11
"Kak, bagaimana kabarmu selama ini?"
Sebuah suara teralun pelan dalam sebuah kamar. Menyapa lembut dengan sopan indra pendengar. Tetra yang juga turun membentuk kurva teduh mengedar. Mengamati baik-baik tubuh di atas kasur yang sejajar.
"Aku kaget kita bisa ketemu lagi setelah sekian lama."
Hinata Shouyo mendudukan dirinya di samping sang gadis. Sambil tersenyum tipis-tipis, jarinya membelai pahatan wajah manis.
"Apa kamu masih ingat aku?"
"Dulu kamu sering bilang kalo aku lucu. Adik kelas yang lucu."
"Apa karna itu kamu mau pacaran denganku? Karna gak bisa nolak adik kelasmu yang lucu ini ..."
Dari dahi ke pipi merah, Hinata lalu berpindah ke rambut yang ada di sisi. Menunduk sedikit, ia hirup aroma kecil sang gadis yang sudah banyak termanipulasi.
"Tapi ... Kenapa kamu bisa bilang putus, ya, Kak?"
"Apa gak tau kalo aku mungkin bisa saja menangisimu seperti anak kecil."
"Teganya ..."
Dengan jarak yang masih dekat, Hinata belai lagi pipi merah sang gadis sambil terus bergumam.
"Padahal katanya mau putus karna sibuk belajar. Gak ada waktu main-main, mau serius."
"Memang aku memacarimu untuk main-main, hm?"
"Liat, sekarang siapa yang lagi main-main di pub dengan pria-pria brengsek yang sok adil memperebutkanmu?"
"Sejak kapan gadis penurut sepertinu jadi nakal seperti ini?"
Saat Hinata mengusap bawah bibir sang gadis, saat itulah [name] terdengar meringis.
"Selamat malam, Nona [Full name]."
Suara serta eksistensi Hinata yang bergerak menjauh menyapa pemandangan buram [name] yang perlahan terbuka tersebut.
"Mimpimu indah?"
[Name] beringsut pelan. Setelah maniknya mengedar ke seluruh ruangan, gadis itu mendehem pelan.
Mengerti kondisi, Hinata sigap menyodorkan [name] segelas air.
"Shouyo?"
[Name] mendehem lagi sambil meringis akibat pening. Kala posisi duduknya sudah nyaman, gadis itu sontak bergeming.
Mendongak dengan kesadaran yang susah payah ia raih, [name] jelas dapati laki-laki di hadapannya menyipit karena senyum.
Hinata Shouyo tak menyangka, ternyata mantannya ini masih memanggilnya dengan panggilan yang lucu seperti itu.
"K-kenapa ..."
Bercelinguk dengan wajah bingung, Hinata sontak mengeluarkan kekehan, "Kamu mabuk, sih."
"Huh ...?"
"Biasanya kalo mabuk berat, kamu bisa berhalusinasi. Dan yang akan kamu temui adalah sesuatu yang paling kamu pikirkan."
"... B-benarkah ..."
Hinata tersenyum gemas, "Ya. Shouyo, kah, yang ada dipikiranmu itu?"
Sang gadis terdiam bingung. Rasanya masih agak sulit mengatur pikirannya yang masih di pengaruhi minuman keras.
"A-apa berarti aku masih bersama K-Kuroo?"
"Hm?"
Kalau memang ini adalah halusinasi. Berarti kenyataannya tak ada Hinata Shouyo, kan? Apa yang masih bisa [name] ingat, hanyalah lelaki berhelai hitam yang tadi terus menggodanya dengan senyum seduktif.
"Kuroo? Pria yang akan mengambilmu dengan cara taruhan itu?"
[Name] menatap Hinata bingung.
Tatapan mereka beradu selama beberapa saat.
"Kamu tertarik padanya?"
[Name] bisa melihat samar-samar perubahan dalam tatapan Hinata. Merasa semakin mengintimidasi, gadis itu pun menundukan wajahnya.
"Kak [Name], kayaknya kamu dulu lebih berani menatap ke dalam mataku, deh? Kok sekarang lebih cupu?"
Tak menjawab, [name] hanya sedang berusaha sesegera mungkin menyadarkan kembali pikirannya agar bisa lepas dari segala situasi yang tampak membodohinya ini.
Lagi pula, kenapa tiba-tiba ia sudah ada di atas kasur? Kamar siapa yang tidak dikenalinya ini? Dan kenapa ada Hinata Shouyo? Adik kelas selaku mantan pacarnya itu, kan, sudah lama sekali tak ia jumpai. Bahkan kalau dipikir-pikir sampai kepalanya tambah pusing, tiba-tiba mabuk dan berhalusinasi ada Hinata Shouyo adalah kemungkinan yang tipis.
Mencoba mengangkat kepalanya, [name] kaget. Dia lantas meringis, memejamkan mata tanpa suara.
Sebab, tatapan Hinata saat ini. Seperti tatapan yang sama yang pernah ia rasakan sebelum ini.
Dengan topeng emas berhias perak. Dengan kilat temaram pada lapisan manik karamel. Dengan helai orange yang dimanipulasi gelap.
Dan dengan senyum miring yang sama yang terlukis tepat di hadapannya.
"Ini pertamakalinya kamu mabuk, kah, Kak [Name]?"
Gadis yang terpanggil seketika bergidik. Suaranya yang ia dengar entah kenapa semakin bergema di kepalanya. Apalagi saat Hinata makin membawa maju tubuhnya.
"Mau tau cara untuk meredakan mabuk?"
Sepersekian detik Hinata Shouyo mengucapkan pertanyaan itu, [name] langsung bisa menyimpulkan jawabannya begitu saja.
Apa yang dilakukan mantan pacarnya yang entah nyata atau tidak ini berhasil membawa kembali kesadarannya.
Sebab, bisa merasakan lembab serta kehangatan yang menyapu lembut bibirnya adalah bukti bahwa [name] sudah semakin sadar. Mana mungkin, kan, halusinasi terasa sehalus ini?
"Schnaaps, eh," Hinata menjauhkan wajahnya, lalu mengendus dengan jarak yang masih tipis, "berani juga kamu, Kak, dengan konsentrasi setinggi itu."
Dengan kesadaran yang perlahan bangkit, [name] mulai terganggu dengan hawa panas dan segala pening serta sensasi yang membelenggunya kini. Wajahnya makin memerah. Dari tautan bibir mereka tadi, napasnya sedikit terengah.
"Nakal," Hinata menyunggingkan seringai kecil, "kamu sengaja, ya Kak, mabuk seperti ini biar aku terus-terusan membantingmu agar sadar?"
Hinata Shouyo. Dulu mungkin nama depannya yang diucapkan oleh orang lain akan terdengar lucu. Tapi pada malam ini, Shouyo-nya akan terdengar berubah. Dengan suara yang rintih, dengan seduktif, kemudian menjadi sebuah candu yang jauh lebih kuat dari alkohol kadar tinggi.
"Kak [name] ..."
Sang gadis yang kini sudah dalam kungkungan di bawahnya dilepas kembali hanya untuk menatap wajahnya yang memerah. Hinata dengan wajah meringis menahan desiran panas dalam tubuhnya tersenyum, lalu berucap pelan, "Aku lupa kalau aku ini adalah bartender ..."
"Jadi ... Maaf, ya, kalau kamu malah tambah mabuk."
Dengan kalimat tersebut, Hinata langsung menggadaikan kesadarannya dan mengabdikan diri pada gadis di hadapannya. Cocktail dress-nya, kulit putihnya, lehernya, serta bibirnya, [full name] adalah definisi memabukkannya seorang pembuat mabuk itu sendiri.
"Beautifully, innocently, and forever after."
"Kak, 5 detik, usir aku atau izinkan aku memilikimu lagi."
Tak adil memang jika berucap hal tersebut dalam keadaan kedua belah pihak yang sudah mabuk. Entah [full name] bisa mencernanya dengan baik atau tidak. Setidaknya Hinata sudah memberi peringatan. Dan merasa tak adanya tolakan bahkan saat sudah berlalu 5 detik, laki-laki yang masih berstatus mahasiswa itu kini tak punya alasan lagi untuk ragu.
"I'll make you sway with the romance like how I have promised you."
Kata-kata selamat tinggal yang dulu pernah diucapkan, dikibas penuh oleh sentuhan yang sekarang Hinata berikan.
"Kiss me, kiss me all night."
Hinata kini sedang mencoba tuk percaya. Sebab, bagaimana takdir bisa kembali mempertemukannya semudah ini padahal sudah terpisah cukup lama?
"Kiss you, kiss you strongly."
Air mata yang kini turun perlahan membasahi pipi wanita di bawahnya itu sangat mempesona. Walau tampak meringis saat tubuh dan tubuh saling menghantam, Hinata sudah tak bisa lagi berhenti. Karena saat ini, Hinata Shouyo sedang meyakinkan wanitanya agar kembali padanya dengan cara yang berbeda.
"A passionate and lewd goodnight. I'll lure you back to that night."
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro