perundungan.

Kenapa gitu, Bang Akumu?

Tahu kalau stres itu selain berdampak pada kesehatan juga berdampak pada penampilan kalian?

Terlalu banyak makan di kala stres, membuat orang jadi gemuk. Terlalu sering acuh di kala stres, membuat orang lupa untuk memperindah diri. Terlalu sering memendam stres, membuat orang rentan terluka perasaannya. Hal-hal semacam ini lah yang dapat membuat orang merundung atau dirundung. Dipicu dari perasaan iri hati yang tak suka melihat orang lain lebih baik dari dirinya sendiri.

(Pic from Pinterest)

Salah satu contoh awal mula terjadinya perundungan yang disebabkan oleh iri hati:

Cari uang itu susah. Apalagi di zaman serba modern seperti ini. Segala sesuatunya butuh kerja keras agar kebutuhan dapat terpenuhi setiap harinya. Bahkan, sebagian besar pekerjaan membutuhkan pengorbanan yang jauh lebih besar dari apa yang didapatkan. Sebagian besar manusia menjalani kehidupan semacam ini.

Lalu, tiba-tiba ada satu individu yang enggak perlu kerja keras dan bahkan enggak punya bakat apa-apa. Tapi, dia jauh lebih makmur dan hidupnya lebih nikmat dibandingkan mereka semua yang banting tulang sampai tulangnya retak-retak.

Melihat hal semacam itu, membuat para individu yang bekerja keras sangat kesal dan pada akhirnya melakukan perundungan terhadap individu yang enggak ada bakatnya sama sekali itu.

Kita semua tentu tahu hal semacam itu adalah hal yang lumrah terjadi di era ini. Sudah umum terjadi para makhluk-makhluk non-bakat lebih tenar dan lebih berhasil dari mereka yang berbakat.

Dan apa kita harus benci akan hal itu? Jawabannya ya tentu tidak. Kalau kalian benci, itu artinya kalian enggak percaya kalau yang namanya rezeki itu sudah ada yang mengatur.

(Pic from Pinterest)

Dan yang ingin aku tanyakan ke kalian adalah, pernah dengar kah kalian kalimat ini? "Kebencian sebaiknya dilampiaskan sekalian atau dimusnahkan kalau perlu. Karena kalau dipendam, hanya akan menjadi sebuah penyakit yang perlahan menggerogoti hati dan merusak mental."

Kalau kalian pernah dengar, mengerti apa maksudnya?

Menurutku, sebagai manusia kita diberikan segala sesuatunya secara seimbang oleh Tuhan. Kita bisa menyukai dan kita juga bisa membenci. Karena kalau tidak ada kebencian, kalian mau menyukai hal-hal yang dilarang oleh agama?

Untuk itulah kebencian diciptakan. Untuk menunjukkan pada manusia kalau ada hal-hal yang mereka harus jauhi.

Benci terhadap sesama manusia? Sah-sah saja menurutku. Tergantung dari kalian menyikapi kebencian itu. Mau melampiaskannya dan jadi perundung, memendamnya dan jadi gila sendiri, atau merelakannya dan jadi pribadi yang luar biasa? Itu semua bergantung pada diri kalian masing-masing.

Yang jelas merundung atau dirundung adalah sesuatu yang memang sudah tertanam dalam diri manusia sejak lama. Hal itu terjadi karena manusia perlu tahu rasanya melakukan kesalahan dan rasanya menerima rasa sakit, yang pada akhirnya membuat kehidupan mereka semakin berkualitas ke depannya.

Itu saja dariku, Viszlát.

(Pic from Pinterest)

Topik: Gejala Sosial

Source:

https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/rundung.html

https://today.line.me/id/article/Kata+Gaul+Arti+Pundung+Bahasa+Sunda+yang+Jadi+Bahasa+Gaul-Mk2eWy

Pengalaman hidup.

Pemahaman yang didasarkan dari pengalaman hidup.

Obrolan cerdas para penikmat kopi hitam dua banding satu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro