5 |A Discovery
| RYUKA |
Aku sampai di gedung Del Vie yang berada di pusat kota Minarti. Gedung ini merupakan gedung utama yang digunakan untuk menjalankan segala pekerjaan administrasi pemerintahan hingga rapat penting seperti yang akan aku hadiri sebentar lagi.
Aku berjalan menelusuri lorong panjang sambil mengikuti iring-iringan Lord Hopskin dengan beberapa Pemimpin Daerah di belakangnya serta beberapa orang-orang penting, seperti ayahku. Selama berjalan dalam lorong, beberapa orang yang berada di sini mulai membungkuk dan menyapa. Namun, beberapa bisikan menyangkut di telinga disertai tatapan tajam dari berbagai mata yang kulewati.
"Itukah dia?"
"Diakah yang selalu disebut Lord Hopskin ...."
"... satu-satunya yang dapat mengakhiri perang?"
Udara mulai terasa berat semakin lama aku melangkah mendekati ruang pertemuan. Dan perasaan ini mulai mempengaruhi pikiran. Dimana pemikiran aneh muncul di kepala. Seandainya aku tidak kemari ... Hentikan!
Jujur, semua ini mengesalkan, rasanya semangat yang mengebu-gebu beberapa menit yang lalu hilang hanya karena semua tekanan ini. Aku menunduk sambil menghela napas berat, berharap semua beban dapat keluar seiring dengan helaan napasku.
Aku kembali melirik sekeliling untuk mengalihkan perhatian. Dan menyadari bahwa lorong utama ini cukup megah dihiasi tiang-tiang krem tinggi serta pintu-pintu coklat besar di sebelah kanan. Dan di sebelah kiri dipenuhi dengan jendela yang memperlihatkan jalan utama kota Minarti. Aku menoleh ke arah jendela dan melihat kerumunan orang yang memenuhi depan gedung, penuh dengan berbagai emosi mereka dalam menyuarakan aspirasinya.
"Hukum Kubu Barat!"
"Hentikan Otoriter!"
"Kebebasan adalah kewajiban!"
Aku sejujurnya tidak dapat memberikan banyak komentar terhadap aspirasi mereka yang mendukung untuk 'mematikan' Kubu Barat, karena semua orang di sini bebas berpendapat. Namun, mereka melupakan bahwa perang ini adalah sebuah permainan catur. Mereka hanya pion yang dibawa ke medan perang sebagai sarana perang, dimana orang yang benar-benar bermain hanyalah antara dua kepala yang sangat tinggi sekali pride-nya.
"Lihat semangat masyarakat kita yang sangat ingin bebas dari perang! Dengan semangat ini tentu kita bisa mengakhiri malam suram yang panjang ini!" ucap Lord Hopskin dengan suara yang cukup keras hingga menggema dan terpantul-pantul di antara dinding lorong.
Kemudian semua orang di sana berseru penuh semangat mendengar ucapan Lord Hopskin. Sayangnya dia adalah salah satu orang yang memainkan pion catur, dimana lawannya adalah Harld.
Ini bukan masalah nasionalisme, tetapi perang adalah permainan antara dua orang yang memakan nyawa ribuan manusia. Kalian sebut orang yang berjuang itu adalah pahlawan. Ketika yang kembali hanya sebuah nama, ada keluarga di sana yang menangis. Bayangkan berapa banyak keluarga yang berduka atas permainan ini. Mereka sedih orang tersayang mereka tidak kembali, tetapi tidak dapat membenci kubunya sendiri. Lalu rasa benci muncul atas perang ini dan kubu lawan dijadikan sebagai bahan pelampiasan mereka. Begitu pun seterusnya, hingga menjadi rantai kebencian yang tidak akan putus dan inilah yang menyebabkan perang masih terus berlangsung.
Dimana saat ini semua orang tidak memiliki pilihan selain berperang demi kubunya sendiri.
Aku berjanji untuk menghancurkan rantai itu.
"Nona, pertemuannya akan segera di mulai," panggil seseorang pria tinggi kurus.
Dia sepertinya salah satu pengawal yang menjaga iring-iringan tadi, melihat dari baju yang dipakai. Aku menoleh ke kanan-kiri dan menyadari bahwa hanya ada aku sendiri di lorong ini.
"Bisa tunjukkan dimana pertemuan itu?" tanyaku pada pengawal itu.
"Tentu. Ikuti saya nona." Dengan sopan pengawal itu menuntunku menuju ruang pertemuan.
Aku cukup gugup mengingat ini merupakan pertama kalinya aku benar-benar memberikan masukan kepada Komite langsung tanpa perantara Lord Hopskin atau ayahku. Dan ada sedikit keraguan apakah bertemu dengan Komite merupakan keputusan yang tepat. Karena aku tidak pernah bisa percaya dengan manusia dan ambisi mereka.
Aku bahkan meragukan semangat Lord Hopskin dalam menghentikan perang ini, karena ambisi yang terlihat di mataku hanya fokus untuk mencari kemenangan. Meskipun ini masih spekulasi semata belum ada bukti kuat yang menunjukkan keraguan ini benar.
Namun, memenangkan peperangan merupakan hal yang berbeda dengan menghentikannya. Memenangkan dengan pengertian bahwa Kubu Timur dapat membuktikan kekuatan mereka yang lebih superior dibandingkan dengan Kubu Barat. Dan adu gengsi ini akhirnya menghasilkan tropi kekuasaan yang kini direbutkan oleh keduanya. Bukan untuk mengakhiri pertikaian mengenai perbedaan ideologi dan cukup hidup dengan aturan masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain.
Dan yang paling menakutkan adalah apabila perang selama ini diatur oleh orang-orang yang sudah tidak berpikir secara logis dan fokus pada superioritas militer. Bukan sesuatu hal yang aneh bagi sebuah perang, tetapi kondisi saat ini membuat rencana itu menjadi terlihat tidak bermoral. Karena bila itu yang terjadi maka untuk mengakhiri perang adalah saat salah satu harus menyerah atau hancur.
Dan kita membicarakan kubu yang membelah bumi menjadi dua. Menghancurkan salah satu kubu atau membuat salah satunya menyerah? Seberapa besar kita harus menghancurkan satu sama lain. Bisa dibilang kita akan memusnahkan setengah populasi manusia. Adakah yang berpikir seberapa besar dampak yang mungkin dihasilkan.
Ini menakutkan, dan aku harus memikirkan bagaimana menyampaikan isu ini dengan baik di depan Komite. Agar semua dapat mengerti kemungkinan buruk yang bisa terjadi di masa depan.
Tak lama, aku sudah menghadap sebuah pintu coklat yang terlihat cukup ... biasa. Mungkinkah di sini?
Ada sedikit keraguan ketika melihat tempat ini. Aku berimajinasi mungkin akan menemukan pintu megah dengan hiasan emas seperti ... Mungkin naga? Well, ini masa perang memang apa yang diharapkan, jika kita memiliki waktu untuk memperhatikan detail seperti itu seharusnya kita sudah bisa mengakhiri perang ini dari lama.
"Silahkan," ucap pengawal itu sambil membukakan pintu. Aku menghela napas panjang sebelum melangkah masuk.
Ruangan ini cukup gelap dengan cahaya hanya berasal dari lorong tempat aku masuk. Kemudian pintu sudah menutup pelan di belakangku dan membuat ruangan ini menjadi gelap gulita. Mataku masih menyesuaikan sehingga belum banyak detail yang kudapat dan ada perasaan janggal yang menggantung di dalam ruangan ini. Merasa cukup terancam, aku mulai melangkah mundur secara perlahan. Lalu sebuah suara terdengar tak jauh di depanku.
"Ketika kita semua terfokus pada sengitnya front line, anda melihat celah untuk meluas perairan kita agar menutup supply minyak bumi mereka. Dan dampaknya cukup memuaskan melihat mereka menarik cukup jauh pasukannya. You have my honour, my lady," puji seseorang dengan nada berat. Siluet sosok itu mulai tampak dengan jarak yang tidak jauh dariku.
"Siapa di sana?" bentakku.
Kuakui nadaku agak sedikit terpengaruh rasa takut. Karena aku tidak memiliki kemampuan dalam membela diri, jadi bila sesuatu terjadi di sini maka aku hanya mampu berteriak.
"Tenang aku tidak akan menyakitimu," ucap pria itu mencoba menenangkan diriku yang cukup panik.
Aku tentu tidak akan mempercayai hal itu dan mulai melangkah mundur, menggapai pintu.
"Sebelum kau pergi ..."
Ucapannya menggantung dan sialnya membuatku cukup penasaran sehingga membuat badanku terdiam.
"Aku hanya ingin pergi ke ruang pertemuan Komite," jelasku padanya.
"Oh, kau sudah berada di ruangan itu," jawab pria itu dengan nada misterius.
"Apa maksudmu? Aku tidak—"
"Stttt ..." Dia menghentikanku.
Sebelum aku membuka kembali mulutku, berbagai macam kegaduhan terdengar dari kejauhan. Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi, aku berjalan mendekati arah suara dan masuk lebih dalam. Setelah berjalan melewati sebuah lorong pendek, aku menemukan sebuah auditorium besar. Auditorium ini cukup gelap karena penerangan hanya berasal dari bagian tengah. Dan terdapat sekitar 50 orang yang sedang duduk memenuhi baris terdepan. Aku kini berada di sebuah ruangan kaca terpisah, yang dapat melihat keseluruhan auditorium dari atas.
"Selamat datang di ruang pertemuan Komite," ucap pria itu.
Aku sempat melupakan kehadirannya dan dengan cepat menoleh ke arah sumber suara. Di sana berdiri seorang pria yang mungkin umurnya sekitaran denganku, menggunakan jas dengan model terbaru dan rambut yang tertara rapih. Aura gentleman sangat terpancar dari cara dia berpakaian. Dan aku sempat bingung apakah harus melonggarkan penjagaan atau tidak.
"Baiklah kalau begitu, kita mulai saja pertemuan ini." Suara Lord Hopskin menghancurkan lamunan.
Perhatianku dengan cepat teralih kepada pembahasan dalam pertemuan ini.
"Bagaimana progress mengenai penelitian Resonate Power?" tanya Lord Hopskin kepada peserta pertemuan. Oh, Resonate Power ini masuk dalam proposalku.
"Resonate Power yang dikembangkan oleh Airteck Co. Sebuah hipotesis mengenai gelombang super yang dapat mengacaukan ikatan kimia dan diyakini dapat mengembalikan reaksi kimia dari nuklir sehingga tidak perlu takut akan radiasi yang mungkin muncul," gumam pria di sampingku.
"Hhhhh ..." Pria itu mendesah panjang dan kemudian melanjutkan kembali.
"Bagaimana menurutmu? Apakah itu dapat membantu kita untuk menghentikan perang?" tanya pria itu sambil memandangku serius.
Matanya menangkap mataku. Ada perasaan yang tidak asing saat melihat mata itu, yang aku tidak yakin apa itu warnanya dengan pencahayaan yang buruk ini.
"Untuk menghindari kerusakan yang mungkin muncul dari bom nuklir, kurasa Resonate Power ini dibutuhkan untuk pertahanan kita," jawabku sambil menatapnya penuh rasa percaya diri dan sebuah senyuman merekah membalas kalimatku. Seketika ada perasaan aneh yang menyesakkan dada.
"Bagus!" Teriakan Lord Hopskin membuat kita berdua kembali fokus pada pertemuan.
"Cih!" gerutu pria itu.
Aku sempat melirik pria itu dari sudut mata, dimana wajahnya menunjukkan rasa kesal terlihat dari kerutan di dahi. Entah apa yang membuatnya kesal.
"Ya, akhir tahun ini kita sudah dapat menggunakannya. Dan rencana tahap satu untuk mengambil alih beberapa wilayah sisi luar sudah dapat terlaksana," jawab salah satu penasihat perang.
Badanku bergeming, seakan-akan suhu dalam ruangan turun dengan cukup drastis sehingga mampu membuat tubuhku membeku.
"A-apa maksudnya ini?" Aku menyuarakan keraguan.
Tidak ada yang masuk akal dari penjelasan itu bila tujuan utama kubu ini adalah untuk mengakhiri perang. Dan sepertinya aku benar mengenai ambisi mereka. Terlihat jelas bahwa orang-orang ini sangat haus akan kekuasan. Dimana akhirnya ketamakan menunjukkan dirinya.
"Kuharap kau sudah mulai memahami, apa yang diinginkan pemimpin dan pihak militer kita," ucapnya, dengan pandangan tajam terarah hanya pada kumpulan orang di bawah sana.
"Hah! Aku tidak paham! Mereka hanya akan memperburuk kondisi perang! Tidakkah mereka punya mata?"
Aku kini tidak bisa menahan amarahku dari orang-orang bodoh itu.
"Kurasa ini keputusan terbaik membawamu kemari dan tidak berada di sana," jawab pria itu lega.
"Kau tahu semua ini?" tanyaku yang dengan cepat melirik ke arahnya.
"Kurasa mereka mulai antusias ketika kita berhasil merebut kembali Selim dari Kubu Barat."
Seketika badanku bereaksi, seakan aliran listrik menjalar ke seluruh tubuh. Aku menutup mulut yang menganga terbuka saat mendengar penjelasan itu.
Karena semua itu adalah rencanaku! Merebut kembali Selim merupakan rencanaku!
Selim merupakan satu-satunya daerah yang memerdekakan dirinya dari Kubu Timur yang kemudian direbut wilayahnya oleh Kubu Barat. Ketidakadilan inilah yang memicu perang panjang ini. Aku selalu merasa daerah mereka merupakan daerah yang paling menderita karena diambil secara paksa oleh Kubu Barat. Sehingga maksud akal menurutku, bila aku membuat rencana untuk mengambil alih kembali daerah itu.
Inikah artinya sebuah kenaifan saat aku mempercayakan semua niat baik itu kepada para pemimpin ini. Aku memang sangat menyepelekan ambisi manusia. Sekarang lihat apa yang sudah aku lakukan. Aku seperti ingin mengutuk diriku di masa lalu.
Kemudian pria itu menoleh kepadaku yang tidak memberikan tanggapan apapun terhadap pernyataannya.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu," ucap pria itu merasa bersalah saat melihat warna wajahku yang memutih.
"Aku percaya kau tidak pernah bermaksud untuk memperburuk perang ini." Anehnya ucap itu dapat membuatku tenang.
Aku kemudian berpikir cukup dalam, mencoba memikirkan kembali cara untuk menghentikan perang ini. Tunggu! Aku menoleh dengan cepat ke arah pria itu dan menatapnya dengan tajam. Tidak ada yang tahu kalau strategi Perebutan Selim itu berasal dariku. Orang ini kembali memberikan alasan lain untuk tidak mempercayainya. Namun, belum sempat aku mengutarakan keraguan ini, sebuah suara kembali terdengar dari arah pertemuan.
"Kita akan memulai ekspansi dari Rhoan, melihat mereka masih cukup kesulitan akibat pengambil alihan di Bagian Barat." Suara yang cukup berat dan lantang, menggema di seluruh ruangan. Itu adalah Jendral Zenvouch.
"Rhoan? Ide bagus!" sahut Lord Hopskin gembira.
"Tidak! Tidak bagus sama sekali. Tidak adakah satu orang di dalam sana yang memiliki otak untuk berpikir!"
Mendengar semua pembicaraan ini membuat kepalaku berputar. Aku menutup seluruh wajah dan berjongkok menahan seluruh tekanan ini. Inilah yang sudah kulakukan pada perang ini. Aku yang mendorong semua hal ini terjadi. Memang tidak ada gunanya beradu argumen pada apa yang sudah terjadi. Namun, tetap saja, rasa akhirnya terlalu pahit untuk diabaikan.
"Kau tidak melakukan hal buruk sama sekali."
Sebuah suara yang dalam dan lembut mencapai telinga.
Aku menurunkan kedua tangan dan mendapati wajah seorang pria tepat di hadapanku. Dan untuk pertama kali, aku melihat wajahnya dengan jelas. Pria itu memiliki hidung yang cukup tajam dengan garis wajah yang tegas. Rahangnya menegang saat memandangku dengan bola matanya yang melirik cukup intens. Mungkin dia adalah orang pertama yang melihatku dalam keadaan lemah dan frustasi, mengingat sikapku yang selalu tegas dan tanpa celah. Masa bodoh! Keberlangsungan hidup manusia menjadi ancaman saat ini.
Mengabaikan wajah indah di hadapanku, pikiranku kembali berkerja. Ia berpindah-pindah pada berbagai skenario untuk mencari solusi terbaik dalam mengakhiri perang ini. Dan tanpa ada yang mengharapkan, sebuah tangan besar menggenggam kedua tanganku dengan erat. Aku kemudian menoleh ke arah pemilik tangan itu.
"Kau siapa?"
Akhirnya aku menyuarakan pertanyaan yang terus terngiang di kepala mengenai pria itu.
"Orang yang akan membantumu menuju jalan yang benar."
Entah mengapa dengan wajahnya yang sangat serius, ucapannya terdengar cukup kekanak-kanakan.
"Hah." Aku pun membalasnya dengan senyuman sinis.
Namun, hal mengejutkan kembali terjadi. Ia menarik tanganku menuju wajahnya, kemudian sebuah sentuhan lembut dan dingin menyentuh kulit.
Dia mengecup punggung tanganku.
| ATSA |
AAAAAAAAAAA... APA YANG BARU SAJA TERJADI????!!!!!!!
Next: Find You
Photo on banner by Hugo Jehanne on Unsplash.
Edit by Me.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro