R o T || F i v e
MAAF JIKA ADA TIPO
•
"Udah jatuh, ketimpa tangga pula."
-T-
•••
Tera terlambat. Tadi, mamanya tidak bisa ditinggal. Entah karena apa, dia terus berteriak sambil melemparkan barang-barang yang ada di sekitarnya.
Mama kambuh.
Tera yang kasihan karena tahu mamanya terjaga sejak semalam hingga subuh pun memilih menetap. Akhirnya, dia tidak jadi pulang ke rumah saat jam di dinding menunjukkan pukul empat subuh. Gadis itu memilih menemani mamanya yang mulai kelelahan dan tertidur dengan kondisi tidak baik-baik saja. Dan karena ngantuk juga, Tera ikut terseret ke alam mimpi. Kalau bukan karena Tante Cahaya yang menggebyur wajahnya dengan air segayung, Tera pasti bangun saat ayam-ayam balik ke kandang alias menjelang magrib. Dia lelah sekali tidak istirahat seharian karena ditelepon pihak rumah sakit saat nyawanya hampir masuk ke portal dunia lain. Dokter Bagus kewalahan.
Tera mendesah. Satpam sekolah—Pak Hadi—sedang berkacak pinggang di depan pos satpam dan membelakanginya. Tinggal menghitung detik saja sampai satpam itu peka dan menangkap basah dirinya yang baru saja datang, satu jam setelah bel masuk.
Ah, sial.
Kalau Tera menampakkan diri, bisa-bisa dia diberi poin dan hukuman yang menghabiskan lima jam pelajaran. Tera mendesis.
Mending nggak sekolah sekalian.
Buru-buru, gadis itu memutar motornya yang dia dorong sejak beberapa meter dari tempat fotokopian. Nahas, baru saja pantatnya mendarat di jok motor, teriakan Pak Hadi yang biasanya terdengar meneriaki nama Aninda sekarang terdengar nyaring memanggilnya.
"Hey! Jangan bolos!"
Tera langsung memutar kunci motor kekanan dan menstaternya. Hanya butuh beberapa detik saja sampai motor metik itu meninggalkan kawasan SMA Bakti dengan kecepatan tinggi dan Pak Hadi yang mengejarnya sampai lampu merah.
"Hey! B C4Y4 LY! Besok Bapak laporkan plat motornya ke Bu Ratna!"
Tera makin menarik gas.
"Awas aja! Awas! Kamu nggak akan lolos!"
Pak Hadi menyerah. Pria itu memegangi lututnya yang bergetar. Setelah mengatur napas, dia memilih kembali ke sekolah dengan menghadang sebuah angkot.
Tera tersenyum miring. Untung, untung saja motor yang Tera pakai adalah motor milik Tante Cahaya. Mau dicari ribuan kali di parkiran kelas sepuluh sampai parkiran guru pun Pak Hadi tidak akan bisa melihat motor ini.
Tera tertawa singting. "Eh, tapi ada untungnya juga sih gue bolos," Tera tersenyum jahat. Gas yang tadinya sudah dibatas normal kembali naik, "Perpusda, I'm coming, sayanggggg."
•••
Tera mendengus. Gadis itu mendumal kesal. Berbagai macam umpatan sudah keluar dari mulutnya sejak tadi, sejak dia yang punya niatan membolos ketahuan Bu Ratna. Ternyata, Pak Hadi tahu siapa sosok di balik plat motor B C4Y4 LY. Alhasil, baru saja menginjakkan kaki di Perpusda, Tera ditelepon Bu Ratna menggunakan ponsel Lyly. Tanpa salam atau basa-basi, Bu Ratna langsung ke intinya, "Jangan pernah ngeremehin Pak Hadi yang matanya jeli sejeli jely. Kamu pikir dengan pakai motor yang berbeda dari motor kamu yang biasanya, Pak Hadi jadi lupa sama bentukan punggung dan tas kamu? Kembali ke sini. Kalau kamu nggak kembali ke sini saat ini juga, Bu Ratna kasih nilai sikap kamu C."
Berhubung Tera itu paling pintar disuruh modus, alhasil dia mengirimi pap ke nomor WhatsaAp Bu Ratna. Fotonya full face bersama Bu Fatimah dengan backgruond rak penuh buku. Tak lupa, Tera memberi bonus pesan setelahnya, "Baik, Bu. Maaf, ya hehehe, barusan saya Khilaf. Saya otw sekolah, Bu. Tapi tunggu sebentar, soalnya saya lagi bantuin Bu Fatimah ngumpulin buku yang mau didaur ulang."
Itu alibinya supaya menghambat nilai C yang Bu Ratna lambai-lambaikan. Padahal, boro-boro nata buku, mau masuk lebih dalam dari meja resepsionis saja Tera tidak mau, kecuali jika ada Aksa.
Sekali-kali bohong nggak apa, asal nggak berkali-kali, pikir Tera. Lagian, dosa tanggung sendiri.
Setelah melalukan hal konyol itu, maka di sinilah Tera menemui takdirnya. Diceramahi Bu Ratna sepanjang jalan kenangan, diberi catatan hitam, dan mengepel koridor yang sialnya banyak banget. Untung di jam pelajaran, kalau tidak bagaimana? Apakah Tera harus koar-koar sambil nyodokin pel ke kaki-kaki kurang ajar yang tidak mau menyingkir karena niat mengerjai Tera?
Oh, no!
"Lagi cosplay jadi Mang Adi, ya, Ra?"
Tera melirik seseorang yang mengejeknya. Ada si ketua OSIS dengan mulut nyablak dan mental tripleks. Si Ketua OSIS produk gagal tahun ini—Ilham. Di sampingnya ada "Calon Ketua OSIS" yang menurut Tera mental baja, tetapi kalah suara dengan Ilham yang dipilih sekedar isengnya anak-anak—Mira. Gadis itu terkikik geli.
Tera mendengus. "Kalau kalian mau ngetawain gue, mending pada masuk kelas aja sana," sinisnya.
Mira tergelak. "Ampun, Ra. Gue emang mau masuk kelas," Mira mencebik, "cuma kasihan kalau nanti lantainya kotor lagi."
"Iya, yang kasihan lantainya, bukan yang ngepel," kelakar Ilham yang mendapat tabokan dan pelototan dari Tera.
Ilham tergelak. "Galak amat, sih. Pasti ini efek kalah seleksi ketua ekskul dance."
Rasanya, Tera ingin mencokolkan pel di tangannya ke dalam mulut Ilham jika lelaki itu masih nyablak! "Gue nggak kalah! Tapi gue mengundurkan diri!"
Ilham menaikkan alisnya songong. "Alesan aja lo."
Tera berkacak pinggang. Ilham tertawa jenaka. Gadis itu mengangkat pelnya tinggi-tinggi dan siap melayangkannya kapan saja. Ilham langsung gelagapan dan bersembunyi di balik tubuh Mira.
Mira menabok lengan Ilham. "Udah deh, Ham. Nggak usah nyinyir. Buruan masuk. Ntar Pak Tono berubah jadi hulk, lo mau dikerempengin?"
Ilham tertawa. Lelaki itu melirik Tera lalu mengedipkan sebelah matanya. "Bye, baby girl."
Tera bergidik. Dia memilih menatap pelnya daripada Ilham yang genit.
Iuh.
"Yang bersih, ya, Neng."
Tera hanya memutar bola matanya jengah. "Yeah, baby boy."
Ilham terkekeh. Mira menepuk bahu Tera. Setelah kedua orang itu pergi ke kelas masing-masing, Tera merasa kesepian. Dengan malas, gadis itu memeras pelnya dan membawa ember berisi pembersih lantai ke koridor kelas sepuluh.
"Fyuh." Tera mengusap keringat di keningnya. Dia mulai mengepel dari pojok hingga pojok, dari kanan ke kiri. Namun, saat gadis itu tidak sengaja menendang ember dan membuat isinya tumpah, saat itu juga Tera tidak sengaja menginjak tali sepatunya yang lepas. Alhasil, karena tubuhnya tidak seimbang, gadis itu terhuyung ke belakang dan pantatnya mendarat di lantai.
Buk!
"Aw." Tera meringis sakit. Butuh beberapa detik untuk sadar jika rok sampai dalamannya basah. Gadis itu merengut kesal. Hari yang sial dengan kejadian-kejadian tak terduga. Tera merasa, ini hari terburuknya.
Buru-buru dia bangkit sebelum ada yang memergokinya tergeletak mengenaskan di lantai dengan wajah super nelangsa.
Tera menendang kesal ember yang masih tergeletak di sisinya. Dia mengambil pel dengan kasar dan mengepel ulang koridor kelas sepuluh lalu segera pergi dari sana sebelum bel istirahat berbunyi.
Gadis itu membawa alat-alat kebersihan dengan wajah dongkol dan berjalan menyusuri pinggir lapangan untuk menuju koperasi sekolah. Dia butuh rok. Bodo amat jika anak kelas sebelah yang sedang olahraga menertawakan dirinya yang terlihat mengenaskan karena Tera sekarang tidak peduli! Yang dia pedulikan hanya dalamannya yang makin basah!
"Ra!!"
"Lentera!"
"Awas, Ra!!"
Tera mengernyit. Seperti banyak yang memanggilnya. Gadis itu menoleh. Di sana, di antara kerumunan anak kelas sebelah yang sedang menatapnya dan meneriaki namanya, ada Reno yang melambai-lambaikan tangannya menyuruhnya lekas minggir.
Pada kenapa, tuh?
Saat dia mengedarkan pandangan, barulah dia sadar ada sebuah bola dari arah samping sedang melayang ke arahnya secepat kilat. Bukannya berlari atau menyelamatkan diri, Tera malah menegang di tempat.
Tidak sampai dua detik bola itu akan menghantam wajahnya, tapi Tera diam saja. Beruntung, sebelum hal itu terjadi seseorang mendorong Tera dan melindunginya.
Prangg!
Salah satu kaca kelas sepuluh ada yang pecah. Suara teriakan dalam kelas itu menambah suasana gaduh di sana. Mengabaikan bunyi kaca pecah dan anak-anak yang mulai mengerumuni lokasi kejadian, Tera malah terpaku menatap sosok yang menolongnya.
Tera menahan napas. Dengan jarak sekilan, Tera menatap orang yang menolongnya antara bersyukur dan kaget. Laki-laki itu, laki-laki dengan rambut ikal dan buku mata lentik. Laki-laki yang dia temui di toko roti milik Jani.
Kok bisa di sini?
"L-lo yang makan roti bagel itu, 'kan?"
Pipi laki-laki itu bersemu merah. Entah karena malu atau kenapa, Tera tidak tahu. Walau pipinya memerah, Tera bisa melihat wajahnya pucat pasi. Entah kenapa, setiap melihatnya, dia selalu melihat ekspresi yang aneh di setiap pertemuan.
"Ya, gue." Dia membantu Tera berdiri dengan tegak sebab sejak tadi dia memegangi pinggang Tera. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, dia berjalan menjauh dengan tergesa.
Tera melongo. "Hey! Cowok ikal! Makasih, ya!"
Lelaki berambut ikal itu hanya mengangguk dari kejauhan tanpa membalik tubuh.
Tera mengedikkan bahu. Walau di otaknya bergumul banyak tanda tanya, contohnya saja kenapa lelaki berhem kotak-kotak itu bisa masuk ke SMA-nya? Tera lebih memilih mengganti roknya yang basah. Dia makin tidak nyaman.
Tera menoleh pada kerumunan. Mereka sedang dimarahi Bu Ratna. Ah, bukan mereka, tetapi Reno dan dua temannya. Bu Ratna sedang menuding-nudingkan jari telunjuk dan memberi perintah untuk mengganti kaca sekaligus membersihkan semua kerusakan yang mereka buat. Untung bukan jari tengah.
"Syukurin. Itu karma karena lo sering genit sama gue." Tera tertawa sinting sebelum mengangkat alat kebersihannya yang tadi berjatuhan di paving. Dia berlalu dari sana sambil tersenyum mengejek pada Reno yang sedang menatapnya terang-terangan. Reno mencebik. Tera tertawa senang.
Dia tidak tahu saja, setelah menolongnya dan menghilang dari pandangan Tera, lelaki berambut ikal tadi menyandarkan punggung pada tembok. Matanya terpejam erat, napasnya tersenggal-senggal. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh dengan keringat di mana-mana. Semu merah di pipinya sirna, kalah dengan wajahnya yang makin pucat.
"12 detik ...," dia bergumam lirih. Tangannya menepuk-nepuk dada, kesulitan bernapas.
"Rekor baru." Dia menarik napas dalam-dalam. Baru saja terlihat tenang, rasa mual mengambil alih tubuhnya. Terpontang-panting, dia mencari toilet.
"Sialan."
-TBC-
Woyooooo~
Udah lama ya nggak nyapa pembaca, yaa walau dikacangin, tapi kangen juga ternyata jiahahaha.
Hai semuaa...
Gimana kabarnya? Sehat ya pastinya.
Jangan lupa jaga kesehatan dan menerapkan 5 M!
Semoga kalian semua selalu diberi kesehatan dan kemudahan. Aamiin...
Curhat dikit. Sebenernya, aku mau update cerita ini seminggu 2 kali dengan Hari Minggu sebagai hari wajib update. Tapi, makin ke sini kok makin sibuk nugas T_T Semoga aja aku bisa meluangkan waktu buat update 2 kali seminggu. Karena apa? Aku takut idenya keburu ngilang kayak dia😝
Oke sekian kuakhiri basa-basi yang basi ini.
Jangan lupa kasih vote dan komennya.
Salam,
Aku yang merindukan kalian, para pembaca❤
Kalian rindu aku nggak? Kalau enggak ya dibuat rindu dong┐( ̄ヮ ̄)┌
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro