51. SENORITA #TOPChen Ⅰ
Notes: cerita ini adalah karya remake dari cerita asli karya author kimeiparkyungsoo_12 yang berjudul Seduction Jongdae.
❥❥❥
Bagi Kim Jongdae, yang adalah seorang model untuk majalah fashion, dalam hidupnya hanya tahu untuk bergaya di depan kamera. Laki-laki itu tidak pernah memikirkan untuk menjalin hubungan dengan seseorang. Sekali pun ibunya berkali-kali berpesan padanya untuk segera menikah sebelum Jongdae menginjak usia 30 tahun, namun semua itu hanya dianggap angin lalu oleh Jongdae.
Karena Jongdae masih terus ingin mengejar kariernya hingga dia mampu membuktikan pada orang-orang yang meremehkannya bahwa dia mampu mencapai titik lebih tinggi dengan kerja kerasnya sendiri.
Suara hairdryer sudah seperti alunan musik ditelinga Jongdae, sambil melihat jam diponselnya yang bercasing merah, waktu sudah berlalu setengah jam sejak dia mendudukkan pantatnya di kursi merah muda empuk itu, dia lalu mengabaikannya dan lanjut membaca majalah fashion sementara seorang perempuan sekitar tiga puluhan sibuk menata rambut dan merias wajahnya untuk pemotretan koleksi baju musim dingin nanti.
Sesekali, Jongdae melirik dirinya di cermin, tampan. Satu kata yang dipikirkan olehnya ketika melihat pantulan dirinya yang rapi dengan balutan pakaian musim dingin merwarna cerah dan hangat.
“Jongdae!”
Perempuan itu berhenti sejenak merapikan rambut Jongdae ketika laki-laki itu menoleh ketika sebuah suara familier memanggil namanya dengan intonasi kaget.
“Oh, Mingyu? Kenapa?” Jongdae agak terkejut ketika melihat wajah pucat managernya yang berusia lebih muda darinya itu menghampirinya dengan raut tak terbaca.
“Kapan kau menandatangani kontrak sialan itu?” katanya.
“Apa maksudnya? Semua kontrakku tidak ada yang sialan, ya, asal kau tahu.” Dengan kesal, Jongdae menyodorkan air mineralnya kepada Mingyu. “Minum ini, kau terlihat seperti mayat hidup.”
“Oh, zombi? Bagus sekali, kau yang membuatku begini asal kau tahu.” Mingyu merebut air mineral itu dan langsung meneguknya hingga habis.
“Aku? Apa yang baru aku lakukan?” Jongdae kembali duduk agar kembali dirias.
Mingyu menetap Jongdae lewat cermin besar dihadapannya yang terang oleh lampu-lampu. “Jongdae, jangan membuatku bingung—ah, apa kau sudah pemotretan?”
Jongdae menggeleng. “Belum, aku masih dirias.”
Mingyu mengangguk. “Aku akan kembali setelah kau selesai dengan pekerjaanmu, setelah ini kau harus berjanji menjelaskan padaku sedetail-detailnya.”
Meski Jongdae masih belum mengerti dengan apa yang membuat managernya itu bersikap demikian, Jongdae tetap mengangguk. Tiga jam kemudian, sesi pemotretannya hari itu selesai dan setelah berganti pakaian Jongdae langsung mencari keberadaan Mingyu untuk diajak bicara. Ternyata laki-laki kelahiran 97 itu sedang bergumam seperti orang gila sendirian di dalam mobil.
Dari luar jendela, Jongdae mengintip sedikit dan mengetik sebelum akhirnya dibuka oleh Mingyu dan membiarkannya masuk. Tanpa basa-basi, Mingyu langsung melempar sebuah kertas kepadanya.
“Ini kertas apa? Seperti kontrak?” Jongdae membolak-balik kertas tersebut bingung dan membaca isinya, tapi dia sudah sempat melihat sekilas di bawah terdapat tanda tangannya. “Ini apa? Kapan aku menandatangani ini?”
“Baca saja,” katanya, “aku menemukannya ditumpukan pakaian kotormu, aku pikir hanya kertas biasa sampai akhirnya aku melihat tanda tangan resmimu pada kontrak yang berisikan hal-hal yang seharusnya tidak kamu lakukan.”
Dengan perlahan, Jongdae membaca isinya, awalnya itu hanya kontrak pemotretan biasa sampai akhirnya Jongdae membaca penjelasan bahwa itu adalah kontrak resmi perusahaan Blue Film di mana di sana tertulis bahwa Jongdae akan menjadi model majalah dewasa serta artis video porno!
“Apa-apaan ini! Aku tidak pernah melakukan ini!” Syoknya sambil melempar kertas kontrak tersebut.
“Coba ingat-ingat lagi, kertas ini bau alkohol, kau pasti sudah membuat suatu kesalahan.”
Jongdae menelan salivanya. Apa mungkin dia sudah menandatangani suatu kontrak perbudakan ketika mabuk? Jongdae sama sekali tidak ingat, akhir-akhir ini dia sering pergi ke klub malam untuk bersenang-senang, klub malam dan orang mana yang mana yang sudah tega memanfaatkannya?!
“Aku sama sekali tidak ingat, Mingyu!” Dengan frustasi Jongdae menjambak rambutnya sendiri.
Mingyu menatap Jongdae iba, model asuhannya ini kemungkinan besar telah dijebak. “Di sini terdapat nama perusahaan orang yang mengontrakmu, bagaimana jika kita menemuinya?”
Tidak ada jalan lain, jika Jongdae tak melakukan apa pun, tubuhnya bisa saja dieksploitasi, dan jika dia diam saja menganggap tak ada kontrak apa-apa atau malah merusaknya, dia bisa saja berurusan dengan hukum dan Jongdae yakin dia pasti yang akan mendapatkan bagian sialnya.
Dengan frustasi, Jongdae mengangguk. “Kita pergi sekarang ke tempat Si Bedebah itu.”
Mingyu langsung tancap gas setelah memastikan Jongdae memakai sabuk pengamannya.
Dalam perjalanan, Jongdae berusaha keras untuk mengingat-ingat siapa orang gila yang sudah menyodorkan kontrak sialan itu kepadanya. Sialnya dia tak bisa mengingat wajah orang itu dengan jelas, dia hanya mampu mengingat ada seseorang yang menghampirinya dan mengajaknya ngobrol lalu dia menyerahkan sebuah kertas dan pulpen yang dengan mudahnya mendapatkan tanda tangan Jongdae tanpa dia baca terlebih dahulu. Yang paling tidak bisa Jongdae terima ialah kontraknya itu selama SETAHUN!
Satu Tahun! Tidak kurang tidak lebih!
Itu bukan waktu yang singkat, bagaimana dia bisa bertahan menjadi model majalah dewasa dalam waktu selama itu?!
“Jongdae, kita sudah sampai.” Mingyu memarkirkan mobil Jongdae di depan sebuah gedung tinggi yang terlihat begitu megah.
Ketika keduanya keluar dan melihat, sesaat mata itu terpana melihatnya, sampai Jongdae ingat bahwa salah satu orang di dalam gedung ini adalah orang yang akan menyusahkannya di masa depan. Dia segera menyingsingkan lengan bajunya, memantapkan tekat, dan melangkah penuh percaya diri memasuki gedung tersebut dengan Mingyu yang setia mengekor di belakangnya.
Jongdae berjalan tanpa arah di dalam gedung luas nan mewah sampai akhirnya seseorang justru menghampirinya dan memintanya untuk menunjukkan isi kontrak tersebut, meski agak ragu Jongdae tetap melakukannya.
Laki-laki berbaju merah hati dengan tali berenda yang melingkar longgar di lehernya itu tersenyum centil. “Mari saya antar, bos sudah menunggu sejak tadi.”
Jongdae dan Mingyu menurut, ketiganya masuk ke dalam lift setelah sebelumnya segerombolan laki-laki dan perempuan berpakaian sexy keluar dari sana. Jongdae sempat risih dan dalam hati bertanya kegilaan apa yang akan dihadapinya nanti ketika lampu lift menunjukkan berhenti di lantai 29, tak lama kemudian pintu lift terbuka dengan sendirinya.
Laki-laki tinggi yang Jongdae ketahui bernama Tao dari kartu kerjanya yang menggantung di lehernya itu segera melangkah keluar, Jongdae dan Mingyu pun mengikutinya, saling pandang bertanya-tanya tentang tempat macam apa ini sebenarnya.
Tak lama kemudian, mereka bertiga sampai di depan pintu kayu cokelat, Jongdae dapat merasakan di balik pintu itu mengeluarkan aura tak menyenangkan.
Tao dengan ringan membuka pintu itu, seketika mata Jongdae dan Mingyu disuguhi pemandangan luas nan mewah ruangan yang didominasi putih gading dan merah marun tersebut. Tao mempersilakan keduanya masuk dan mengikutinya, dia berkelok ke samping menghampiri seseorang yang sedang duduk membelakangi mereka. Tanpa sadar Jongdae menahan napasnya, amarah serta takut bercampur menjadi satu tatkala sudah benar-benar berhadapan langsung dengan orang itu.
“Bos, tamumu sudah sampai,” ucap Tao.
Seketika kursi besar berwarna hitam besar itu berputar, menampilkan seorang laki-laki usia sekitar pertengahan abad duduk santai di dalamnya. Jongdae memperhatikan wajah orang tersebut yang memiliki lipatan diarena jidat dan sekitar mata, sedikit kusam dengan kacamata minus yang membingkai wajah agak bulatnya.
“Tao, kau bisa pergi sekarang.”
Tao membungkuk singkat lalu melenggang pergi meninggalkan mereka berdua, Mingyu menoleh ke arah laki-laki ber-make up tipis itu sebelum akhirnya pintu benar-benar tertutup kembali.
“Nah, silakan duduk —”
Brak!
Jongdae tidak berniat untuk beramah-tamah, dengan bar-bar dia membanting kertas berisi kontrak itu di tengah meja hingga menimbulkan suara keras. Mingyu memelototi modelnya itu horor.
“Wow, kasar ya. Seksi.” Dia terkekeh. “Pantas orang itu menggaetmu sebagai pasangannya.”
“Tutup mulut busukmu itu, aku ke sini karena ingin kontrak ini dibatalkan,” ucap Jongdae final. Amarah jelas tergambar lewat raut wajahnya.
Laki-laki itu melipat tangannya dan menatap Jongdae dari atas kepala hingga kaki, satu kata yang dia pikirkan ketika melihat Jongdae, panas. Kemudian matanya tertuju pada kertas dihadapannya, dia meraih kertas kontrak itu dan membacanya sekilas.
“Oh, ini? Di sini tertulis jika kau setuju untuk menjadi model majalah dewasa dan bintang film porno untuk perusahaan kami selama satu tahun, aku tahu ini tanda tanganmu, asli kau tulis sendiri—”
“Aku mendatangani ini dalam keadaan mabuk! Ini kontrak perbudakan! Aku bahkan tak tahu apa isinya!” potong Jongdae emosi. “Aku ingin kontrak ini dibatalkan!”
“Maka kau harus siap dengan konsekuensinya.” Orang itu meletakkan kertas kontrak tersebut dan berdiri, lebih tinggi dari yang Jongdae bayangkan sebelumnya. Dia merapikan jas kerjanya yang berwarna cokelat, berjalan menghampiri Jongdae dan Mingyu yang ada di depannya. “Penjara atau ganti rugi sebanyak 10 milyar? Pilih mana?” ancamnya berbisik di dekat telinga Jongdae.
Jongdae menoleh ke arah wajah orang itu dan meludahinya. “Cuih! Kau iblis!”
Orang itu menjauhkan wajahnya dari Jongdae dan terkekeh, menarik selembar tisu dari kotak tisu yang tergeletak di meja kerjanya dan mengelap wajahnya.
“Nasi sudah menjadi bubur, nikmati buburmu dengan toping yang lezat.”
“Tidak, aku masih dengan pendirianku, aku ingin kontrak ini dibatalkan.”
“Tidak bisa, kontrak ini sudah ditandatangani, baik atau tidak kau tidak membaca isinya atau membacanya dalam keadaan tak sadar, itu bukan salahku.” Dia kembali duduk dikursi kebesarannya. “Terima dan jalani isi kontrak barumu, aku akan membayarmu dengan jumlah uang yang besar, kau tidak akan pernah menyesal telah menerima pekerjaan ini.”
Jongdae hendak membantah, tapi orang itu lebih dulu melanjutkan.
“Lihat tubuhmu sendiri, kau seksi, kau luar biasa, kau sempurna. Ini mungkin adalah usia emasmu, sangat disayangkan jika kau tak mengabadikan seluruh tubuhmu, bukan? Aku memiliki perusahaan besar, kau akan semakin terkenal, masa depanmu akan terjamin jika kau bergabung denganku. Kau hanya perlu mencoba dan percaya padaku, Kim Jongdae.”
Mingyu berbisik ditelinga Jongdae, mengatakan beberapa kemungkinan buruk jika dia menolaknya, dipenjara dan harus membayar denda. Ibunya akan sangat bersedih. Tapi kontrak ini juga bukan pilihan terbaik mengingat ini adalah perusahaan dewasa, sekali mengiyakan maka dia sudah masuk ke dalam kandang buaya.
“Ahhhh! Menyebalkan sekali! Aku benci hidupku!”
Jongdae pergi dari ruangan itu sambil meninggalkan Mingyu yang kebingungan dan langsung menyusulnya pergi, dia membating pintu keras-keras dan berteriak frustasi setelahnya.
Setelah ini, hidupnya akan berbeda!
❥❥❥
“Ahh! You're so tight, Baby! Ah!”
“Ahh! Ah! Hah-harder ...! Ohh! Yeahh! Ah!”
Bulu kuduk Jongdae merinding ketika dia menyaksikan adegan percintaan sepasang lelaki di atas ranjang. Lelaki yang berada di bawah dengan kaki mengangkang seperti tidak sadar akan di mana dia sekarang, lubang anusnya menganga lebar dan terus ditusuk oleh penis besar lawan mainnya yang berada di atasnya yang membuatnya terus mendesah-desah. Badan mereka bergoyang mengikuti irama yang dibuat oleh lelaki itu sendiri.
Kening lelaki yang berstatus sebagai pihak bawah itu berkerut dengan mulut yang terus membuka lebar tanda dia tidak main-main dengan kenikmatan yang sedang dirasakannya.
Dengan mual, Jongdae menjauhkan ponsel Mingyu dari hadapannya ketika ketika kedua pemeran di dalam video itu telah mencapai klimaksnya. Laki-laki itu merasakan jijik pada dirinya sendiri ketika melihat video tadi, segera Jongdae bergegas ke kamar mandi dan membutuhkan makan siangnya tadi.
Pikiran Jongdae melayang, apa dia nanti akan berbuat seperti itu? Dengan seseorang, apalagi yang ini laki-laki yang tak dia kenal sebelumnya?! Jongdae menggeleng frustasi, dia hampir menangis dan segera membasuh wajahnya dengan air mengalir yang terasa begitu dingin ketika menyentuh wajahnya, dia tak bisa membayangkan wajah ibunya nanti jika tahu tentang pekerjaannya yang sekarang. Disatu sisi dia tahu dia tak akan hamil dan itu membuatnya lebih tenang, tapi dia malu ketika tubuhnya harus diekspos nanti.
“Jongdae, kita harus pergi cepat,” panggil Mingyu. “Apa yang kau lakukan di dalam sana? Jangan katakan padaku bahwa kau mencoba untuk mengakhiri hidupmu!”
“Mingyu, diam atau aku akan memecatmu!”
“Jangan bunuh diri, Jongdae!” teriak Mingyu dari luar.
“Aku akan membunuh Si Bajingan Keparat Chris Lee itu dulu sebelum mengakhiri hidupku sendiri!”
“Oke, bagus. Kau masih ingin hidup rupanya. Aku tunggu di lobi hotel!”
Jongdae melemparkan botol sampo ke pintu dengan sekuat tenaga untuk melampiaskan amarahnya. Duak!
Sekali lagi, Jongdae yang masih ada di kamar mandi membasuh wajahnya untuk kesekian kalinya, dia berkumur-kumur, dan menatap pantulan wajahnya yang bengkak akibat tak tidur semalaman suntuk cukup lama, membayangkan dia harus siap dengan apa pun yang akan dihadapinya nanti.
Sebelum akhirnya laki-laki itu berjalan menghampiri managernya tersebut yang sudah menunggu di lobi hotel tempat mereka menginap dan pergi ke perusahaan berengsek yang sudah menjebaknya dalam kontrak budak sialan itu.
“I'm coming.”
Keduanya sampai tak lebih dari 30 menit perjalanan dengan mobil pribadi, padahal Jongdae berharap ada kendala di perjalanan seperti ban mobil kempes, atau apa lah yang membuatnya tak harus datang ke tempat itu lagi selamanya.
Sesampainya di depan pintu perusahaan tersebut, Jongdae dan Mingyu langsung disambut oleh Tao yang hari ini memakai pakaian lebih tertutup namun amat ketat. Laki-laku bertubuh tinggi dengan kantung mata besar itu sempat memuji selera busana Jongdae yang menggabungkan celana pendek berbahan rajut dengan jaket kulit.
Tao mengantarkan Jongdae dan Mingyu ke ruangan pribadi Chris Lee tempo hari, bedanya, hari ini ada seseorang yang harus Jongdae temui. Dia adalah partner khusus Jongdae untuk pekerjaan ini. Tao sempat memuji orang itu yang menurutnya begitu berkharisma dan betapa Jongdae akan menyukai dan sangat beruntung bisa bekerjasama dengannya nanti, Jongdae hanya mendecih dan menulikan telinganya.
“Kabari aku jika kau sudah bertukar nomor dengannya, Jongdae.” Tao mencium pipi Jongdae sekilas sebelum akhirnya berlari kecil keluar ruangan setelah mengantarkan mereka.
Dengan risih, Jongdae mengusap bekas kecupan Tao barusan.
Terlihat, Chris Lee sedang berbicara dengan seseorang, dari punggungnya seperti laki-laki. Jongdae dan Mingyu berjalan menghampiri mereka, Chris Lee yang melihat pun langsung berdiri menyambut mereka.
Dengan senyum lebar, laki-laki itu berkata, “Aku pikiran kalian tidak akan datang. Ayo, duduk di sini, kita ngobrol sebentar.”
Orang itu berdiri dan menghadap Jongdae, Jongdae yang awalnya tak peduli kini menatap wajah pria yang tengah tersenyum lebar itu dengan syok.
“Ka-kamu kan yang waktu itu ...?”
Jongdae ingat! Sekarang Jongdae ingat bagaimana dia bisa menandatangani kontrak busuk itu dalam keadaan mabuk!
“Kenalkan, namaku adalah Choi Seunghyun.” Laki-laki itu berjalan mendekati Jongdae dan meraih punggung tangan Jongdae yang kini tengah mematung untuk dicium. Tatapan matanya yang tajam, melirik Jongdae, wajahnya begitu dekat dengannya, membuat wangi maskulin mulai menyebar masuk keindra penciuman Jongdae. “Senang bisa bekerjasama denganmu, Jongdae.”
Laki-laki dihadapannya ini adalah laki-laki sama yang mengajaknya berdansa diklub malam dan berakhir mabuk berat, memberikannya sebuah kertas untuk dirinya tandatangani yang katanya adalah kontrak eksklusif dari brand fashion Chanel ketika dirinya menolak untuk diajak bersetubuh.
Jongdae menandatangani kontrak sialan itu dengan bodoh!
Pelaku utama dari kemalangannya itu sekarang ada di depan matanya!
Tapi, kemarahannya kini justru lenyap, tergantikan rasa terintimidasi.
❥❥❥ TBC ❥❥❥
Choi Seunghyun
Kim Mingyu
Kim Jongdae
11/27/2022 🌹 Ningtias
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro