Review Bulanan Jan (B)
Ketentuan Review Bulanan:
1. Kegiatan bersifat wajib bagi seluruh anggota Fantasia.
2. Pe-review harus membaca setidaknya 3 chapter (tidak termasuk prolog) karya yang terdaftar. Pilih satu dari dua karya yang terdaftar untuk di-review.
3. Review dikirim pc ke Ibrahimwahid
4. Masa pengumpulan: 1 sampai 31 Januari 2020
Tenggat: 31 Januari 2020 pukul 23.59 WIB .
5. Saat me-review usahakan objektif.
6. No menjatuhkan dan dendam.
7. Member Fantasia yang tidak melakukan Review Bulanan hingga tenggat terlewati, akan mendapatkan doorprize menariq :().
OPSI B
Judul: Bandeng Duri Lunak dan Semangka tanpa Biji (17+)
Karya: William_Most (Wattpad)
Tautan: https://my.w.tt/erjTz884Q2
Catatan: rating pembaca usia 17+
REVIEWS
1) Oleh: Mori Tsunada
Ulasan:
Kurangnya hampir enggak ada kok sebenarnya. Cuma poin pentingnya, dikau kalau nulis terlalu berambisi aja. Ambisinya Kakak itu sampai kebawa di tulisan. Jadi sewaktu ngebaca jadi tahu keseharian Kakak. Orang-orang rada bosan kalau yang enggak suka dengan kesehariannya Kakak. Terlalu terbawa gitu. Kalau aku masih bisa luwes sama kehidupan orang-orang. Jadi aman walau agak enggak mudeng dikit. Mungkin saranku coba untuk mengurangi itu aja.
🍉🐟
2) Oleh: aeflytte
Awalnya, kukira ini cerita slice of life atau drama keluarga. Eh tahunya thriller :). Ditambah keterangan di blurb yang sedap-sedap ngeri, penulis sukses bikin pembaca gak bisa menebak apa sih sejatinya cerita ini berisi.
Kesan waktu baca adalah:
Sebenarnya konten cerita mengandung gore yang kejam, tapi entah bagaimana cara penulis mengolah kata dengan sangat ringan seolah-olah membuat adegan itu bisa dibaca sambil menyeruput teh hangat di sore hari. Setelah adegan itu terlewat, barulah menyadari kalau adegan barusan itu begitu kejam (apalagi pas memotong-motong semangka terus dijadikan es buah, itu memorable sangat buat saya).
Tokohnya sulit dipahami. Tapi, saya merasa itu memang cara penulis untuk membangun tone cerita dan aura gelap di dalamnya.
Terus, latar tempatnya itu fiksi ya? Tapi, saya belum memahami mengapa penulis memilih nama-nama Jawa arkais seperti Pariyem, Painem, tetapi juga dicampur dengan nama kebarat-baratan seperti Clevin dan Thomas. Kalau yang Jawa arkais, mungkin untuk menambah kengerian mengingat masyarakat Jawa kuno punya kengerian yang kental. Tapi, kalau kebarat-baratan? Mungkin penulis bisa memberi alasan untuk itu.
Poin plus yang kesekian, cerita ini juga kental oleh pesan moral yang bisa dipetik.
🍉🐟
3) Oleh: NataSalama
Baca deskripsi cerita, aku dibuat bertanya-tanya tentang eksistensi Tuhan dan hukuman Tuhan. Tanpa tahu sinopsis cerita, blurb, ataupun jalan ceritanya kira-kira seperti apa.
Baca prakata, aku malah bingung sebingung-bingungnya dengan kata-katanya yang indah.
Baca prolog, aku dibuat lapar dengan menu yang tersaji.
Baca BDL dan STB (part 1-7), aku masih belum nangkap apa maksudnya. Siapa tokohnya pun aku tidak tahu dan terus menerka. Sementara yang tertulis, banyak tokoh.
Ceritanya sepertinya penuh misteri. Siapa laki-laki misterius yang selalu berpikiran tentang hukuman atau karma atau sejenisnya. Yang selalu diikuti si bocah yang selalu ingin membalikkan pikiran si laki-laki misterius itu.
Sepertinya memang harus baca sepenuhnya supaya tahu apa dan bagaimana ceritanya, karena baca di awal saja, sama sekali tidak paham. Meski sudah baca dua-tiga kali.
Banyak kata-kata baru yang aku temui dan aku suka itu, menambah perbendaharaan kata.
🍉🐟
4) Oleh: ArchieElysia
Kesan pertama sewaktu membaca prolog, saya merasa akan disuguhi buku resep makanan, bedanya ini tentang pengenalan flora. Tapi, ternyata bukan. Penuturan gaya bahasa pengarangnya membuat saya teringat cerpen-cerpen atau dongeng-dongeng di majalah Bobo. Lugas.
Terlepas dari idenya yang luar biasa, beberapa penggunaan tanda baca emdash (—) menurut saya kurang tepat. Penggunaan kalimat efektif masih kurang dan banyak kalimat yang sebenarnya tidak perlu.
Saya suka genre thriller, tapi entah kenapa membaca ini saya justru berharap kisahnya dibuat menyenangkan dan penuh petualangan dengan tokoh Rasi dkk.. Tidak masalah juga, karena ini saya kategorikan sebagai semi-distopia.
Akhir cerita sempat bikin saya bingung, apakah para tokoh reinkarnasi, atau ternyata dari awal sampai akhir cuma dongeng yang dituliskan dalam buku misterius. Cerita di dalam cerita. Saya sempat jengkel sewaktu memikirkan kalau jawaban kedua yang benar. Tapi, 'kan, terserah pengarangnya.
Kisah yang mengajarkan arti bersyukur.
Satu lagi, cerita ini sukses membuat saya enggak makan sup ayam di saat orang-orang di sekitar pada makan sup ayam
Sekian dan terima sebakul semangka serta serantang bandeng bakar. Kirim lewat jalur bawah tanah.
🍉🐟
5) Oleh: Zaochii / Amuba Iler
Aku bingung deskripsikan perasaanku tentang cerita ini.
Unik, menarik, sulit diprediksi, nagih, tetapi harus dibaca saat pikiran fresh. Haha
Seperti yang kubilang, ceritanya menarik dan unik.
Iya, di bab pertama kita akan disuguhkan dengan sesuatu tentang ketuhanan(?) atau supranatural ya? Intinya itu lah. Abis bingung buat mahamin bab 1 (prakata), eh bab selanjutnya (prolog) bahas olahan bandeng sama semangka dong 😭 aku lapar bacanya tau :(
Tapi, tapi, karena hal itu bikin mikir, "Wah, mau dibawa ke cerita model apa ini? Kok aneh yak?"
Tapi di part-part selanjut udah enggak aneh sih, jalan ceritanya bisa dinikmati—ah tokohnya aneh wkwk.
Cerita dibagi dalam dua bagian. Bagian bandeng dan semangka. (Aku laper!) Keduanya cukup menarik. Apalagi pas bagian Bandeng itu ada tokoh—siapa namanya lupa—yang mikirin perasaan bandeng pas dipanen. Aku tuh jadi kasian kalau lihat bandeng goreng sekarang. (Tapi, tadi aku sarapan pakai bandeng :( )
Buat yang baca cerita-cerita author yang lain, adakah yang sama denganku. Beberapa bagian gore-nya kayak berasa khas banget. Yang meledak-ledak di kolam bandeng itu loh haha (Walau sejujurnya aku masih bingung itu ledakan cuma imajinasikah?)
Btw, kusuka part yang tukang semangka kebakaran itu. Wkwk asik cuy.
Walau ceritanya harus dibaca saat pikiran fresh biar paham (untukku), tapi gaya bahasanya dan penulisannya yang rapi membantu sih. Diksinya juga beragam—kadang kaya lagi baca buku IPA—tapi ini jadi nilai plus buat cerita ini. Enggak boring gitu.
🌟 3,7/5
Mangats ya, Jeruk!
🍉🐟
6) Oleh: suryailproject
Pertama baca ini sebagai orang yang kelaparan malam itu, tentu aku misuh-misuh. Kenapa kamu harus posting gambar makanannya juga, Ibraaa?
Tapi, setelah baca ceritanya, bener-bener khas kamu sih.
Kerasa banget perumpaan baik dan buruk di part awal-awal. Kamu tuh kek selalu bisa bikin personifikasi dalam cerita-cerita kamu. Terutama membayangkan hal-hal aneh tentang si Bandeng. Padahal cuma Bandeng, Im, BANDENG!
Allahu kamu tuh kelewat jenius apa gimana sih?
Tapi bagiku, enggak rekomendasi banget kalau kita bacanya pas lagi laper. Jujur itu sesat, Im. Karena intronya itu lhooo!
Oh iya, karena aku masih baca 3 part awal (intro gak dihitung sesuai katamu), aku masih penasaran siapa kakak Kam. Apakah dia malaikat yang menyamar jadi manusia?
Oke sekian dulu. Semoga aku bisa lanjut baca lagi. Yang penting udah kumasukin perpus dan rekomendasi.
🍉🐟
7) Oleh: harianimey
Awalnya kukira ini buku resep masakan, karena pembukaan mempromosikan makanan (kasihan bagi para pendiet)
Masuk bab awal kalimat rapi, tapi penggunaan kata 'remaja' terlalu sering digunakan.
Banyak kata baru yang tidak tahu artinya. Disarankan kasih artinya di samping kalimat dengan tanda kurung atau di akhir bab.
Ada beberapa kalimat yang dibaca kurang mulus.
Aku masih bingung, remajanya ini siapa? 👀👀👀
Bab 2
Masih banyak kalimat ambigu, maklum karena masih awal bab dan aku belum bisa paham sepenuhnya
Kelebihan:
Kata-katanya ok, walau masih ada sisa typo
Kekurangannya:
Aku masih bingung sama Rasi (?)
🍉🐟
8) Oleh: AizawaRin
Saat baca prolog cerita ini, saya pikir ini adalah cerita tentang eksistensi Tuhan. Apakah Tuhan 'kan menanggapi makhluk selain manusia yang tersiksa? Tapi, sepertinya bukan pertanyaan itu yang tepat diajukan untuk tulisan ini. Nyatanya, cerita BDL dan STB (saya singkat sesuai dengan judul bab dalam cerita) benar-benar jauh dari mempertanyakan tentang Tuhan, tapi memang menceritakan kekejaman manusia kepada makhluk lain. Kita diajak berpikir apakah si bandeng duri lunak dan semangka tanpa biji merasa tersiksa saat hidup mereka terancam dipanen. Ide yang sangat luar biasa untuk sebuah cerita. Memang, untuk genre yang diambil, penulis sudah amat ahli dalam meramunya. Sering saya menemukan karya penulis berjudul lain dengan genre tersebut dan dikisahkan secara misterius. Bahkan, pembaca seakan dibuat berpikir keras apa maksud tersembunyi dan plot yang dibawa dalam cerita.
Namun, sayangnya dari segi penulisan, masih ditemukan beberapa kesalahan penempatan titik dan koma serta kata yang seharusnya tidak berada di awal kalimat. Cara penulisan di beberapa bab dalam cerita juga lebih mirip naskah drama. Terlepas dari hal itu, bagi penggemar cerita misteri, karya William Most ini sangat asyik untuk dinikmati.
Jika ingin lebih menghayati, mungkin bisa dibaca sambil menyeruput sop buah semangka atau mengunyah daging bandeng tulang lunak.
Nilai: 9,2/10
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro