Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07

Pub yang menjadi tempat bersenang-senangnya saat ini terlihat sangat mewah dengan dance floor dan bar yang luas. Tak salah jika awalnya [full name] pikir temannya ini mengajaknya ke diskotik. Tamu-tamu seiring waktu terlihat makin menggebu. Live music makin membuat candu. Dan fasilitas judi di pojok ruangan makin beradu.

Tak hanya first time-nya ia ke perjodohan, ke pub seperti ini juga adalah pertamakalinya bagi [full name]. Walaupun sudah berumur, gadis itu bahkan jarang ke bar dan meminum alkohol. Iya, karena sepanjang hidupnya, [name] dalam kendali sosok 'orang tua'.

"Hai? Aku Semi Eita."

[Full name] menahan napas mendengar suara yang tadi membuainya jadi sedekat ini. Sengatan listrik merambat kecil ketika tangan kekar pemuda itu membelai kulit dinginnya.

"Ternyata kamu yang ikut acaranya Yukie, ya? Aku dari tadi merhatiin kamu, bahkan ketika kamu baru saja masuk," pria yang bernama Semi Eita itu berungkap jujur. Dengan senyum yang lebih ber-damage halus, namun tetap menggelitik. Yah, senyum laki-laki bernama Kuroo Tetsurou di hadapannya sejauh ini masih lebih terasa berbahaya menurutnya.

"Hey, jangan terlalu laju. [Name] baru pertama kali ikut acara perjodohan, nanti dia malah takut," ujar Bokuto Koutarou dengan gayanya.

"Ah, okay. Aku udah menduganya begitu melihat raut wajah kamu pertama kali," balas Semi, di dahului dengan kekehan kecil tadi.

Sungguh. Tawanya mengalun begitu lembut menyapa telinga [name]. Terlebih posisi duduk Semi ada di ujung meja antara dirinya dan Kuroo Tetsurou.

Menghadapi tatapan dan senyuman Kuroo saja sudah membuat [name] sesak. Sekarang akan sering teralun suara pemabuk akal di dekat telinganya.

... Tunggu dulu.

Apakah yang sudah terbuai seperti ini baru dirinya saja?

Yukie di sampingnya sejak tadi ramai berbincang dengan yang lain dengan aliran landai. Kaori Suzumeda dan Eri Miyanoshita pun bisa menyahuti pembicaraan dengan tenang.

Apakah ini karena first time-nya?

"[Name]? Jika tidak ke sini, memang biasanya kamu menghabiskan waktu dengan apa?"

Suara Semi Eita lagi-lagi membuat telinganya manja. [Name] menatap wajah sang pria, berikutnya ciut dan kembali berpaling, "aku biasanya bekerja, sih ..."

"Ah, workholic, ya?"

Kini senyum dari Kuroo Tetsurou menyapa kembali pandangannya.

"Bisa disebut begitu, tapi sebenarnya tidak sampai workholic juga ..." [Name] terlihat kesusahan. Dia selalu terlihat merilekskan degup jantungnya setiap selesai berbicara.

"Tapi senang bekerjanya?" Semi bertanya dengan perlahan. Berusaha mencari topik yang nyaman.

Tidak tau saja, bahwa pertanyaan yang dilontarkan adalah sesuatu yang masih bingung di jawab oleh [name].

Kuroo Tetsurou menyadari hal itu, alisnya pun berkerut.

"Hey, apa kita tidak mau mulai memesan alkohol?" Pertanyaan Bokuto melesak masuk ke suasana sisi kiri meja, di mana Kuroo, Semi dan [name] berada.

"Ah, iya benar. Berbincang tanpa alkohol akan kurang, kan?" Sahut Oikawa Tooru.

"[Name] mau pesan apa?" Tanya Yukie, agak sadar bahwa temannya ini memang tidak terlalu sering meminum alkohol.

Raut wajah bingung [name] kali ini berhasil di tanggapi cepat oleh Kuroo, "mau kurekomendasikan, [name]?"

"Ah, kamu tidak biasa minum alkohol, kah?" Laki-laki dengan suara tegas dan badan yang serupa menyahuti obrolan. Iwaizumi Hajime.

"Karena katanya baru pertama kali ke sini, aku rasa yang rendah dulu saja?" Kini Semi yang menyarankan.

"Kamu suka kopi? Kalau suka aku akan saranin Baileys Irish Cream," ujar Kuroo, menyebut salah satu jenis minuman pemabuk.

"Tapi Baileys rasanya pekat. Kupikir untuk wanita lebih cocok Margarita," sanggah Iwaizumi.

"Ah, ya, itu alkohol paling banyak di sukai wanita," Kuroo ternyata menyetujui saran Iwaizumi. Pun dengan Eri di ujung meja lain.

"Aku juga akan pesan Margarita, cuman mungkin bedakan saja di kadarnya, ya?" ucap Eri, sepertinya dia sudah cukup terbiasa meminum alkohol.

"Kupikir Margarita masih agak berat untukmu. Bagaimana jika Radler Beer saja? Kita di sini bukan bertujuan untuk mabuk, kok," Semi Eita kini yang memberi saran. Tuturan dan maksudnya lembut sekali agar sang gadis yang awam tempat malam seperti ini tidak kacau untuk kali pertama.

"O-oke ... Kalau begitu Beer?" [Name] mengiyakan perlahan-lahan. Namun langsung dapat balasan senyum dari Semi Eita yang sudah menawarkannya.

Dan hal itu membuat Kuroo Tetsurou agak merasa kalah.

***

Awal-awal tegang, perlahan pun bisa merenggang. Tadinya terasa gugup, sekarang sudah menikmati degup. [Full name] tak tau apakah ini berkat alkohol dalam Beer yang diminumnya, atau karna dua lelaki di hadapan dan di sampingnya yang membuat tempat remang terasa kian makin nyaman.

"Jadi itu kenapa kamu bilang seperti workholic tapi juga bukan?" Kuroo Tetsurou mengecap bibirnya yang baru saja terbasahi Schnapps manis.

"Iya, karna emang aku masih bingung," jelas [name], memang sudah sejak tadi ia mulai bisa menceritakan tentang dirinya tanpa gugup, "di sisi lain aku tak keberatan setiap hari bekerja, namun kalau ingat ini awalnya hanya keinginan ibuku, aku jadi ragu. Apakah aku beneran suka dengan pekerjaan ini atau tidak."

"Sulit juga ya tak sadar dikendaliin kayak gitu," Semi Eita, duduk di sebelah [name] membuatnya bisa mendengar dengan jelas setiap nada macam apa yang dikeluarkan gadis itu.

[Name] mendesah panjang. Tangannya menggerak-gerakkan gelas  berisi Beer yang hampir habis.

"Ya ... Telat banget aku sadar kalo kena toxic parenting," [Name] menyendukan kelopak. Tampak mengasihani dirinya sendiri, "... Sekarang aku malah disuruh untuk nikah sama laki-laki pilihan ibuku ..."

Kuroo telusuri pahatan wajah manis yang ada di hadapannya. Tampaknya ia mengerti, kenapa gadis yang awam tempat malam ini bisa tiba-tiba datang ke sini.

"Jadi apakah kamu ke sini karna berusaha menolak perjodohan itu?" Semi yang akhirnya mengutarkan apa yang berhasil dipahami Kuroo juga tadi.

"Iya ... Aku gak mau nikah sama laki-laki yang gak aku mau," [Name] kembali menerangkan dengan jelas apa tujuannya kemari.

Keadaan seperti ini, sepertinya memang terjadi karena pengaruh alkohol yang ada dalam minuman. Karena [name] yang sebelumnya akan sangat berhati-hati dalam berbicara, bukan yang mudah terus terang seperti ini.

Selain itu, faktor suasana dan pembawaan dua lelaki di hadapannya ini benar-benar mengalir.

Kuroo dengan suara berat, berbicara dengan hati-hati dan pengertian. Di sisi lain, suara indah Semi sejak awal pun sudah membuat [name] terbuai, apalagi ketika perbincangan ini dimulai, Semi makin melembut.

Kedua pria itu membuat nyaman dengan gayanya masing-masing.

"Ah, Beer ku habis lagi," ujar [name] di tengah jedanya perbincangan. Dirinya kemudian berusaha meraih botol Beer di tengah meja. Namun sebelum itu, sebuah tangan kekar telah lebih dulu menahannya.

"Kupikir cukup. Kamu mulai keliatan mabuk," Iwaizumi Hajime yang berujar, seraya itu menjauhkan botol Beer dari jangkauan [name].

"Belum, aku belum mabuk, kok," Tentu saja [name] menyanggah. Itu karena memang benar, belum terasa pusing bahkan mual pada dirinya yang menandakan belum juga mabuk. Ia hanya baru sampai pada tahap candu dengan rasa alkoholnya.

"Dua gelas lagi dan kamu akan benar-benar mabuk."

"Kalau begitu biar aku minum satu gelas lagi sajaa."

Memerhatikan itu semua, Kuroo pun turun tangan, "kalau kamu masih mau yang manis, lebih baik pindah ke mocktail saja, [name]."

Sang gadis bergumam panjang. Tanda keberatan memilih, namun akhirnya mengangguk pasrah. Di akalnya yang masih sempat bekerja ini, memang Beer bukan pilihan yang cukup tepat. Sebab, bisa saja kesadarannya benar-benar akan menghilang.

"Kalau begitu biar aku yang pesankan, ya? Kamu tunggu di sini," Semi yang menawarkan diri sendiri segera beranjak tanpa menunggu persetujuan. Pria berhelai perak itu berjalan mendekati bar, meninggalkan atensi [name] yang masih setia mengekorinya.

"Jadi, tipemu yang bagaimana?" Tanya Kuroo tiba-tiba. Tepat sekali sehingga bisa langsung mendistraksi tatapan [name] yang terlekat pada punggung Semi.

"Entah?"

"Apa kamu gak punya tipe cowok?"

"Hmm, sepertinya tidak terlalu spesifik."

"Kalau begitu, apa kamu punya mantan? Kupikir aku bisa mengambil referensi tipe dari mantanmu."

[Name] mengusap permukaan sisi gelasnya yang masih terselimuti dingin, dengan memori masa lalunya ia menjawab, "mantanku sepertinya bukan tipeku sama sekali untuk sekarang."

"Benarkah?"

"Ya, untuk jadi orang yang akan memimpin rumah tangga, aku tidak bisa memilih laki-laki yang belum lebih dewasa dariku."

"Mantanmu lebih muda darimu?"

Menggantungkan pertanyaan Kuroo, [name] bawa atensi untuk berlabuh pada Semi Eita yang masih jauh. Tak beberapa lama, pria itu kembali berbalik, melangkah ke mejanya di sini.

Selagi menyiapkan jawaban untuk pertanyaan Kuroo Tetsurou tadi, [full name] tinggalkan atensi di tempat terakhir Eita Semi, di mana seorang bartender masih tegak berdiri. Lalu memanggil kembali memori. Dengan sepasang manik balas menemani, dan senyum tipis familiar mengiringi.

"... Dia adik kelasku dulu. Terakhir kali aku menjalin hubungan itu bersamanya, di masa SMA."

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro