Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prologue

.
.
.

Sebuah kenangan masa kecil, di mana lelaki itu masih naif akan segala hal. Ia mempercayai semua orang, merasa bahagia ketika karyanya dipuji, terlebih tatkala gadis berambut biru muda yang melontarkan kalimat manis tersebut dengan tulus.

Waktu berlalu, ia mulai menyadari betapa munafiknya orang-orang. Tidak ada yang paham mengenai seni selain dirinya, hanya dia seorang.

Ah, tidak. Mungkin ada satu orang lagi. Edgar paham betul ketika menemukan iris biru tua jernih yang memandang antusias ke arahnya. Itu bukanlah bualan semata, bukan sebuah rayuan yang biasanya diutarakan oleh para bangsawan lain untuk menggaet hari Edgar. Ia tahu, bahwa sang gadis yang tumbuh sejak kecil memang menyukai keindahan, sesuatu yang menarik perhatiannya dengan mudah.

Sebuah bunga liar di tepi jalan, gadis itu akan singgah untuk memperhatikannya sejenak. Jika langit mulai berwarna jingga, ia akan melirik lalu menatap dengan dahi yang berkerut, bergumam mengenai bentuk awan. Danau luas terbentang, ia pun memperhatikan pantulan alam juga mereka berdua sembari tertawa kecil. Semua pandangannya tersebut terlihat berbinar, terlebih saat melihat karyanya di atas canvas putih yang telah ditorehkan berbagai macam warna cat.

Edgar jadi ingat, ada satu yang selalu ia celotehkan tiap saat.

Snow White.

Buku dongeng kanak-kanak yang selalu dibaca dan dibawa kemana-mana olehnya. Ia tidak ingin lepas dari kumpulan lembaran kertas yang berisi kisah khayalan semata itu.

"Akankah suatu hari, Pangeran datang menjemputku?"

Mendengar kalimat candaan yang terasa seperti sebuah harapan, Edgar terkadang mendelik seraya mendecih tak suka. Cerita dongeng yang tertulis rapi tersebut, hanyalah sebuah omong kosong. Mengapa ia tidak memperhatikan dirinya sepenuhnya?

Tetapi, Edgar selalu mengalah, membiarkan seluruh protes serta keluhannya hanya tersimpan di ujung lidah saja. Ia akan selalu begitu, asalkan sosok gadis itu tetap bersama di sampingnya dan mengulas senyum bahagia.

Edgar rasa, itu lebih dari cukup.

Hingga, dirinya tiba-tiba saja menghilang, tak bisa dijangkau sama sekali. Bagai tak pernah bertemu, gadis yang ia anggap sebagai cahaya dan teman dalam hidupnya bahkan tak meninggalkan sepatah katapun melalui surat.

Beraninya, ia meninggalkan dirinya sendirian bersama para tak biadab yang hanya ingin mengincar harta dan martabatnya? Yang tak mengerti sama sekali dirinya?

Detik demi detik, berganti menjadi menit, jam, hari, minggu, kemudian tahun. Sebuah surat dengan seal merah darah datang dan diberikan padanya. Edgar membaca satu per satu kata-kata yang dituliskan di atas selembar kertas itu.

Inilah dia.

Sesuatu yang Edgar inginkan, pasti berada di manor itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro