00.02
Tendou Satori hanya berdiri diam di sana, ikut tertawa di dalam hati saat anak-anak seumurannya sibuk membuat lelucon tentang dirinya. Walau sebenarnya tidak ada yang lucu saat orang-orang memberimu sebutan aneh, seperti monster atau youkai. Tapi bisa apa dirinya, bocah kecil yang menjadi bahan ejekan selain hanya dia dan tersenyum membiarkan dirinya dicemooh.
Tendou tidak tahu apa yang membuatnya dicap 'menyeramkan'. Apakah karena potongan rambut merahnya yang seperti mangkuk atau mungkin matanya yang kerap terlihat lelah?
Apa?
Dirinya tidak suka. Siapapun tidak akan suka diperlakukan layaknya makhluk menakutkan yang diasingkan. Dia ....
"Hei, bocah pengecut!"
Lamunan Tendou buyar saat seseorang dengan gagahnya berdiri di hadapan anak nakal tadi. Meski badannya kalah tinggi dan terhitung mungil, anak perempuan itu berani menunjuk-nunjuk seraya mencemooh balik si perundung.
"Apa yang lucu? Rambutnya imut, tahu! Enggak kaya kalian, botak dan berantakan!"
Bocah laki-laki tadi tidak terima dikatai, seketika wajahnya memerah karena kesal. Mereka hendak memukul sang bocah yang Tendou duga lebih muda dari mereka, sebelum anak laki-laki yang maju hendak melawan tadi tiba-tiba terjatuh.
Ya, bocah yang menjadi 'pahlawan kesiangan' Tendou itu melempar sebuah bola voli ke wajah si lawan dengan cukup kuat. Bunyinya saja terdengar mengerikan.
Tendou terperanjat, tidak menyangka anak di depannya akan bertingkah seberani itu.
"K-Kau! Kulaporkan ke i—hiii!" jengit kedua anak laki-laki itu saat mereka melihat Tendou hendak melempar bola voli di tangannya. Dengan buru-buru mereka bangkit dan berlari menjauh.
Melihat mereka yang berlari terbirit-birit, Tendou dan anak perempuan itu tertawa bersama.
"Nah, gitu dong! Kalau enggak dibalas, mereka nanti makin menjadi-jadi," ucap anak itu kepada Tendou dengan binar di wajahnya. Hal itu cukup membuat Tendou terperangah.
Tendou balas tersenyum. "Terima kasih. Kalau bukan karenamu, mungkin mereka sudah habis kupukuli."
Ucapan Tendou membuat anak itu terdiam seketika, senyumnya luntur.
"Bercanda."
Mengembuskan napas lega, anak perempuan itu memukul lengan Tendou pelan. "Bikin takut saja! Ah, kulihat caramu memegang bola sudah bagus. Mau ikut aku ke tempat pamanku? Dia yang melatih tim voli SD sebelah, loh!" tawarnya sambil melihat tangan Tendou yang memainkan bola voli sebelumnya.
"Boleh?"
"Tentu!"
[Di sore itu, Tendou Satori sadar dirinya tidak ingin ditinggalkan sendirian.]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro