[🌼] What is it?
Populer? Popularitas? Apa sebenarnya itu?
Satrinava Al-Karim berjalan santai di lorong Night Raven College sambil menggenggam magic pen-nya erat-erat. Pertanyaan-pertanyaan yang menyesaki benak bukanlah sesuatu yang tak bisa dia jawab, tetapi seperti yang selalu terjadi, jawaban-jawaban biasa terkadang tak cukup untuk memuaskannya. Sehingga Satri mulai mencari sendiri makna dari hal yang mengganggu pikirannya tersebut; populer.
Menurut kamus yang dibacanya semalam, kata populer secara umum memiliki makna; dikenal atau disukai oleh orang banyak (khalayak umum). Namun, ketika dia bertanya pada narasumber yang berbeda-beda, jawaban yang gadis itu terima pun jadi beragam dan kini sang pemilik netra sewarna koin emas itu mulai mempertanyakan arti kata populer bagi dirinya sendiri.
Makna populer bagi senior kelas tiganya, Vil Schoenheit. Berbeda arti dengan populer yang Satrinava lihat dari sosok Kalim Al-Asim ataupun Riddle Rosehearts. Menurut seniornya tersebut, meraih kepopuleran berarti mendapatkan pengakuan. Tanpa berpikir pun, Satri menyadari apa yang Vil maksud.
Model sekaligus aktor berambut dwiwarna tersebut, mengatakan bahwa kepopuleran adalah produk dari hasil kerja kerasnya. Untuk menduduki takhtanya sekarang, Vil jelas mengupayakan banyak hal sejak lama. Populer? Hal itu sudah lumrah terjadi, semuanya berbanding lurus dengan usaha yang dia kerahkan. Sehingga menjadi terkenal adalah suatu kewajaran, seperti mencuci wajah di pagi hari.
Kalim. Dia jelas terkenal karena berasal dari keluarga terpandang, yang juga mendapat label sebagai salah satu keluarga terkaya di dunia. Bahkan sejak Satri dan Kalim masih kecil, anak itu sudah populer karena mengemban titel putra sulung keluarga Asim. Terlepas dari keluarganya, Kalim dikenal memiliki kepribadian menonjol yang sangat berbeda dengan seluruh siswa NRC. Remaja berambut putih tersebut juga seorang Housewarden, sehingga kepopulerannya dapat diwajarkan.
Bicara soal Housewarden, Riddle Rosehearts pun sama. Selain karena merupakan Housewarden dorm Heartslabyul yang ketat aturan dan sifat teguhnya pada prinsip Queen of Heart maupun aturan lain secara umum, Riddle populer di kalangan murid dan guru sebagai siswa berprestasi yang selalu memperoleh nilai sempurna di seluruh mata pelajaran. Tambah lagi, dia menduduki posisi sebagai kepala dorm seminggu setelah diterima menjadi murid Night Raven College.
Lantas Satri teringat dengan Enma Yuuken dan Grim yang sudah menarik banyak perhatian sejak kedatangan mereka kemari. Bukan hanya karena pria tinggi tersebut mendapatkan dorm pribadi, kehadirannya saja sudah banyak menyelesaikan masalah di NRC. Terutama siswa-siswa Overbolt. Termasuk yang pernah terjadi di dorm tempat Satri bernaung, Scarabia.
Satri terpejam dan membuang napas panjang. Begitu banyak arti popularitas, semuanya beragam meskipun beberapa memiliki kemiripan. Gadis itu bertanya-tanya, bisakah semua orang menjadi populer? Bagaimana caranya? Apakah aku juga bisa memiliki makna dari kata itu sendiri?
Kepribadiannya tidak seunik Rook Hunt ataupun Cater Diamond, dia juga tidak berasal dari keluarga bangsawan seperti Leona Kingscholar, bukan pribadi dengan penguasaan expert di bidang tertentu seperti Idia Shroud, tidak memiliki kerajaan yang kelak akan dipimpin layaknya Malleus Draconia. Bukan seseorang dengan banyak kelebihan seperti teman kecilnya, Jamil Viper.
Dia juga tidak memenuhi kriteria populer sama sekali.
Tunggu sebentar, memangnya kriteria populer itu seperti apa? Satri menggaruk ujung alisnya dengan pulpen. Bertambah lagi satu pertanyaan yang perlu jawaban memuaskan.
“Satri, apa kau sedang mencari sesuatu?”
Suara jernih itu nyaris membuat Satri menjerit. Dia spontan mundur dua langkah, terlalu cepat sampai-sampai kakinya saling menginjak dan tubuh sang gadis oleng ke kanan. Azul dengan sigap menjulurkan lengan, menangkap pinggang gadis itu sebentar dan membantunya berdiri.
“Ini kali pertama aku melihatmu tidak fokus.” Laki-laki berambut silver tersebut sedikit tertawa, tangannya beralih untuk menaikkan kacamata. “Sesuatu sedang mengganggu pikiranmu? Biasanya kau tidak berjalan sambil menunduk.”
Satri yang baru mendapatkan keseimbangan, tak lantas menjawab pertanyaan bosnya tersebut. Dia menggeleng tanpa maksud berbohong. “Maaf karena sudah menabrakmu, Azul-san. Aku baik-baik saja, hanya sedang kepikiran sesuatu.”
“Hm, kau sedang memikirkan sesuatu?” Seulas senyum muncul di wajah Azul, senyum yang sudah Satri hapal maknanya apa. “Barangkali kau butuh seseorang untuk mendengarkan. Aku siap membantu semua masalahmu. Kau tahu?” Tangan Azul menyentuh dada, gaya bicaranya yang sangat khas itu membuat Satri tertawa kecil.
“Tidak, tidak. Aku ... bisa mengatasi ini sendiri.”
“Heh.” Azul berkacak pinggang. “Kau tidak perlu memberi jawabannya sekarang, tawaran tadi akan terus berlaku. Kau bisa menemuiku kapan pun.”
Nada persuasif yang digunakan Azul terkadang membuat Satri benar-benar ingin menyandarkan segala masalahnya kepada Housewarden Octavinille tersebut. Namun, dia tahu hal apa yang menanti jika bersedia menerima bantuan dari sang Ashengrotto.
Bagaimana bisa sosok ini tidak terselip dalam pikiran Satri ketika kata populer adalah bahan pikirannya sekarang. Azul Ashengrotto, selain terkenal sebagai siswa cerdas, pemimpin dorm Octavinille, juga manajer dari sebuah kafe. Laki-laki yang menjadi panutan Satri ini, tentu saja identik dengan hubungan bisnis-berbisnis; orang-orang bilang Azul bisa mengabulkan semua permohonan dan dia bisa melakukan apa saja selama bayarannya pas.
“Terima kasih untuk tawarannya.” Untuk sekarang dan mungkin seterusnya, Satrinava tidak akan membuat dirinya terikat kontrak dengan Azul Ashengrotto, lebih daripada kontrak kerja sama. Lagipula, topik populer bukanlah sesuatu yang Satri rasa pantas didiskusikan dengan siswa berkacamata tersebut.
“Aku akan senang sekali jika bisa membantumu,” balas Azul ramah, masih tersenyum. “Omong-omong, sebentar lagi sudah waktunya. Aku butuh bantuanmu lagi hari ini.”
Menyadari ke arah mana topik pembicaraan mereka, Satri mengangguk. “Tentu saja,” balasnya. “Aku memang sedang dalam perjalanan untuk menemui Cater-senpai dan Trey-senpai.”
“Terima kasih, aku pasti akan memberikanmu bonus. Ini akan jadi kali pertama kau membantu kafe cabang Mostro Lounge. Aku sangat menantikannya.” Tawa ringan lolos dari sela bibir Azul. Singkat sekali, tetapi tulus.
Mendengar nada semangat dalam suara Azul membuat Satri tersenyum makin lebar. Dia senang bisa menjadi bagian dari proses berkembangnya Mostro Lounge. “Mohon bantuannya, ya.”
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro