Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32 |Menacing


| CHEON |

Aku tidak pernah percaya pada ketenangan di tengah ketegangan ini. Selalu ada sesuatu yang menunggu untuk menerkam saat kau lengah. Namun, sudah satu bulan setelah pertemuan menyebalkan itu dan Madda tidak sedikitpun bergerak. Bahkan pembahasan mengenai IO tenggelam di tengah alasan untuk menyesuaikan diri dengan penemuan mereka.

"Apa yang sebenarnya mereka rencanakan sekarang?"



Aku menyenderkan tubuh pada bangku, membiarkannya beristirahat agar semua pikiran rumit ini dapat terurai.

DRAP DRAP DRAP

BRAK!

Suara yang sangat menganggu itu membangunkan diriku dengan perasaan kesal. Ketika aku mendapatkan Felix yang terengah-engah mendobrak masuk ke dalam ruangan, aku menghela napas dengan sangat kasar.

"Katakan apa yang—"

"... sudah muncul!" potongnya sambil mengais-ngais udara.

"Apa yang—"

"Ketua! Benang menuju masa Revolusi sudah muncul!" teriaknya.

Aku percaya mataku terbelalak mendengar hal itu. Bagaimana aku bisa lupa pada masalah ini. Inilah mengapa mereka tidak bergerak sedikitpun, Madda menunggu benang ini muncul. Memori ketika Atsa bersimbah darah kembali berputar dan membuat emosiku menjadi sangat kelam. Sial, aku benar-benar membenci orang itu, tidak peduli jika dia adalah ayah dari wanita yang kucintai. Aku benar-benar tidak dapat memahami ketamakannya yang tidak memiliki batas.

"Kapan?" tanyaku dengan tangan yang sudah mengepal sangat keras.

"Satu minggu dari sekarang," jawab Felix.



Aku melepaskan kepalan erat ini dan kembali memijat kening.

"Hhhhh ..." Aku kembali menghela napas dengan kasar.

"Seberapa besar urgensi masalah ini. Aku benar-benar benci pada diriku yang harus bergantung pada anak-anak itu."

Tanpa sadar mengeluarkan isi hati.

"Kurasa aku juga paham." Felix memulai.

"Kalau aku bisa menggantikan mereka semua, aku juga pasti akan melakukan itu."

Ia kini memberikan ekspresi yang sangat dalam.

"Kau benar. Anak-anak seperti mereka tidak pantas menyelesaikan masalah orang dewasa."

Aku mendengus ringan.

"Baiklah ...."

"Panggil mereka semua. Kita harus menyiapkan anak-anak ini," perintahku.



***

Kuakui mereka adalah anak-anak yang sangat bersemangat. Saat Felix menyuruh mereka mendatangi lab, tidak satu detikpun terlewat sia-sia. Seakan perintahku melampaui segala hal, tidak sedikitpun aku mendengar keluhan maupun alasan. Tidakkah anak-anak seperti mereka memiliki banyak kegiatan di luar jam belajar? Shelva benar, pengaruhku memberikan efek negatif pada anak-anak ini. Mereka menganggap semua ini bagian penting dalam hidup mereka. Setelah semua ini selesai, aku harus bertanggung jawab mengembalikan kehidupan normal mereka.



Dan kini ruangan koneksi sudah dipenuhi oleh seluruh peneliti beserta para konektor.

"Baiklah semua. Ini pengumuman penting. Tolong fokus!" teriak Kansha, menarik seluruh perhatian kepadanya.

"Benang menuju masa Revolusi sudah muncul."

Semua suara menghilang ketika mendengar kalimat itu.

"Ini akan terjadi tepat seminggu lagi," lanjut Felix.

"Karena kalian tahu seberapa pentingnya ini, pastikan kita semua siap dengan apa yang akan kita hadapi."

Aku melanjutkan, mengingatkan mereka betapa bahaya momen ini.

Karena memang pada dasarnya banyak orang di masa lalu yang akan mati pada hari itu. Dan merasakan kematian di saat kau terkoneksi dengan mereka dapat membunuhmu juga. Atsa benar-benar beruntung dapat selamat saat itu. Karena aku ingat bagaimana Rian tidak dapat terselamatkan saat ia terkoneksi dengan Fhou dan mengalami kematian tersebut. Aku tidak ingin hal itu terjadi pada semua orang di sini.

Aku menyadarinya, ini akan menjadi yang terakhir.



***

Aku melaju mobil kembali ke rumah dengan Atsa yang tidak berhenti bertanya mengenai benang energi astral. Dia sangat penasaran mengenai cara kami menentukan benang yang membuka jalannya pada satu lini waktu, serta banyak pertanyaan lainnya. Perjalanan dari lab menuju rumah cukup panjang, tetapi tidak sepanjang waktu yang kubutuhkan untuk menjelaskan itu semua.

"Jadi mengambil informasi secara berkala dari penerima konektor adalah cara untuk mengetahui waktu dari setiap benang yang muncul, begitu?"

Atsa menyimpulkan semua penjelasanku ketika aku membuka pintu rumah.



Dan mataku langsung mengarah tajam pada pemandangan yang kudapat. Ada dua orang yang seharusnya tidak berada di rumah ini, dimana salah satu duduk sambil menyeduh teh hangat, sedangkan yang lain berdiri di belakangnya dalam jarak yang aman. Aku dengan cepat melindungi Atsa dibalik tubuhku.

"Ah, menjemput adikmu dari sekolah ya, Cheon?"

Suaranya yang riang terdengar mengelikan di telingaku.

"Aku tidak tahu Pemimpin Continent punya banyak waktu luang untuk minum teh di sini," balasku sambil menatapnya tajam.



Atsa menyintip dari sisiku untuk menangkap apa yang terjadi di sana. Aku memberikan isyarat kepadanya untuk berlindung ke Shelva. Ia menangkap maksudku kemudian berjalan cepat dimana Shelva menarik Atsa dalam dekapannya. Aku bisa melihat bagaimana tubuhnya bergetar saat memeluk Atsa sambil menatap Madda dengan sangat tajam. Aku berjalan mendekat dan duduk di salah satu kursi tepat di sebelah Gramp.

"Mari kita singkirkan basa-basi ini dan fokus pada bisnis."

Madda sudah menaruh cangkir teh dan menatap kami secara bergantian.

"Hah! Kau pikir siapa di sini yang hanya mengeluarkan omong kosong dari mulutnya."

Gramp sama sekali tidak menutupi rasa kesal kepada Madda dan membalas kalimat itu dengan dengusan kasar.



"Aku datang kemari untuk meminta akses AI dari Agna."

Madda benar-benar membuang basa-basinya dan kini ekspresi mengelikan itu hilang digantikan dengan sesuatu yang dapat diartikan dengan ketamakan. Ia bahkan tidak bersusah payah menyembunyikan semua ini.

"Kenapa itu terdengar seperti perintah dibandingkan permohonan."

Gramp kembali memprovokasi Madda dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Karena seharusnya informasi penting seperti itu berada di bawah pemerintah."

Madda pun membalas tatapan itu sama tajamnya dengan Gramp.

"Kalau orang-orangmu tidak memanfaatkan IO demi kepentingan kalian, kita mungkin mempertimbangkan hal tersebut," balas Gramp sambil menarik pandangannya menjauh dari Madda.

"Kau mengatakan seakan kami melakukan hal kriminal," balas Madda, dan dengan gerakan elegan kembali menyeruput teh.



Lalu sebuah layar dengan cepat muncul di antara kami, yang berisi data-data orang yang jumlahnya melebihi ratusan. Madda memandang layar dengan ekspresi bingung dan ketika matanya menelusuri daftar itu, keningnya mengerut dengan sangat menyeramkan.

"Bisa dilihat di depan bapak-bapak sekalian adalah daftar kasus IO yang tidak terkendali pada sepuluh tahun belakangan ini. Kalau diperhatikan, terutama daftar orang paling akhir, itu adalah namaku. Tidak sulit untuk mendapatkan informasi ini," jelas Atsa dengan sangat bangga.

Aku membalas Atsa dengan anggukan cepat. Tidak hanya untuk memberikan terima kasihku padanya, tetapi sebagai pengingat bahwa saat ini bukanlah ruang baginya untuk gegabah.

"Kurasa kita tidak perlu mencari koneksi antara semua orang-orang ini," balasku.

Tidak perlu melanjutkan diskusi ini karena tatapannya kepadaku sudah menjawab segala hal.

"..." Beberapa waktu berterbangan dengan kesunyian yang mencekam.



PRANG!

Sesuatu terjadi, bahkan lebih cepat dibandingkan otakku dapat memproses segalanya. Sebuah buku meluncur melewatiku dengan kecepatan menakutkan dan menghancurkan kaca proyektor. Otakku masih menyambung segala informasi, tetapi Atsa sudah berlari mendekati Gramp. Ia menahan tangan Reihan—pria yang selama ini berdiri di belakang Madda—dengan tangan kanan dan siku kiri yang sudah ia tempatkan tepat di ulu hati pria itu. Gramp berdiri menjauh dari meja dan kini berada tepat di sebelah Shelva.

Tubuhku bergerak dengan cepat mendekati mereka berdua hanya untuk mendapatkan salah satu kursi yang Reihan tendang ke arahku. Aku menarik kedua tangan untuk mengurangi besarnya tumbukan yang akan melukai tubuh. Reihan mundur dengan cepat, tetapi Atsa juga tidak membiarkan waktu berterbangan sia-sia. Ia kembali meluncurkan tendangan yang ditahan dengan mudah oleh pria itu. Atsa tidak berhenti di sana, ia berputar dengan sangat lincah dan mendaratkan tendangan lain tepat di wajah penyerangnya.

Tepat ketika Atsa terbebas darinya, tanpa memberi waktu untuk bernapas, aku melemparkan kursi itu kembali ke Reihan. Dan Atsa yang memiliki proses berpikir yang sangat cepat, kemudian mengunci pergerakannya dengan menyerang menggunakan tongkat golf milik Dad. Membuatnya tidak dapat menghindari kursi yang terbang mengarah kepadanya.



BRAK!

Sekokoh apapun tubuh itu, ia terlalu banyak menerima dampak dari kami berdua. Sehingga kini ia kesulitan untuk mempertahankan keseimbangan. Dan di tengah itu, Atsa kembali membuka mulut.

"Ah. Pantas aku mengenalnya." Ia memulai.

"Kau orang yang membunuh Ryuka, ya?"

Pertanyaan itu menghantamku dengan sangat keras.


Pria yang Shelva sebut dengan Reihan, salah satu pengawal yang terlalu loyal pada Madda, adalah orang yang menyusup ke dalam tubuh Fhou. Emosiku terlampau meluap mendengar hal itu, membuatku mengepalkan tangan sangat keras. Reihan bahkan tidak memberikan tanggapan pada pertanyaan yang dilempar Atsa.

Ia kembali berlari ke arah Gramp dan Shelva yang kemudian membuat diriku dan Atsa bergerak dengan refleks. Ketika Atsa hampir menyamai kecepatannya, Reihan dengan cepat berbalik menghadap Atsa. Kemudian semua berlalu sangat cepat dimana mataku tidak dapat mengikuti pergerakan mereka. Aku hanya melihat bagaimana kedua tangan Atsa sudah terkunci dan tubuhnya dibanting ke meja makan oleh Reihan.

"Lepaskan Atsa sekarang juga!" teriakku, emosiku sudah terlalu bercampuk aduk dengan segala memori mengenai kematiannya yang dengan cepat terulang dalam pikiran.

"Beginikah cara kalian mendapatkan yang kalian mau? Menggunakan anak kecil sebagai tameng?!"

Aku kembali berteriak kepada Madda, melimpahkan seluruh emosiku kepadanya.

"Kalian menolak ketika aku memintanya dengan baik."

Ia menjelaskan dengan cukup tenang sambil berdiri memandang Atsa yang sedang meronta melepaskan diri.

"Bawa aku pergi bersama kalian. Kalian tidak membutuhkan Atsa."

Itu adalah suara Gramp yang memecahkan ketegangan.

"Benka ... jangan."

Shelva ikut menahannya, tetapi Gramp sudah maju beberapa langkah menghadap Madda.



"Lepaskan Atsa," perintah Gramp dengan ekspresi yang sangat menyeramkan.

"Begitu dong! Jadi kan kita tidak perlu melakukan hal ini."

Madda sudah memasang senyum menyebalkan sambil memberikan isyarat kepada Reihan.

"Namun, sebagai jaminan ..."

Reihan dengan cepat mengeluarkan injections gun dan menembakkan sesuatu di leher Atsa.

"AKH!"

"Aaa ...."

BUK!

Tubuh Atsa kemudian terjatuh di lantai dimana membuat diriku dan Shelva dengan cepat menghampirinya. Reihan yang sudah melepas Atsa kini menahan tangan Gramp sambil membawanya pergi.

"Hei! Apa yang kau lakukan pada Atsa! Hei!"

Gramp berteriak sambil terus didorong dengan paksa oleh Reihan keluar.

"Kuharap kalian tidak berpikir untuk melakukan hal lucu," ancam Madda, sebelum ia, Gramp dan Reihan menghilang di balik pintu.



***

Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih kepada Gion. Tanpanya aku tidak tahu apa yang terjadi pada Atsa. Mereka benar-benar menyuntikkan Atsa dengan Jaringan Obsc sehingga membuat IO di tubuhnya menjadi aktif dengan angka yang sangat gila. Tidak Gramp maupun Atsa dapat kuselamatkan hari itu yang membuat semua rasa bersalah ini menekan diriku dalam ke lubang pekat.

Masa kritis itu sudah berlalu. Aku baru saja menyuruh Dad untuk beristirahat dan berganti dengannya untuk menjaga Atsa. Sudah dua hari setelah kejadian itu dan ia masih belum membuka mata. Aku menundukkan kepala sangat dalam pada tekanan rasa bersalah setiap aku melihatnya terbaring tidak sadarkan diri.



"Ugh ..." Erangan lemah terdengar di dekatku.

Kepalaku mendongak dengan cepat dan menemukan mata Atsa yang perlahan terbuka.

"Atsa!" Aku memanggilnya.

"Tunggu sebentar, aku akan memanggil dokter," ujarku, yang kemudian dengan cepat berdiri.

Sebelum aku dapat melangkah, sesuatu menarik parkaku. Mataku dengan cepat menelusuri sumber dan mendapatkan Atsa yang memandangku dengan sangat serius. Aku memegang tangannya dan kembali duduk.

"Ada apa?" tanyaku, menggunakan nada yang sangat lembut.

"Cheon." Ia memulai.

"Aku ingin menghentikan ini semua."

Atsa seperti memandang sesuatu yang sangat jauh ketika mengatakan hal ini.

"Dan aku punya rencana, jadi tolong dengarkan aku."

Ia dengan cepat menoleh kembali beserta perasaan menggebu yang ia pancarkan dari kedua bola matanya.



Kami memang sudah kehabisan waktu. Semakin lama semua ini dibiarkan Madda pasti akan mendapatkan akses AI. Dan pintu menuju masa Revolusi akan terbuka beberapa hari lagi. Aku tidak tahu seberapa besar Madda masih menginginkan bom nuklir ini, tetapi aku tidak akan memberikan sedikitpun celah baginya. Dan tidak hanya itu yang kukhawatirkan saat ini. Karena melihat bagaimana Atsa yang baru melalui masa kritis sudah harus kembali menjadi Ryuka di waktu yang sangat mengerikan. Membuatku kembali ditekan rasa bersalah.

Benar apa yang dikatakan Felix, jika aku bisa, aku pun ingin menggantikan mereka semua.

Namun, keadaan kini sudah di luar kendaliku. Atsa benar. Aku menanggung semua ini sendirian. Kurasa ini saatnya aku mempercayakan tanggung jawab mengenai masa lalu pada anak-anak ini dan membiarkan diriku fokus pada masalah di masa ini. Karena aku juga harus menyelamatkan Gramp dari Madda.

Semoga segala hal baik berpihak pada kami.






Next: Liberty

Photo on banner by Kristopher Allison on Unsplash.
Edit by Me.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro