Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01

    Dini hari di jalanan perumahan yang masih nampak gelap dan sepi, Licia dalam perjalanan kembali ke rumah setelah mengikuti Sholat berjamaah di Masjid yang berjarak sekitar 100 meter dari Rumah nya, berbeda dengan sebelumnya jika biasanya dia selalu melakukan Sholat di Rumah, entah kenapa kali ini dia tiba tiba ingin Sholat berjamaah di Masjid. Dan salah satu alasan kenapa dia berjalan sendiri adalah karena Felix, si bungsu dalam keluarga yang paling sangat susah untuk di bangunkan terlebih lagi jika di suruh untuk Sholat, hingga Licia yang merasa kesal meninggalkannya begitu saja.

    Sekitar kurang lebih 50 meter dari Rumah nya, langkah Licia terhenti ketika melihat beberapa pemuda berjalan berlawanan arah dengan nya. Mata milik Licia memicing, memperhatikan sekumpulan pemuda yang berjalan dengan sempoyongan dan hal itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah pemuda pemuda yang sering membuat onar di komplek perumahan yang ia tempati.
    Sedikit ragu untuk kembali melangkahkan kakinya karna fiea sendiri tahu bahwa pemuda pemuda tersebut dalam keadaan mabuk dan yang paling parahnya lagi dia tidak membawa ponsel untuk meminta di jemput oleh Felix.

    Dengan langkah yang pelan, Licia sempat menoleh ke belakang berharap ada seseorang di sana, namun sayangnya tidak ada seorang pun yang bisa ia temui di pagi buta seperti itu.
    Setelah melafalkan kata 'Bismillah' di dalam hati, Licia merapatkan kerudung untuk menutupi wajahnya dan mempercepat langkahnya, berharap bahwa mereka tidak akan mengganggunya.

    Namun sayangnya harapan itu hanya sebatas harapan, karna langkahnya benar benar terhenti ketika sekumpulan anak muda tersebut benar benar menghalangi jalan nya.

    "Pagi pagi gini buru buru amat."

    "Mau kemana cantik....?"

    "Tolong biarkan saya lewat." Licia berujar dengan tegas namun hanya mampu mengundang tawa dari semua orang. Tanpa memperdulikan hal itu Licia langsung menerobos para pemuda tersebut dan hendak melarikan diri, namun itu hanya sebatas rencana yang tidak pernah terwujud setelah salah satu pemuda meraih lengannya.

    "Mau kemana.....?"

    "Buru buru banget."

    "Abang anterin."

    "Lepaskan saya!" Suara Licia semakin mengeras namun lagi lagi hanya mengundang tawa dari semua orang dan kali ini bukannya berdiam diri, Licia justru menginjak kaki seseorang yang tengah menahan tangan nya dan setelah tangan nya terlepas dia segera melarikan diri dan hal itu pula yang membuat para pemuda itu mengejar Licia.

    Mungkin karna langkah kakinya yang tidak selebar langkah kaki pria, dia merasa bahwa ia terlalu lambat berjalan dan membuat jarak nya dengan para pemuda kurang ajar dan kurang kerjaan itu menjadi semakin dekat.
    Namun, seperti pepatah lama bahwa pertolongan itu akan datang di saat seseorang telah berusaha dan mulai menyerah, dan hal itulah yang terjadi pada Licia saat ini.

    Tiba tiba saja dia melihat sesuatu melayang melewati nya, dan setelah nya terdengar suara pekikan dari salah satu pemuda yang mengejarnya. Licia refleks berhenti dan berbalik.
    Di dapatinya sebuah sendal jepit, mungkin itu lah benda yang baru saja melayang melewatinya dan mengenai wajah salah satu pemuda yang mengejar nya.

    "Subuh subuh bikin ribut, gangguin orang tidur aja Lo semua. Cari mati Lo?"

    Telinga Licia bereaksi, akan menjadi kesalahan fatal jika sampai ia tidak mengenali suara tersebut, dan berkat suara tersebut semua pasang mata terarah pada sumber suara yang berasal dari arah yang sebelumnya akan mereka tuju. Hanya butuh waktu beberapa detik hingga muncullah penampakan yang sedikit.....
     Felix. Alis Licia saling bertautan ketika melihat Felix datang dengan masih menggunakan piyama berwarna biru tua dengan motif polkadot lengkap dengan satu sendal jepit yang masih berada di kaki kirinya dan jangan di tanya kemana perginya sendal kanan nya. Licia menatap tak percaya dengan kedatangan adik nya yang terbilang luar biasa, bahkan rambut nya tak berbeda seperti orang yang baru saja keluar dari dalam gua.

    "Siapa Lo. Cari mati Lo?"

    Felix yang berjalan mendekati mereka memalingkan wajahnya sembari tersenyum tak percaya sebelum akhirnya melepas satu sendal yang tersisa sembari menggertakkan giginya dengan gemas.

    "Itu kata kata gue Bego."

    Felix melewati Licia begitu saja dan langsung menghajar mereka sekaligus hanya dengan menggunakan sendal jepit yang berada di tangan kirinya. Namun entah terbuat dari apa sendal yang ia kenakan hingga tak lebih dari satu menit kelima pemuda yang sebelumnya berencana mengeroyoknya justru terkapar di jalanan dengan luka memar di beberapa bagian wajah mereka, dan senyum kemenangan di lontarkan oleh Felix ketika dia melempar sendal terakhir yang masih berada di tangan nya.

    "Berani macem macem Lo, gue habisin Lo semua."

    Ucapan perpisahan yang di berikan oleh Felix, namun dia masih menginginkan bonus dari kerja kerasnya di pagi buta ini.

    "Gue tidur biar nggak Sholat subuh, Lo semua malah ngajakin ribut. Nih," Felix menendang salah satu pemuda. "Mampus Lo!"

    Felix kemudian berbalik, berjalan menghampiri Licia. Namun tepat setelah ia sampai di hadapan Licia, justru sebuah pukulan kecil berhasil mendarat di kepalanya dan berhasil membuatnya mematung di tempat.

    "Udah bagus aku mau nolongin kakak, bukannya bilang makasih malah mukul."

     Licia dengan gemasnya mencubit perut Felix dan membuat Felix mengeliat kesakitan.

    "Kak Licia apaan sih, Felix bukan anak kecil lagi." Protes Felix.

    "Udah sadar bukan anak kecil lagi, kenapa tadi bilang kalo kamu tidur biar nggak Sholat subuh? Udah berapa kali kakak ingetin, jangan lupa Sholat Felix......."

    Felix memasang wajah masam nya sembari menggaruk kepalanya. "Pulang yok, Felix ngantuk."

    Kali ini Licia memukul bahu Felix, namun yang di pukul tidak merespon sama sekali dan hanya memasang raut wajah bodoh nya.

    "Sendal kamu mana?" Licia berujar dengan kesal.

    "Nggak aku pake tuh."

    "Kalo gitu cepetan kamu ambil...."

    "Males ah, nanti beli lagi."

    Ujar Felix acuh dan berjalan mendahului Licia, dan mau Tidak mau sang kakak harus mengikuti si bungsu yang berjalan dengan bertelanjang kaki karna dia sudah mencampakan sendal jepit yang tergeletak di aspal yang dingin.

    "Tungguin kakak!"

    "Berisik, lagian kalo kakak mau Sholat subuh, Sholat nya di rumah aja."

    Licia kembali mencubit Felix.

    "Akh... Kakak apaan sih, masih subuh juga."

    "Biarin, biar kamu sadar."

    "Aku bilangin ke kak Fahri, baru tau rasa."

    "Yang ada kakak yang bilangin kelakuan kamu ke Fahri."

    "Eh, kok gitu sih?"

    "Biar kamu nggak bandel, biar Fahri kirim kamu ke Pesantren sekalian."

    "Ih apaan sih, ogah. Aditya aja yang di kirim, dia kan adek nya kak Fahri."

    "Bodo'."

    "Ih, ih, ih, kok kakak gitu sih."

    "Woy.... Masih pagi nih, bikin ribut aja."

    Suara keduanya menghilang di telan senyap udara setelah mendapat teguran dari tetangga mereka yang merasa terganggu dengan ocehan kedua nya di sepanjang jalan menuju Rumah.

06.03.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro