Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Review Karya - 7

Review Karya merupakan kegiatan mengulas karya sesama member yang diadakan pada Sabtu-Minggu*.

###

24—25 Oktober 2018


Judul: ATERHEIM: CHESS GAME
Karya: alienixofficial (out)
Tautan: https://my.w.tt/DbzHgvTXF2

REVIEWS:

1. Review dari: LishaNugroho

Yang paling saya suka:
WB, ide cerita, dan deskripsi.

WB bagus, walau saya mengharapkan penggunaan kata baru untuk penyebutan ghoul dll. mengingat ini sepertinya cerita high fantasy (benar atau tidak, sih? Kalau saya keliru, mohon maafkan).

Selain dari itu, penulisan untuk deskripsi saya suka banget. Lord Anjas bisa menggambarkan situasi, ciri-ciri fisik, benda, dan tempat dengan detail. Saya seakan-akan seperti menonton sebuah anime, bukan sedang membaca cerita. Nice!

Ada beberapa kata yang mengganggu saya, yaitu kata 'namun' yang terlalu sering dan berulang-ulang. Saya harap mungkin bisa dibuat alternatif lain sebagai pengganti. Saya pikir itu akan lebih baik lagi.

Ada beberapa 'typos' dan kata yang tidak terdapat di kbbi, tetapi menurut saya adalah hal yang wajar. Bisa direvisi lagi nanti.

Alur, entah kenapa saya merasa agak sedikit cepat. Meskipun, penulis mencoba membuat adegan mesra/sedikit panas, saya masih kurang meresapi pas bagian romansa yang terjadi antara Allen dan Marie. (Uhuk).

Secara keseluruhan, cerita ini cukup menarik. Selintas mengingatkan saya dengan novel cina (apa perasaan saya saja, ya?), tetapi saya bisa rasakan ciri khas sang penulis di cerita ini.

Well, good job. Semangat! Lanjutkan! 👍

Maafkan kalau ada kekurangan dari review saya. 🙏

🔴

2. Review oleh: AizawaRin

WB: 3/5
Karena sudah pernah baca Aterheim yang versi sebelumnya (berhubung ini remake) world building-nya sudah tidak asing. Namun, penjelasan latarnya menurutku belum rapi, jadi tidak terbayang saat membacanya.

Plot: 3/5
Saat adegan sedang seru-serunya, tiba-tiba ada 'fanservice' yang ngehilangin feel. Jadi menurutku sepertinya tidak usah terlalu banyak service-nya. Apalagi saat konflik yang ngebuat pembaca penasaran bagaimana akhirnya.

Penulisan: 4/5
Narasi yang cukup enak dinikmati saat bacanya. Namun, harusnya serial ini diberi label "dewasa" karena ada adegan yang dibawakan dengan kata-kata vulgar. Over all, penulis amat baik dalam memilih kata yang membuat pembaca tidak jenuh.

Rata-rata: 3,3/5

🔴

3. Review lengkap dari: astgart (out)

Ini adalah cerita yang memiliki kerumitan seperti permainan catur. Penulisnya mencurahkan pikiran untuk menciptakan worldbuilding yang berbeda dari dunia kita. Permainan catur belum begitu dijelaskan, tapi sepertinya ini jenis catur umum yang tertera di cover-nya. Tentu saja, dengan bidak makhluk hidup. Seperti anime femes yang pernah kutonton atau manga yang berjudul mirip dadu yang pernah kubaca. Tergolong high fantasy dengan banyak nama nama aneh, setting baru, serta istilah-istilah asing.

Sejauh ini, sejauh hingga bab tiga yang dibaca. Ada hal-hal yang aku kurang suka atau menganggapnya kurang pas.

Pada prolog, setting begitu diangkat. Akan tetapi, selanjutnya hanya dijelaskan bahwa Allen dan Marie sedang ada di dekat pintu kaca dan balkon. Di mana hanya ada mereka berdua di rumah(?) itu. Seperti anak remaja yang ditinggalkan berduaan di sebuah kamar(?) agar adegan-adegan nakal bisa dibangun. Kemudian, mereka naik pegasus ke sebuah vila angker yang tidak begitu paham wujudnya. Ada pula adegan yang sepertinya sengaja melompat. Penulis rasanya ingin cepat-cepat. Bak adegan kartun Spongebob yang tiba tiba si narator berkata, “beberapa menit kemudian.” Tapi, ini sah-sah saja.

Aku tidak mengerti mengapa adegan ciuman itu justru merusak mood-ku saat membaca. Entah cara penulis menyampaikan atau hanya soal seleraku sebagai pembaca dan pengulas di sini. Hubungan Allen dan Marie bukan tipe yang aku suka. Mereka kencan, mereka melakukan ciuman yang dijelaskan seperti bacaan adult, berbagi rokok, soal-menyoal menyelinap ke kamar, tapi statusnya sahabat. Masa usia lima belas yang begitu dewasa. Oh, si tokoh juga sudah bantai-membantai (membunuh (?)).

Agak lucu. Ketika Allen ingin jadi penyihir dengan cepat. Aku anggap dia benar-benar tidak bisa memakai sihir. Ketika dia mendapatkan tongkat sihir sepanjang lengan orang dewasa tersebut, dia bisa menggunakannya seperti sudah jadi penyihir. Mungkin ada penjelasannya di belakang.

Pada bab tiga, narasi sedikit lebih banyak. Ada adegan aksi balas-membalas sihir. Tidak begitu istimewa adegannya, tapi dijelaskan dengan sangat baik kata per kata. Sehingga, pembaca dapat membayangkan seperti apa aksi tokoh-tokohnya.

Jadi, kesimpulannya:
● Aterheim cocok buat bacaan 17 plus. Mempertimbangkan segala aspek unsur cerita, adegan nakal, dan kekerasan.
● Cerita ini potensial. Bagaimanakah si Allen nanti melawan musuh-musuh dengan otaknya ketimbang sihirnya (seperti dalam blurb). Walaupun, sebenarnya sudah ada beberpa cerita di luar sana dengan tema mirip. Tinggal bagaimana penulis pandai melakukan segala brainstorming agar ide, plot twist, dan kejutan-kejutan itu menjadikan karya ini tidak dimirip-miripkan sama yang lain.
● Dialog sangat baik. Karakter mampu menjelaskan dan menjawab apa-apa tanpa melibatkan narator. Salut.
Setting kurang detail. Kultur sosial masyarakatnya belum terlihat jelas meskipun sudah sedikit disinggung. Bahwa tampaknya mereka hidup dalam sistem kerajaan dengan gaya hidup bebas ala anak muda jaman now. Warning untuk masih lemahnya worldbuilding.
● Sistem sihir kurang detail. Tokoh yang baru mau menjadi penyihir. Sudah bisa memakai sihir.
● Rupa dan perwujudan tokoh utama masih semu hingga bab tiga. Padahal rupa musuhnya sangat rinci. Jika malas menuliskan, bisa dibantu dengan ilustrasi.
● Pengulas tidak menyukai cover-nya. Masih dimaafkan jika ini cover sementara. Dari kejauhan, cover ini lebih cocok untuk tutorial catur ketimbang cover novel. Aku harap, ke depannya cover-nya bisa lebih kece dengan lebih banyak memuat unsur fantasi. Misal, bidak caturnya dibikin berukir-ukir rumit dengan aksen emas dsb..

Hal yang paling aku suka dari novel ini adalah bagaimana penulisnya menjelaskan detail-detail cerita dalam dialog. Penulis juga baik dalam menjelaskan adegan aksi. Bagi kalian yang pengen pinter menulis adegan aksi, cocok baca Aterheim sebagai referensi.

Chart penilaian Aterheim hingga bab 3 versi astgart:
Cover dan ilustrasi: ⅖
Cerita: ⅗
Penokohan: ⅗
Worldbuilding: ⅗
Kepenulisan: ⅘
Rata-rata: ⅗

🔴

4. Review dari: ALIFPRASETYO49

Dari worldbuilding sejak awal demen sama worldbuilding kompleks seperti ini, meski ada beberapa alur logika yang memang kurang pas menurutku.

Penokohan pas, tapi beberapa overpowered. Atau memang ciri khas novel berbasis cina begitu? Entahlah.

Plot, ini kalau dijabarin dan diperdalam lagi bakal menjangkau lebih banyak kalangan pembaca, dan benar masih banyak plothole dan alurnya kecepetan.

🔴

5. Review oleh: Ev-anse

Setelah beberapa review lengkap yang sudah dipaparkan oleh member lain, aku rasa, semua sudah dijelaskan ya.

Novel ini termasuk novel yang rumit alias membuat pembaca kebingungan dengan adegan tokoh maupun narasi untuk menebak atau memahami maksudnya. Gudlah! Terlepas dari bagaimana epic-nya cara penulis mendeskripsikan ceritanya, worldbuilding-nya yang penuh dengan istilah-istilah asing tentunya. Ada beberapa hal yang sedikit menggangu aku sebagai pembaca.

- Seperti alur yang cepat, (berpindah tanpa disadari) padahal pembaca masih ingin meresapi atau mengamati hingga bisa terbayang di kepala.
- Masih menjadi pertanyaan, apakah tokoh utama dan wanitanya benar-benar berumur 15 tahun? Sebab terlalu dewasa untuk adegan ciumannya. (Hanya pertanyaanku saja). Kekerasan, bahkan pernah membunuh juga (?) Apalagi aku ini berumur 15 tahun😶.
- Kalau umur mereka 15 tahun, tetapi akan ada adegan dewasanya yang lain lagi, sebaiknya diberi tanda 17+ saja.
- Deskripsi tokoh utamanya masih abu-abu di kepalaku, belum terlalu jelas. Mungkin karna aku hanya membaca 4 chapter awal atau penulis sengaja tidak mendeskripsikan rupa tokoh utama dari awal.
- Typo atau masih ada beberapa kata yang mesti direvisi agar tidak terlalu berlebihan kata. Seperti, kata 'namun' yang lumayan diulangi penulis. Juga typo yang—wajar, karena aku pun tidak luput dari typo.

Kelebihan
- Deskripsinya bagus sekali. Benda, tempat, maupun yang bukan tokoh utama dijelaskan secara rinci. Sehingga pembaca mudah membayangkannya di kepala.
- Cara penulis menuliskan ceritanya berbeda dari kebanyakan cerita penulis lain yang pernah aku baca. Kentara sekali dari gaya bahasanya.
- Diksi dan majasnya bagus, aku juga belajar banyak dari sini. Karena (mungkin) penulis menggunakan KBBI sebagai panduan penulisnya sehingga ada beberapa kata yang baru aku temui.
- Good. Ceritanya bagus, meski idenya bukan terlahir baru, tapi penulis pasti bisa menyajikan ceritanya dengan lebih epic lagi.
- Aku juga sependapat, kalau sepertinya cover-nya mesti diganti dengan cover yang menggambarkan fantasinya.

Sekian, terima kasih. Lebih dan kurangnya mohon dimaaf.

***

Judul: The Legendary, ZEN
Karya: AizawaRin
Tautan: http://www.id.joylada.com/story/5bc31848c3ee1d0001001b3ba

REVIEWS:

1. Review oleh: alienixofficial (out)

Sampai chapter 3

a) Worldbuilding 3/5

Dalam cerita ini, penulis mencantumkan istilah-istilah dalam ceritanya di bagian atas chapter. Ini ide yang bagus menurutku. Pembaca jadi tahu istilah-istilah dalam dunianya. Namun, aku merasa aneh dengan istilah dalam cerita ini. Alasannya karena seperti mengambil banyak istilah dari berbagai negara di bumi, mengedit sedikit (bahkan ada yang gak diedit) dan mencampurkannya dalam satu daerah. Contohnya: Zen (Cina?), Kekkai (Jepang?), Degen (Bahasa Jerman sepertinya?), Mirium (Terdengar seperti bahasa Latin?), Lord (Inggris?), Rayvan (pelesetan raven?), Fada (Pelesetan father?).

Di chapter 1 kita disajikan makhluk rayvan semacam gagak. Namun, pembaca gak dikasih tahu apa yang membuat rayvan ini berbeda dari gagak. Menurutku, sih, kalau sama gak usah ganti bahasa karena membuat pusing.

Mungkin ini bisa jadi pelajaran agar tidak membuat istilah asing pada sesuatu yang gak ada bedanya dari dunia nyata.

b) Karakter 3/5

Untuk karakter, sih, belum bisa dibilang ada yang menonjol. Mungkin karena masih 3 chapter. Aku tidak benci, tetapi juga belum attached sama tokoh utama.

Seperti banyak cerita, rumus karakter yang dimasukkan ada wise old man, arrogant lord, dan fillial MC. Namun, ini tidak ada masalah bagiku. Klise bukan berarti jelek. Tinggal development karakter-karakternya yang menentukan apa pembaca akan suka atau benci.

c) Plot 3/5

Pembaca disajikan oleh scene seorang tetua yang akan menceritakan sebuah kisah ke Cliff.

Entah kenapa aku merasa "laptop" di prolog adalah hint, foreshadowing, spoiler untuk bagian akhir. Oke, ini abaikan karena gak penting, hahaha.

Entah kenapa adegan prolog datar. Mungkin karena kurang melibatkan isi pikiran si tetua yang akan membawakan cerita ke Cliff. Yang ada hanya helaan napas dan sedikit nostalgia yang pembaca kurang peduli isi nostalgia si tetua. Mungkin bisa ditambahkan narasi yang melibatkan perasaan kenapa si Cliff pengen banget dengar kisah si tetua atau narasi yang memanas-manaskan epic-nya kisah ini.

Di chapter 1 kita disajikan adegan sesudah perang saat keluarga MC kalah dan kehilangan keluarganya. Entahlah, aku kurang merasakan tragedi si MC, ya, mungkin karena emang belum relate sama doi atau aku yang hatinya emang dingin. Haha. Saran saya sebagai pembaca, sih, mungkin bisa menambahkan adegan MC mengingat memori bersama fada-nya agar bisa sedikit relate dan tersentuh.

Lalu selanjutnya kita dikenalkan chapter yang mengawali konflik. Dimulai dengan adegan MC yang mengecewakan orang-orang lalu doi ingin membuktikan ke yang lain kalau doi bisa. Konsep konfliknya, sih, sudah banyak dipakai di banyak cerita, apalagi saya pembaca webnovel Cina, Jepang, Korea yang kebanyakan memakai plot device yang sama, selain kingdom building. Saya gak negatif sama konsep plot power up, bahkan memakainya juga. Nanti tinggal bagaimana membuat power yang menarik buat MC-nya agar pembaca bisa terpukau. Yah, kebanyakan orang membaca dan masih banyak yang suka konsep plot yang mirip karena ingin melihat sesuatu dengan feeling familier, tetapi variasi berbeda.

d) Teknik menulis 4/5

Menurutku gaya menulisnya guud walau agak terganggu dengan kata "nira". Nira itu apa, ya? Saya cari di KBBI kok ... hahaha. Penulisan kata nira malah jadi ganggu mood-ku masa, tapi mungkin ini cuman aku. Setelah itu, kenapa sesuatu yang rasial harus pakai kapital? Kayak kata "Hazarf", kecuali hazarf itu nama lembaga atau organisasi baru pakai kapital. CMIIW. Lalu, ada penggunaan kata penghubung antarkalimat di awal paragraf, padahal setahu saya tidak boleh.

Kini, blablabla .... Selain itu sih pengalaman bacanya enak menurutku.

Itu aja bentuk apresiasi dari saya. Maaf bila ada kata yang tidak berkenan. Masukan aja kritik yang dianggap baik dan buang yang buruk. Sekian.

(5)+4+3+3+3: 3,6

P.S. poin lima bonus karena aku belum menemukan poin kelima yang harus aku tambahkan dalam review.

🔴

2. Review oleh: astgart (out)

Apakah ini akan menjadi pertempuran naga melawan alutsista pesawat tempur? Apakah ini akan menjadi baku hantam antara gajah-gajah perang melawan tank baja? Itulah yang terpikir ketika aku menemukan kata “laptop” pada prolog novel berjudul The Legendary, Zen; karya Arin-Afiyah Lintang. Sebuah cerita peperangan antara teknologi maju dan sihir. Zen, adalah tokoh utama dalam novel tersebut yang ingin menyudahi peperangan ini. Lalu, bagaimana caranya? Silahkan baca (http://www.id.joylada.com/story/5bc31848c3ee1d0001001b3ba) dan semangati terus pengarangnya untuk cepat update.

Sejauh yang aku baca, masih ada tata kepenulisan yang luput dari ketelitian penulis. Sudah biasa, karena ceritanya saja belum final. Novel ini masih baru dan belum memuat banyak bab. Antara bab satu dengan bab lain perlu ada benang merah keterkaitan yang tegas dan jelas di momen yang tepat agar pembaca tidak bingung. Prolognya bercerita apa, kemudian seorang anak di medan perang, berganti ke kehidupan seorang Zen yang sedang ikut tes untuk jadi pasukan Degen. Tampaknya, Zen adalah bocah yang diceritakan di bab pertama.

Tidak bisa dipungkiri, masalah istilah-istilah ini memang jadi kesulitan sendiri pada cerita-cerita fantasy, terutama high fantasy. Ada kamus kecil di setiap bab untuk mempermudah pembaca memahami istilah dalam cerita. Bukan hal yang aku suka, walaupun boleh dilakukan. Menurutku, kamus istilah tersebut tidak perlu dibuat ketika sudah ada penjelasan yang gamblang dalam narasi. Seperti kata “ryvan” dan “fada”. Lalu, bagaimana dengan istilah lainnya? Ketika penulis telah mampu menjelaskan ryvan dan fada dalam narasi, maka aku juga yakin dia bisa menjelaskan istilah lainnya dalam narasi. Pada akhirnya, kamus itu tidak dibutuhkan. Pembaca akan menggali sendiri informasi dalam cerita, bukan disuguhkan secara instan. Sedikit menyinggung pula dengan istilah berbunyi mirip (Hazarfera, hazarf, rafaren, havarien, ryvan), terlalu banyak h, f/v dan r. Kesamaan bunyi kata yang membuat pembaca seperti saya salah tafsir antara istilah satu dengan lainnya. Akan tetapi, kembali lagi pada setiap gaya menulis seorang novelist. Ini mengingatkanku pada keunikan The Magic Library; karya Jostein Gaarder & Klaus Hagerup.

Hampir segala unsur worldbuilding masih lemah. Mungkin karena ceritanya masih permulaan. Setting dan geografi belum begitu jelas. Wujud Hazarfera seperti apa pun belum jelas. Tapii, setelah mencermati baik-baik, tampaknya Hazarfera atau ras Hazarf ada di Asia. Sistem sihir juga masih di permukaan. Teknologi yang dimaksud juga belum dibahas. Masih dangkal pada sistem pemerintahan, politik, dan ekonominya. Walaupun, ada sistem organisasi yang dipimpin oleh tetua. Adanya klan-klan. Kultur kehidupan sudah lumayan banyak dibahas. Bagaimana mereka berlatih untuk perang dan banyaknya istilah bahasa lokal.

Tak kalah menarik. Ada pria tampan karismatik di cover novel ini. Siapa dia? Apa dia manusia sungguhan ataukah lukisan realistik? Tidak ada credit yang bisa dirujuk untuk ilustrasi gambar tersebut yang aku pikir tadinya pria ini duduk di atas singgasana. Bukan! Itu bukan singgasana. Itu ranjang. Banyak sekali penulis terlalu malas membubuhkan credit atau referensi gambar maupun foto yang sudah mereka manipulasi dan modifikasi. Walaupun free stock sekalipun, pasti ada sumbernya. Adalah Adrien Sahores, seorang model memakai fashion label Fendi yang diarahkan oleh Moreno Galata (editorial stylist) pada sebuah majalah Grey Magazine. Sosok karismatik tersebut di tangkap oleh lensa fotografer bernama Erwin Olaf. Sebuah atitude yang baik jika penulis manapun menghargai hasil karya cipta orang lain.

Jadi kesimpulannya:
● Tema yang diangkat menarik sekaligus memiliki kesulitan yang tinggi. Penulis harus menjelaskan sistem sihir sekaligus bagaimana teknologi bekerja pada kehidupan peradaban tersebut.
● Kepaduan atau benang merah antarbab perlu dipertegas.
● Pemilihan istilah perlu diperhatikan agar tidak rancu dan salah tafsir dengan istilah lainnya yang berbunyi mirip. Kamus istilah tidak perlu ketika penulis telah membubuhkan penjelasannya dalam narasi.
Worldbuilding masih lemah. Perlu ditambahkan lebih banyak detail lagi.
● Tampaknya ini high fantasy dengan semua istilah dan bahasa asing tersebut. Namun, sangat jelas dikatakan ada pria berwajah Asia di sana. Jadi, low fantasy? Mungkin dijelaskan di bab-bab selanjutnya.
● Penokohan sangat baik. Tapi, wujud tokoh utama belum digambarkan jelas. Justru tokoh-tokoh sampingan digambarkan lebih rinci.
Cover-nya menarik, terutama untuk kaum hawa. Namun, menurutku lebih cocok untuk cover novel romance kerajaan. Sekali lagi, itu ranjang. Ilustrasinya juga belum mewakili sisi orang-orang yang katanya memakai teknologi.

Terlepas dari beberapa hal di atas, penulis sebenarnya sangat piawai dalam bercerita. Bab satu dibuat sangat emosional. Bab selanjutnya bahkan begitu mengalir. Narasinya begitu detail, panjang, kaya kosakata, tapi benar-benar mudah dimengerti. Ini jadi keunggulan tersendiri. Pengulas juga akan menjadikan karya ini acuan untuk belajar membuat narasi.

Chart penilaian The Legendary, Zen hingga bab 2 (bagian 2) versi astgart:
Cover dan illustrasi: 3/5
Cerita: 3/5
Penokohan: 3,5/5
Worldbuilding: 3/5
Kepenulisan: 4/5
Rata-rata: 3,3

🔴

3. Review oleh: Ev-anse

Bohong, kalau aku tidak menilai dari judulnya. Apalagi setelah membaca beberapa review dari member lain. Dari judulnya tampak sekali cerita ini adalah high fantasy. Dengan genre fantasi bercampur aksi. Aku membayangkan akan ada pertempuran atau pertarungan yang epic yang mungkin bisa aku pelajari. Lalu, sesuatu di prolognya membuat aku berpikir ini juga termasuk genre sci-fi karena ada kata "laptop".

Sedikit menggangu:
- Sebaiknya mungkin, kamus istilah tidak usah ditulis di awal bab. Ketika ingin memasuki dunia yang ditulis oleh penulis pembaca sendiri akan merasa siap, tapi kamus istilah di awal bab sangat menganggu konsentrasi pembaca. Alih-alih ingin mengerti maksudnya, pembaca lebih mementingkan ceritanya berjalan lalu ketika berakhir barulah pembaca bisa mencari tau arti dari istilah-istilah baru yang dipaparkan penulis.
Aku pribadi lebih suka kamus istilahnya di akhir bab, atau lebih bagus lagi penulis menjelaskannya dalam narasi. Ini menurutku saja.
- Ada beberapa kata yang cukup membingungkan, karena setelah aku cari tidak ada artinya sama sekali di KBBI. Karena masih awal-awal bab, mungkin masih bisa direvisi beberapa kalimat yang salah dengan mencari di KBBI juga typo yang bisa dimaklumi.
- Rupa dari tokoh utamanya masih samar-samar untuk dibayangkan.

Terlepas dari istilah-istilah asing yang memiliki huruf hampir sama, pembaca sedikit kesusahan melafalkannya. Juga worldbuilding yang samar-samar dipaparkan belum terlalu jelas dikarenakan ini masih awal-awal bab. Penulis sangat piawai menuliskan ceritanya. Pembaca terlarut dalam emosi tokoh utama. Penokohan yang mulai jelas diketahui untuk awal-awal bab. Kosakatanya yang kaya dan mudah dimengerti pembaca. Sangat menikmati cerita ini, berharap penulis bisa membawakannya lebih baik lagi. Karya ini juga akan menjadi acuan untuk aku belajar mendeskripsikan lagi. Semangat! Next chapter-nya di tunggu, loh🤭

Sekian, terima kasih. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.

========

Keterangan:
*apabila memungkinkan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro