Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31 |Cross Sword


| RYUKA |

Satu bulan berlalu setelah kejadian berdarah itu, sangat beruntung kami berdua selamat. Meski tidak ada sedikitpun sisa dari penyerang kami, ada sebuah keraguan gelap yang selalu menghantui pikiran. Namun, lupakan mengenai kejadian yang sudah berlalu karena kini segalanya berlangsung sangat cepat. Kedua kubu kini secara serentak memutuskan untuk mempercepat rencana mereka dan tidak membiarkan kelompok kami untuk bernapas.

Ada pergerakan militer yang sangat agresif dari kedua kubu, yang membuat semua orang mau tidak mau terbawa arus invasi mereka. Dampak yang kelompok ini berikan membuat Numino maupun Federick terpancing untuk mengeksekusi ambisi terbesar mereka. Kini tidak hanya Rhoan maupun Ruskan yang menjadi tempat perseturuan, tetapi setiap sisi kubu kini dipenuhi oleh percik perselihan yang tidak pernah padam dimana ribuan mayat manusia menjadi sumber kobaran api.

Ini adalah masa paling berat dari peperangan yang sudah berlangsung selama lima tahun. Ambisi untuk saling mengalahkan satu sama lain terlampau meluap hingga menarik seluruh manusia masuk dalam perseturuan tersebut. Menjadi episode baru bagi dunia dimana kekejian manusia kembali terekam dalam catatan sejarah, di tempatkan setelah perang dunia ketiga yang meleburkan semua negara menjadi dua kubu.



BRAK!

Kepalan tangan Fhou memukul meja dengan sangat keras ketika AZ membagi informasi penuh darah mengenai rahasia berkobarnya api terbesar yang pernah menyala di muka bumi ini.

"Keparat!" teriak Kainslan penuh akan urat.

"Ribuan prajurit itu menjadi bahan bakar api yang menghanguskan Berks?" Mankash mengulang kembali kalimat yang dilontarkan AZ.

"Ya, tanpa dibekali persenjataan untuk menghadapi Kubu Barat." AZ kembali menimpal.

"Lihat pesan ini," tunjuk AZ pada satu baris kalimat yang berisi laporan membosankan dari pusat, dimana arti sebenarnya belum ia tafsirkan.

"'Gunakan sebanyaknya untuk menguji kekuatan mereka.'"

Kalimat itu membuat setiap orang di sini menahan amarah.



Berks adalah bagian daerah yang berada tepat di utara Ruskan. Memiliki perairan terbuka dekat dengan garis depan membuatnya menjadi tempat paling hangat bila pertempuran meluap.

Apa yang AZ bagi kepada kami adalah kenyataan bahwa Numino membiarkan ribuan prajurit ke perairan Berks dengan alasan pengamanan tanpa peralatan lengkap untuk penyerangan besar itu. Ia memanfaatkan pertumpahan darah ini untuk dua hal, pertama adalah memprovokasi Kubu Barat untuk menguji kekuatan nuklir mereka. Sulit dipercaya! Ia membuang ribuan nyawa tanpa sedikitpun merasakan beban dari setiap kehidupan yang hilang itu hanya untuk menguji lawan.

Seakan tidak cukup mencuci tangan mereka menggunakan darah ribuan prajurit, berita yang bergulir dari kejadian itu dipahat sangat baik oleh Numino. Dan inilah tujuannya yang kedua yaitu menarik perhatian publik kembali kepadanya. Hal itu sangat berhasil melihat bagaimana angka sukarelawan meningat dalam waktu singkat.

Karena berita yang beredar kepada publik hanya mengenai ribuan pasukan penjaga perbatasan yang dibantai secara kejam oleh Kubu Barat. Tanpa sedikitpun menyertakan kenyataan pahit bahwa ia serta seluruh petinggi militer sudah mengetahui bagaimana pasukan Kubu Barat berjaga di ujung perairan Berks saat itu. Tentu dengan mengeluarkan banyak pasukan di pesisir pantai Berks akan membuat Kubu Barat terpancing dan memuntahkan seluruh amunisi mereka.

Begitulah bagaimana Kobaran Api Berks menjadi sebuah legenda baru bagi dunia ini.



"ARGH!!" Kainslan sudah sangat frustasi dengan semua rasa kecewa pada orang yang berbagi darah dengannya.

"Aku benar-benar tidak percaya itu yang sebenarnya terjadi," ucap Banshie sambil memegang kening.

"Maaf, butuh waktu lebih dari seminggu untuk memecahkan kode ini."

AZ menunduk sambil bersembunyi dari balik bayang kacamata.

"Jangan merasa bersalah hanya karena kita terlambat mengetahui semua ini." Aku memulai.

"Tanpamu tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi."

Aku menatap matanya yang kini sejajar denganku.



"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Mankash, menatap kepadaku.

Sejujurnya aku masih sangat terkejut dengan semua informasi ini. Bagaimana ribuan nyawa dikorbankan hanya untuk melihat kekuatan lawan dan sebagai alasan untuk mengambil hati publik. Aku belum dapat menggapai akal sehat setelah melihat langsung kejamnya kedua pemimpin kubu. Aku kemudian memijat-mijat kening, mencoba mengatur segala hal di dalam kepala ini.

"Pertama-tama kita tidak dapat mengeluarkan bukti ini kepada publik," jelasku.

"Kau pasti bercanda! Kita harus membiarkan dunia tahu bagaimana 'Si Sialan' itu membunuh ribuan nyawa!"

Kainslan kini tidak dapat menahan amarah, melihat bagaimana kerutan di wajahnya sangat menegang mendengarkan penjelasanku.

"Tenangkan dirimu, Kainslan."

Suara Fhou membawa kerumitan emosi kini terurai dan fokus tertarik hanya kepadanya.



"Ryuka benar, tidak ada gunanya menyebarkan itu semua saat ini. Karena mereka dapat dengan mudah memutar kembali fakta dengan mengatakan bahwa kita hanyalah sebuah alat provokasi."

Fhou kembali menjelaskan dengan tenang.

"Apa yang membuatmu yakin?" tanya Samara.

"Karena semua orang sudah melihat seberapa besar api itu berkobar," jawabku dengan cepat.



"Semua orang terlalu termakan emosi, akan sulit untuk memberikan logika pada publik saat ini."

Aku kembali menjelaskan bagaimana rencana yang biasa kami lakukan untuk menarik perhatian publik tidak akan berhasil pada saat ini.

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

Kainslan yang sudah lebih tenang kembali mengajukan pertanyaan kepadaku kemudian Fhou.



"Hhh ..."

Aku menghela napas perlahan, karena sejujurnya aku belum memiliki ide bagaimana menyelesaikan permasalahan ini. Tidak, aku yakin aku memilikinya, tetapi pikiranku masih terlalu kacau untuk menggapai.

"..." Begitupun Fhou yang kini terdiam menatap lantai.

Tidak hanya kami berdua, setiap orang di sini memiliki ekspresi yang sangat kelam. Bagaimana tidak! Kami memiliki informasi yang pasti akan membuat semua orang geram bila mereka mengetahui ini. Ya, bila semua orang dapat menerima informasi dari kelompok seperti kami tanpa tersulut emosi. Akan mudah bagi kelompok kecil ini untuk menjadi tempat dimana semua orang menaruh curiga.

Baiklah, aku harus memikirkan ini dengan serius. Jika aku berhadapan dengan orang yang sedang beremosi sehingga tidak dapat menerima setiap logika, apa yang biasanya kulakukan?

"Itu dia," ucapku, yang tanpa sengaja menyuarakan isi hati dan membuat semua pandangan mengarah kepadaku.



"Kau punya ide Ryuka?" tanya Fhou.

"Belum, tapi coba pikirkan. Bila kau berhadapan dengan orang yang terlalu emosi sehingga logika tidak bisa ia terima, apa yang biasanya kau lakukan?"

Aku mengajukan pertanyaan ini kepada Fhou.

"Hm. Entahlah, kalau itu aku, aku pasti akan ikut bersimpati pada emosi itu," jawab Fhou, penuh akan tanda tanya di raut wajahnya.

"Untuk apa?" tanyaku yang benar-benar penasaran pada pola pikirnya.

"Dengan begitu dia akan menurunkan ego dan menemukan diriku memahami emosinya. Barulah ketika dia menurunkan penjagaan, aku mulai menyuntikkan logika yang sudah kukemas agar dapat diterima olehnya," jelas Fhou.

"Memangnya bagaimana dengan dirimu?" tanyanya kembali kepadaku.

"Kalau itu aku, sudah pasti akan kutinggal, buang-buang waktu saja," jawabku.

"Tentu. Sangatlah dirimu sekali, Ryuka," balas Fhou dengan senyuman manis yang tidak pernah berhenti ia berikan kepadaku.



"Jadi apa yang—"

"Oh! Tentu itu yang kita lakukan!" teriak Fhou yang memotong kalimat Banshie.

"Kita pasti akan mengeluarkan informasi itu. Namun, tidak seperti yang biasa kita lakukan, kita perlu mengemasnya menjadi cerita yang menarik. Dan perlu memainkan tempo agar semua orang dapat menerima informasi ini dengan baik."

Fhou menjelaskan dengan semangat yang mengebu-gebu.



"Tunggu, pelan-pelan Fhou. Tidak semua orang di sini berpikir secepat dirimu," protes Kainslan.

"Seperti yang Fhou katakan. Pertama kita perlu bersimpati dengan publik lalu ketika suara kita didengar, barulah kita memberikan mereka informasi ini sedikit demi sedikit."

Aku membantu menjelaskan ide Fhou kepada semua orang di sini.

"Bagaimana caranya?" Vinian kini membuka suara.

Fhou hanya membalas pertanyaan itu dengan senyuman yang sangat lebar. Aku memang tersihir pada pesonanya yang dapat memabukkan diriku, tetapi ia juga mampu menyihir semua orang di sini dengan pesona itu. Tidak sepertiku, pesonanya menyihir setiap orang yang sudah menyerah pada kelamnya tragedi ini hingga membuat mereka kembali hidup. Bagaimana wajah itu benar-benar membuat semua orang ikut terbawa oleh rasa percaya diri dan memberikan harapan bagi semua orang.

Itulah Fhou dengan pesonanya yang mampu membuat semua orang di sini bersedia menemani ambisinya untuk menghentikan perang tidak masuk akal ini.



***

Rencana kami sangatlah mudah. Hanya menyebarkan video, informasi, dan mengarahkan publik melalui pengikut Samara dan Aaron, tetapi dengan cerita dan tempo yang tepat. Kami memulai dengan video bagaimana kejamnya Kubu Barat menghabiskan ribuan nyawa di pesisir pantai Berks. Video ini dibuat dengan sangat hati-hati dimana mengambil sudut pandang yang sangat netral tanpa sedikitpun memihak Numino.

Kami menyematkan sebuah adegan penting dalam video itu, yaitu rekaman enam kapal perang Kubu Barat yang menetap di perairan Berks selama lebih dari satu bulan. Tentu kami menyelimuti rekaman itu dengan nada kesal dan kecewa—mengikuti arus emosi publik. Tanpa sedikitpun menyuarakan pesan tersembunyi di balik video ini.

"Bagaimana bisa mereka tidak menyadari hal itu?!"

Itulah makian yang kini sedang berkoar di tengah rakyat Kubu Timur.

Inilah rencana berikutnya, kami menanam keresahan melalui pengikut Samara agar memicu pertanyaan itu untuk muncul di publik. Karena pertanyaan ini hanya akan memberikan dampak yang besar bila keluar dari mulut rakyat. Sekali lagi, kelompok ini masih terlalu muda untuk dapat bertahan dengan kepercayaan yang sudah dibangun oleh Numino dan kita harus sangat berhati-hati bila ingin menghancurkan hal itu.



Ketika keresahan menyelimuti semua orang, kepercayaan kepada Numino sedikit demi sedikit tergerus. Bagaimana semua orang kini mempertanyakan keputusan Kubu Timur pada pertumpahan darah ini. Efek dari keresahan ini sangat mengejutkan, beberapa yang selamat dari pembantaian kejam itu akhirnya membuka suara. Letnan I yang bertanggung jawab pada Platoon 3 bercerita mengenai pasukannya yang tidak dilengkapi senjata karena mereka hanya diberikan tugas untuk menjaga perbatasan, yang dimana menurut informasi dari pusat tempat itu sangatlah aman.

Kini kepercayaan memiliki nilai yang melebihi batu berharga. Terlalu banyak orang melemparkan batu di depan gedung Del Vie hingga menjadi gedung kumuh yang tidak lagi terlihat berjaya seperti sebelumnya. Kini warga penuh dengan amukan, sukarelawan perang menjadi apatis pada setiap misi yang diberikan, prajurit perang kini berdiri di antara barisan warga dan mengacuhkan para petinggi militer maupun jajaran pemerintah yang seharusnya menjadi objek loyalitas mereka. Dan banyak investor perang yang kini mundur, agar tidak menarik amarah publik kepadanya.



Dan kedua kubu kini menjadi lebih panas, diperburuk oleh Federick yang akhirnya memutuskan untuk mendorong perang ini menuju fase baru. Ia menggerakkan seluruh pasukan laut masuk ke dalam daerah Kubu Timur.

Pasukan yang maju kali ini dibawa langsung oleh Duke Rohas Cox, yang terkenal memiliki moral yang sangat tinggi. Tidak seperti pembantaian yang sebelumnya diberikan langsung dibawah perintah raja mereka, Duke Cox membawa pasukannya masuk tanpa meluncurkan satupun serangan. Ia hanya bergerak untuk memperluas perairan mereka dan hanya akan menyerang bila Kubu Timur menyerang terlebih dahulu. Sudah menjadi rahasia penting di antara kami bahwa Duke Cox berkali-kali menentang perintah raja dan sangat menunjukkan keinginannya mengakhiri perang ini. Dibandingkan dengan Kubu Timur, loyalitas pasukan dari Kubu Barat sudah lama terlihat sangat rapuh.

Sedangkan Kubu Timur menanggapi konfrontasi Duke Cox dengan Letnan Jenderal Arkam sebagai pemimpin, membawa hampir seluruh prajuritnya menuju perairan Berks. Sama halnya dengan Duke Cox, Letnan Jenderal Arkam sangat membenci perang. Tidak seperti Zenvouch yang selalu senang tiasa menuruti segala kemauan Numino. Letnan Jenderal Arkam diingat sebagai pahlawan perang, dimana ia tidak pernah absen untuk selalu berada di jajaran terdepan pada setiap konfrontasi dengan Kubu Barat dan selalu beradu silang dengan Duke Cox.

Beradu antara kebencian pada perang dan loyalitas pada kubu mereka membuat keduanya membangun benteng panas di perbatasan perairan, yang kapan saja dapat meledak menjadi pertempuran besar.

Membuat keduanya menjadi alasan mengapa rencana kami akhirnya berubah sangat ekstrem.



***

"Bisa kau ulangi lagi?" tanya Banshie dengan ekspresi tidak percaya mengarah kepada Fhou.

"Seperti yang kubilang—AZ kau harus ingat ucapanku. Kau harus mengambil alih semua kapal perang mereka."

Fhou memulai dengan satu anggukan dari AZ.



"Dan kita akan menyusup menuju kapal Letnan Jenderal Arkam dan Duke Cox—"

"Untuk mati?" potong Kainslan setengah bercanda.

"Tidak, lebih tepatnya untuk ini."

Fhou menunjukkan USB yang berisi bukti rekaman perintah Numino kepada Zenvouch yang menghasilkan pertumpahan darah di Berks, kepada setiap mata yang menangkap.



"Itu hanya menghentikan Arkam, tidak untuk Cox, bukti rekaman itu tidak berguna baginya," jelas Banshie.

"Inti dari misi ini bukan untuk mengambil hati Arkam."

"Namun, untuk melakukan transaksi dengan keduanya."

Satu sisi mulut Fhou tertarik, benar-benar menunjukkan antusias.

"Ini merupakan kesempatan emas bagi kita semua. Karena saat ini yang terjun langsung di medan perang adalah dua orang pria dengan moral yang sangat tinggi. Hanya dibutuhkan sedikit dorongan bagi keduanya untuk dapat bergerak."

Ia tersenyum lebar ketika mengucapkan kalimat ini



"Apa yang akan kau lakukan dengan mereka berdua, Fhou?" tanya Nero.

"Kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan mengajak mereka berdua bekerjasama."

"...."

Ada kesunyian yang menyelimuti setelah ia melempar kalimat itu. Butuh waktu bagi semua orang untuk mencerna. Kepercayaan diri Fhou memang mampu menebar harap bagi siapapun yang menatap mata yang berkobar itu. Namun, kali ini aku dapat melihat bagaimana semua orang menelan ludah sangat kasar menanggapi kalimat Fhou. Ia kelewat percaya diri. Karena sangat jelas bagi siapapun bahwa rencana ini mempertaruhkan segalanya, satu salah langkah maka kelompok ini akan lenyap selamanya.

Yang artinya kesempatan menghentikan perang panjang tanpa menghancurkan salah satu kubu akan hilang bersama kelompok ini.



"Akhirnya kita bisa melihat akhir dari semua ini."

Fhou kembali menghapus keraguan kami dengan kalimat lain penuh kepercayaan diri. Apakah rencana ekstrem ini akan berjalan sebaik simulasi yang berjalan di kepalanya.

Kuakui, jantungku berdetak keras. Meski penuh dengan keraguan dan ketakutan, ada sebuah ruang kecil pada pojok hati yang dipenuhi perasaan mengebu-gebu.

Bila akhir semakin mendekat, aku sangat ingin melihatnya.






Next: Menacing

Photo on banner by Kristopher Allison on Unsplash.
Edit by Me.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro