Chapter 17
Aku langsung terjaga ketika telingaku tiba-tiba mendengar suara pintu terbuka, sepertinya Renesya sudah pulang, jam berapa sekarang? di tengah kegelapan samar - samar aku melihat jarum jam pada rolex yang menempel di pergalangan tangannku. Astaga! ini hampir tengah malam. Berjalan perlahan mendekati pintu, membukanya sedikit, bola mataku mencoba mengintip keluar, sayangnya aku tidak melihat siapapun di ruang tengah itu, namun suasanya kini sudah tidak gelap seperti tadi, itu berarti Renesya memang sudah pulang, mungkin saja saaat ini sudah beraada di kamarnya.
Aku menunggu beberapa saat, sebelum menyusul ke kamarnya. Sial! entah kenapa jantungku tiba-tiba berdebar seperti ini? bagaimana jika dia melihatku? tentu saja dia akan syock dan sangat marah mendapati aku menyusup ke dalam unitnya, pasti dia bertanya-tanya bagaimana caraku bisa masuk.
Semua pemikiran itu terngiang-ngiang di kepalaku. Ini sungguh menggelikan, kenapa aku harus memikirkan semua itu, lagipula wanita itu tidak akan memakanmu hidup-hidup dude, mungkin dia hanya akan mendampratmu habis-habisan, atau lebih parahnya meneriakkimu sebagai pencuri dan membuat semua penghuni unit di apartement ini terjaga dan mereka tentu saja akan menghabisimu beramai-ramai, membawamu ke kantor polisi dan seketika itu juga tamatlah riwayatmu! aku menggeleng kuat─ menepis segala pemikiran konyol yang entah datang darimana.
Telingaku menajam, berusaha mencari suara-suara yang berasal dari kamar Renesya, mungkin saja dia sedang mandi saaat ini. tapi anehnya aku tidak mendengar suara apapun. ini terlalu hening. Keningku mengerut bingung, melangkahkan kakiku keluar secara perlahan, berjalan mengendap-endap tanpa suara menuju kamar Renesya. Sebenarnnya apa yang sedang dia lakukan? apa mungkin dia sudah melihat bunga dan membaca note dariku? semakin mendekati kamarnya, semakin tak ada suara apapun yang kudengar, ini sungguh mencurigakan, dengan cepat aku membuka pintu kamarnya.
Detik itu juga pandanganku menangkap tubuh Renesya yang sudah terkulai tak sadarkan diri di atas ranjang, dengan bunga mawar biru di sisinya, menyeringai tertahan, ternyata obat bius itu langsung bekerja, aku berjalan cepat menghampirinya.
Meraih tubuhnya ke dalam rengkuhanku, jemariku menyibak beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantiknya. “Maaf, aku harus melakukan ini sayang.” antara senang dan sedih berada di posisi saat ini. Akhirnya aku bisa menyentuhnya sedekat ini, namun semua itu tidak ada gunanya jika dia tak bisa membalas tatapan mataku, tak bisa menjawab semua yang aku katakan.
Aku termenung sesaat sambil mengamati wajah damainya dengan mata terpejam, andai saja dia mau menurut seperti ini, mungkin aku tidak akan kesulitan untuk memilikinya kembali. Bibirku mengecup pelan keningnya lalu turun di kedua matanya─hidungnya─pipinya dan berakhir pada bibirnya, aku melumatnya ringan dan lembut, menyalurkan segala kerinduanku disana cukup lama.
Semua rencanaku berjalan dengan lancar, kini aku harus segera membawa Renesya kembali bersamaku. Meraih ponsel di saku celana sedangkan tanganku yang lain masih kugunakan untuk merengkuh tubuhnya.
“Cepat kau siapkan jet pribadi untuk kepulanganku ke New York sekarang, akan membawanya pulang bersamaku.”
Piiip….
Aku langsung mematikan panggilan tanpa menunggu jawaban, persetan bahwa mereka sedang berkecan saat ini. aku menyeringai tertahan. Aku yakin Aiden pasti sedang memaki-makiku di seberang sana.
.
.
.
.
.
“Marcus bedebah sialan! kau benar-benar mengganggu acara kencan kami.!” Aiden bersungut-sungut disampingku dengan kedua tangan berada di pinggang.
“Apa yang kau lakukan pada Renesya?”
“Kau tidak memukul kepalanya kan?”
“Kenapa dia bisa pingsan seperti ini?”
“Astaga! bahkan ini sudah beberapa jam berlalu tapi dia tidak sadar juga.” sedangkan Grace sama menyebalkannya─ sejak tadi keduanya tidak berhenti mengoceh.
Perjalanan yang akan kami tempuh masih membutuhkan waktu delapan jam lagi untuk tiba di New York. Menghela nafas bosan, sejak tadi kedua pasangan kekasih ini tidak berhenti mengoceh layaknya burung beo, mereka kompak sekali.
Meninggalkan sejenak Renesya yang masih tertidur damai di ranjang suite room jet pribadi seharga 100 juta dollar milikku. Aku berdiri, berpaling ke arah mereka, menatap keduanya secara bergantian, sorot mataku sudah jelas mengatakan ─ ‘jangan ganggu kami’ , tapi keduanya seolah memiliki otak tumpul yang tidak peka sama sekali..
“Tidak bisakah kalian pergi saja dari ruangan ini?”
“TIDAK!” aku terkekeh lagi-lagi mendengar bukti nyata kekompakan mereka.
“Akan kupastikan kau tidak menyerangnya dalam keadaan dia tidak sadarkan diri.”
“Heeiii! dia wanitaku!!” aku memprotes tidak terima. Lagipula aku masih waras dan tidak mungkin berbuat lebih pada Renesya di saat dia tiak sadarkan diri seperti ini. Mungkin aku hanya akan mencumbunya, tapi sialnya kedua bedebah ini sama sekali tidak mau beranjak. Sialan!
“Tapi dia tidak mengingatmu!”
“ Bagaimana kalau dia tiba-tiba sadar dalam kondisi seperti sekarang?”
“Ooh aku tidak bisa membayangkan, Renesya pasti sangat membenciku, selama ini aku membohonginya.”
“Kau tidak pernah ,membohonginya sayang.” aku berdecih mendengar suara lembut Aiden menenangkan kekasihnya.
“Berhenti memamerkan kemesraan kalian, sebaiknya cepat kalian pergi dari sini, masih ada satu ruang vip di sebelah, kalian boleh menggunakanya sesuka hati kalian, aku tidak peduli apa yang akan kalian lakuakan,” mereka berdua sama-sama membulatkan matanya padaku, tidak terima.
“Jelaskan dulu pada kami, apa yang kau lakukan pada Renesya , hingga dia tak sadarkan diri seperti itu?”
“Aku hanya memberikan dosis ringan obat bius kepadanya.”
“Astaga! kau memang sudah gila Marcus Jo.”
“Yeah aku memang sudah gila karena sangat ingin mendapatkanya kembali, apapun akan kulakukan.”
“Kalian tenang saja, aku tidak mungkin menyakiti wanitaku, dia tidak akan kenapa-kenapa , aku sudah memperediksikan semua ini, dia akan sadara ketika kita sudah tiba di New York, kalian jangan khawatir.”
“Baiklah jika memang begitu, kami akan keluar.”
“Harusnya kalian melakukannya sejak tadi.” rutukku tidak terima.
Aku mendengkus melihat keduanya berjalan menjauh memunggungiku dengan tangan saling merangkul mesra… mereka menghilang dibalik pintu. Huh! membuat iri saja.
Chieva
9 Juni 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro