Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

►0:07

Bola matamu memancarkan harum tubuhmu
Mengalirkan getaran yang membuatku terpaku♪

[Terpesona]
Isyana Sarasvati ft. Gamaliel

0:07 ─|──────── 3:18

⏮⏪ ⏸ ⏩⏭

∞ ↺

▁ ▂ ▃ ▄ ▅ ▆ █ 100 %

•----- ♬ -----•

Sinar mentari telah menyongsong pagi. Repetisi aktivitas dilakukan lagi. Sekolah, bekerja, berdagang, beres-beres rumah, dan lain-lain. Kehidupan ibukota yang monoton setiap hari.

Ayazaka Harumi menatap pantulan dirinya di cermin. Pakaian wanita kantoran, kemeja putih dengan blazer hitam dan rok span hitam selutut. High heels warna hitam, rambut coklat muda yang digelung rapi hingga menyisakan poni di dahi, dan riasan sederhana di rupa ayunya. Lipstik merah sebagai sentuhan terakhir.

Iris emerald kembali lagi menatap pantulan diri. Setelah dirasa puas dengan penampilannya, ia pun mengambil tas tangan warna abu-abu yang tergeletak di atas kasurnya lalu mengapitnya di antara ketiak lantas bergegas pergi ke luar apartemennya. Ia telah siap untuk berangkat kerja.

Langkah membawa raga menuju halte 05 yang berjarak dalam radius 60 meter dari gedung apartemen ke arah utara. Ia adalah satu-satunya penunggu halte 05 ketika hari-hari kerja karena bus yang melewati halte 05 merupakan bus yang bertujuan ke pusat kota. Daerah tempat tinggalnya ini rata-rata dihuni oleh para pekerja pabrik yang bekerja di pinggiran kota dan bus yang menuju pinggiran kota selalu melewati halte 03, 30 meter ke arah timur dari apartemennya. Oleh karena itu, halte 05 hanya akan ramai ketika akhir pekan tiba.

Jika diingat lagi, Harumi sedikit menyesal karena memilih tempat kerja di pusat kota. Ia harus dua kali naik bus untuk menuju kantornya dan yang paling menakutkan ketika ia pulang larut malam. Ia tidak tahu apa yang menunggunya di halte setibanya di sana nanti.

Namun, sejauh ini ia belum mengalami kejadian buruk di halte sehingga pikiran untuk pindah tempat kerja ataupun pindah apartemen belum pernah mampir di kepalanya. Lagipula biaya sewa apartemen di pusat kota sangatlah mahal. Ia tidak akan pindah jikalau memang tidak benar-benar gawat.

Bangunan halte sudah tampak di depan mata. Wanita muda berusia 24 tahun itu semakin bergegas. Namun, kala jarak semakin dekat, mata menangkap sosok pria yang sedang berdiri di  sana. Langkah dipelankan secara otomatis. Harumi memerhatikan sosok itu dengan teliti dan hati-hati. Takut-takut sosok itu adalah seorang kriminal, penjahat kelamin, atau bahkan yakuza.

Dua langkah lagi menuju depan halte. Sosok itu semakin jelas. Seorang pria muda berperawakan sangat tinggi, rambut abu-abu yang disisir ke belakang, dan sedang memainkan ponselnya. Ditilik dari style berpakaian sang pria yang Harumi lihat dari samping, bisa disimpulkan jika pria itu termasuk golongan orang modis.


Tepat saat jarak lima meter sebelum halte, tiba-tiba saja pria itu menoleh ke arah Harumi membuat sang wanita gelagapan seketika. Apalagi iris viridian sang pria yang menatapnya lekat membuat Harumi gugup. Harumi akui bahwa pria di depannya ini SANGATLAH TAMPAN. Maka, anggukan disertai senyuman adalah tindakan terbaik untuk mengakhiri momen awkward ini. Walau Harumi yakin bahwa senyumannya lebih mirip seperti ringisan aneh.

Sialnya sang pria malah membalas ringisan Harumi dengan senyuman manis membuat pipi sang wanita melepuh seketika. Jujur saja, Harumi ini sama sekali belum pernah bersisian ataupun berjarak dalam radius dekat dengan laki-laki tampan. Ternyata teman-temannya tidak melebih-lebihkan soal impresi bertemu dengan laki-laki tampan.

Kini Harumi berdiri dua meter di samping sang pria. Ia sama sekali tidak menyangka jika di pagi ini ia akan ditemani oleh laki-laki tampan di halte. Tapi, sekalinya ditemani seperti ini malah ber-damage tidak karuan. Harumi yang sedari tadi berusaha bernapas normal malah tidak bisa karena wangi parfum sang pria terlalu mendominasi oksigen. Wanginya bukan wangi yang memuakkan ataupun yang menyengat. Wangi parfum pria ini termasuk wangi maskulin yang bikin nyaman di hidung dan tidak bikin pusing jika dihirup terus-menerus. Untuk pertama kalinya Harumi menemukan tipe parfum pria yang semacam ini.

Harumi menggigit bibir bawahnya sambil menatap aspal jalanan di depannya. Aroma parfum sang pria yang semerbak serta paras dan iris viridian yang masih menempel di ingatan juga lengkungan senyuman manis membuat Harumi benar-benar gugup berdiri di samping pria ini.

Apa karena pria ini tampan lantas aku gugup? Atau memang aura pria ini yang membuatku gugup? Atau semua orang tampan di dunia memang memiliki damage seperti ini?

Bus telah tiba. Sang pria mempersilakan Harumi masuk terlebih dahulu membuat wanita itu berterimakasih dengan gagap. Harumi memilih bangku di belakang persis sebelah jendela, sedangkan pria itu memilih bangku yang ada di deret tengah-tengah. Akibat tubuhnya yang terlalu tinggi membuat kepala abu sang pria menyembul dengan jelas hingga terlihat sampai bangku belakang.

Senyuman, tatapan, dan aroma sang pria masih diingat jelas oleh Harumi membuat wanita tersebut menggeleng-gelengkan kepalanya lantas menatap pemandangan di luar jendela guna mengalihkan fokus pikiran dari pria bersurai abu tadi.


24 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro