Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48. I Miss Xiu (Edisi Wamil) #XiuChen 🔞

Notes: cerita ini adalah karya remake dari cerita asli karya author kimeiparkyungsoo_12 yang berjudul Seduction Jongdae.

❥❥❥

Seorang pemuda bersweater pastel -cokelat muda dan putih susu- tengah berdiri melamun menghadap kaca jendela kamarnya yang dipenuhi embun dan bulir-bulir putih salju, bibirnya tak henti melantunkan lagu debutnya dengan suara lirih berulang-ulang. Beautiful Goodbye.

Itu lagu yang dia pilih khusus setelah tahu bahwa orang yang dia sayang untuk sementara waktu akan meninggalkannya. Lagu yang sangat indah hingga membuat siapa pun yang mendengarkan terkesima seakan sedang putus cinta.

Saking asyiknya menghayati kerinduannya sendiri atas seseorang, dia sampai tak sadar bahwa ada orang lain yang sedang masuk ke dalam kamarnya sambil mengendap-endap. Awalnya, sosok yang memakai seragam tentara lengkap dengan topi baret itu ingin mengagetkannya, tetapi ketika dia mendengar lantunan melodi merdu yang keluar dari mulut manis yang tak pernah gagal menjadi candunya itu, dia melupakan niat jailnya dan justru menikmati nyanyian tersebut.

Setelah lima belas menit berlalu dan masih tak ada tanda-tanda beranjak dari pria itu, dia akhirnya membuka mulutnya, "Kau sedang memikirkan apa, Chenie?"

Chen atau Kim Jongdae adalah main vokalis EXO yang baru saja melakukan debut solonya dengan album berjudul April, and a Flower dengan lagu utama berjudul Beautiful Goodbye. Itu adalah lagu bergenre balada yang menceritakan tentang sebuah perpisahan sepasang kekasih dibulan April.

Chen mendesah. "Aku sedang memikirkan Minsekie Hyung, dia belum ada kabar beberapa Minggu ini, padahal biasanya dia selalu mengirim surat setiap Minggu padaku!" Terdapat nada kesal sekaligus rindu yang keluar dari intonasi suaranya.

"Apa kau kesal padanya?" tanya suara itu lagi.

"Iya! Aku sangat kesal padanya hingga ingin mencabik-cabiknya jika bertemu nanti! Lalu kalau dia menghubungiku nanti aku pastikan aku tidak akan menjawabnya sebelum dia meminta maaf padaku! Dan kalau dia pulang aku tak akan menyambutnya!" kesal Chen sambil meremas-remas tirai biru langit hingga menjadi kucel.

Kemudian setelah sadar dengan suara itu, Chen membelalakkan matanya, lantas dia segera menoleh ke belakang dan mendapati orang yang beberapa hari ini dirindukannya tengah berdiri di tengah pintu kamarnya dengan senyum lebar yang memperlihatkan gusi cantiknya.

"Minseokie Hyung?" Chen menutup mulutnya tak percaya sembari berlari menghampiri Minseok. "Ini bukan imajinasiku semata, 'kan?"

Minseok merentangkan tangannya. "Iya ini aku, Chenie Chen Chen. Kekasihmu yang paling tampan di dunia."

Ketika Chen sudah berada dalam rengkuhannya, Minseok seakan merasakan rindu yang meluap-luap dari dalam diri Chen, sama seperti dirinya. Idola yang saat ini tengah menjalani kewajibannya sebagai seorang tentara itu menghirup dalam-dalam aroma tubuh kekasihnya.

Berkali-kali Chen mengucapkan kata rindu, dan berkali-kali pula Minseok menerima kata-kata manis itu. Namun yang membuatnya agak terkejut adalah ketika mendapati tubuh Chen mulai bergetar, dia menangis di dalam dada Minseok, hal yang biasanya sangat jarang dia lakukan karena menurut vokalis itu sendiri air matanya sangat lah mahal.

Minseok lekas melepas pelukan mereka dan melihat bagaimana wajah dan hidung Chen sekarang sudah sangat memerah. "Kau menangis? Apa ada hal yang membuatmu sedih? Haters? Sasaeng? Atau orang-orang di agensi?" tanya Minseok panik. "Chenie katakan!"

Chen memukul dada Minseok dengan wajah cemberut. "Kau yang membuatku menangis tahu!"

Minseok membelalakkan mata kucingnya. "Aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri.

"Bodoh!" Chen kembali memeluk Minseok, kali ini lebih erat. "Aku merindukanmu tahu! Sudah beberapa Minggu ini Hyung seakan menghilang, apalagi ketika kemarin aku melihat berita, katanya basecamp mu dibom oleh Korea Utara, aku tidak bisa melihat apa-apa selain tempat kalian yang sudah rata dengan tanah! Karena tak ada kabar aku pikir kau kenapa-kenapa!"

Minseok kini mengerti kenapa kekasihnya ini begitu mengkhawatirkannya, pasti saat ini penggemarnya juga sangat cemas. Dengan lembut Minseok mengelus rambut Chen dan mengecup keningnya cukup lama beberapa kali.

"Maaf ya aku baru sempat menemuimu lagi, aku saat sibuk dimiliter."

Chen menatap wajah Minseok seperti anak kecil. "Hikss, jujur? Hyung tak sedang sibuk dengan uke lain, 'kan?"

Minseok tergelak. "Tidak lah. Itu tidak mungkin terjadi Chenie, aku hanya mencintaimu, tak ada orang lain yang dapat menggoyahkan hatiku selain kau istriku." Minseok mengusap air mata Chen dengan jari-jarinya.

"Hyung kalau ketahuan bohong aku sunat habis, ya, milikmu," ancam Chen.

"Tidak, Chenie. Aku mana tega membohongimu yang manis ini?"

"Janji bukan bualan?" Chen memberikan jari kelingkingnya pada Minseok.

Minseok tertawa dan mengulurkan jari kelingkingnya, mereka menyatukan jari kelingking dan membuat sebuah janji. "Janji!" Minseok lagi-lagi tertawa ketika mendapati Chen diam-diam tersenyum karena hatinya sudah lega dan rindunya terbayar lunas. "Nah, sekarang kita makan dulu, yuk. Kata Suho kau tadi belum sempat makan apa-apa, sebelum pulang ke sini tadi aku membeli makanan bersama Kyungsoo."

Chen lagi-lagi malah cemberut dan menyedekapkan tangannya. "Aku tidak mau makan, Hyung."

"Lalu? Kau bisa sakit kan kalau tak makan? Ayo lah, kapan lagi makan bersamaku? Aku dan Kyungsoo hanya diberi izin cuti sehari, habis ini kita harus kembali lagi ke basecamp masing-masing."

Chen tiba-tiba membuka kancing baju Minseok hingga membuatnya bingung. "Aku tidak mau makan, aku maunya dimakan olehmu, Hyung," ucapnya malu-malu.

Minseok melongo. "Apa?"

Dia mengikuti bagaimana jari-jari Chen melepas semua kancing seragam militernya hingga hanya menyisakan kaos hitam ketat yang membungkus tubuhnya, dia mulai meraba-raba dada bidang berotot Minseok dan memeluk kekasihnya erat.

"Hyung, kita sudah lama tidak bertemu sejak kau wajib militer, setelah kau discharge nanti pun, aku sudah lebih dulu pergi wajib militer juga. Kita baru bisa berkumpul seperti biasanya lagi tahun 2022, itu masih sekitar dua tahun lagi." Chen menautkan jari-jarinya memeluk Minseok. "Aku merindukan sentuhan hangatmu, Hyung. Kau pasti juga merindukanku, 'kan?"

Minseok membalas pelukan Chen. "Chenie mulai nakal, ya. Tentu saja aku sangat merindukanmu." Minseok melepas pelukan mereka. "Tapi kau tahu kan aku sudah berbulan-bulan tidak melakukannya, mungkin aku nanti tak sadar membuatmu terlalu kelelahan."

"Aku tidak punya jadwal apa-apa besok," jawab Chen cepat, "jadi lakukan sesuka hati Hyung saja."

Setelah mendapatkan kode izin dari Chen, Minseok langsung melahap bibir kucing kekasihnya, menyatukan bibir mereka, merasakan sensasi lembut dan kenyal dari bibir Chen yang bersentuhan langsung dengan bibirnya.

Dia menghisap dan mengigit bibir atas dan bawah Chen dengan penuh nafsu, terlebih ketika orang yang tengah disentuhnya juga menginginkan hal yang sama.

Chen membiarkan Minseok mengobrak-abrik mulutnya hingga saliva keduanya jatuh membasahi dagu, dia sendiri pun bahkan tak ketinggalan untuk mengalungkan tangannya pada leher Minseok.

Setelah puas bercumbu, Minseok melepaskan tautan bibir keduanya, Chen bisa melihat pada mata Minseok terdapat kabut nafsu yang begitu besar pada dirinya.

Laki-laki itu lalu menuntun kekasihnya untuk naik ke atas ranjang tempat peraduan mereka, tubuh Chen didorong oleh Minseok ke atas kasur hingga membuatnya seakan melayang, dia sempat memekik lirih apalagi ketika dengan cepat Minseok sudah berada di atas tubuh Chen dan membuat pandangan keduanya begitu dekat tak berjarak.

Chen menahan napas ketika sebelah lutut Minseok menekan area sensitifnya yang sudah berkedut-kedut, sementara laki-laki itu sendiri tengah melepas kaosnya, menampakkan pada Chen yang tertegun melihat otot-otot Minseok yang semakin terpahat sempurna, tangannya tak sabar untuk menyentuh otot-otot gagah dan tegap itu, jadi dia menyentuhnya dengan liur menetes dari mulutnya.

Namun Minseok tak ingin membiarkan kekasihnya untuk berlama-lama mengangumi keindahan ototnya, dia menarik dirinya dari Chen dan mulai melepaskan celananya sendiri. Chen yang melihat itu pun lantas juga segera melepaskan pakaiannya sendiri yang hanya memakai kaos kebesaran berwarna hitam dan celana kain pendek selutut.

Melihat keduanya sudah siap, Minseok kembali menindih tubuh Chen, kali ini dia langsung menyerang kembali bibir Chen yang masih membengkak akibat ciuman tadi.

"Euhh, Hyung~ ahh." Chen tertawa dalam hati, dia sengaja melenguh keras dan manja agar Minseok semakin terbakar oleh hawa nafsu diantara mereka.

Minseok melepas ciuman mereka dan menuruni leher Chen, mengecap dan menandai miliknya.

"Ahh, Hyung jangan diberi cupang, lusa aku harus rekaman dengan Dynamicduo, aku tidak mau orang-orang berpikir yang aneh-aneh tentangku," rengek Chen ketika tahu Minseok ingin memberikan tanda pada lehernya.

Tanpa mengatakan apa pun, Minseok menuruti ucapan kekasihnya dan berlanjut menjilati kedua puting susu Chen. Namun, dia segera berhenti ketika melihat sebuah cupang samar-samar dipinggang sebelah kiri Chen yang dekat dengan pantatnya.

"Chen ini dari siapa ...?" tanya Minseok menyelidik.

Sementara Chen sudah mengalihkan pandangannya dari tatapan Minseok.

"Sayang, jawab."

"Hyuuung, ayo lanjutkan saja yang tadi."

"Aku tidak akan marah."

"Tapi, Minseok Hyung?"

"Aku justru akan marah jika kau berbohong, Chenie."

Chen menutupi tubuhnya dengan menyilangkan kedua tangannya di dada. "Hmm, anu ... sebenarnya seminggu yang lalu aku dan Chanyeol pergi untuk melihat proses syuting MV-nya Sehun dan kita mabuk, terus Chanyeol kelepasan menyentuhku di mobilnya," jawabnya takut-takut, "waktu itu aku juga terlalu terbawa suasana jadi aku dengan suka rela memberikan tubuhku pada Chanyeol, lalu semuanya terjadi begitu saja."

Chen menutup matanya rapat-rapat, bersiap jika sewaktu-waktu Minseok murka karena menganggap telah dikhianati. Tapi hingga semenit berlalu, Minseok tak melakukan apa pun, dia hanya terus diam menatap Chen yang ketakutan sendiri.

Dengan takut-takut, Chen membuka matanya. "Hyung?"

"Hmm?" gumam Minseok.

"Kau tidak marah padaku, Hyung?"

"Kenapa harus marah padamu, Chenie? Kau kan sudah berkata jujur, aku akan marah jika kau berbohong, ingat?"

"Tapi aku sudah mengkhianatimu? Dengan teman kita sendiri."

"Apa Chanyeol menyakitimu?" Minseok justru balik bertanya.

Chen awalnya tak paham, namun setelah dia memahami makna ucapan Minseok, dia segera menggeleng. "Tidak. Dia memperlakukanku dengan sangat baik."

"Apa kau menyukai setiap sentuhan Chanyeol, Chenie?"

Chen bingung harus menjawab apa, kalau dijawab iya apakah Minseok akan tersinggung? Tapi kan dia juga tak mungkin berbohong, entah bagaimana kadang dia berpikir Minseok itu bisa membaca apakah dia bohong atau jujur, atau inikah yang dinamakan dengan kekuatan cinta?

Dengan ragu-ragu, Chen mengangguk pelan. "Tapi aku lebih menyukaimu, kok, Hyung."

Minseok mengangguk-angguk. "Kalau begitu biar aku tunjukkan padamu kalau aku lebih baik daripada Chanyeol dalam hal menyenangkanmu."

Mata Chen membulat, tapi belum sempat dia mencerna ucapan Minseok, kekasihnya yang lebih tua tiga tahun darinya itu sudah lebih dulu menjilati puting susunya, menyesapnya kuat hingga dalam sekejap sanggup membuat tubuh Chen menggelinjang keenakan, belum lagi puting susunya yang lain yang tak terjamah mulut Minseok oleh Minseok dipelintir dan ditekan-tekan hingga membuat Chen meremas sprei saking luar biasanya sentuhan-sentuhan memabukkan itu.

Tak cukup sampai di sana, jilatan Minseok mulai turun ke pusar Chen hingga sampai ke selangkangannya yang hanya tinggal memakai celana dalam ketat yang membungkus keperkasaannya yang mungil. Minseok mengelap bekas salivanya sendiri dari dagunya dengan punggung tangannya sementara matanya tak lepas dari benda mengunduk yang ada di balik celana ketat itu.

Minseok melepaskan celana dalam Chen dengan mudah, setelah semua pakaian tanggal dari masing-masing keduanya, Minseok menatap kekasihnya itu dengan pandangan penuh kabut nafsu.

"Chenie, bersiaplah." Tanpa menunggu lebih lama lagi, Minseok mengangkat kedua kaki Chen agar mengangkang, dia mengambil satu bantal di sisi Chen dan menyelipkannya di perut bagian bawah Chen dengan kaki mengangkang di depannya, memperlihatkan penis kecilnya yang mengacung lucu, dan itu membuat lubang anus Chen lebih mudah dimasukinya.

Lubang Chen sudah cukup basah dan berkedut-kedut jadi Minseok tak berpikir untuk melakukan pemanasan lagi, dia langsung mengarahkan peπisnya yang sudah mengacung sempurna ke dalam bibir aπus Chen. Chen deg-degan sendiri ketika pantatnya ditampar-tampar oleh penis Minseok. Tanpa aba-aba, Minseok langsung melesakkan peπisnya ke dalam anus Chen, membuat sang kekasih terkejut dan memekik kesakitan.

"Hyung ahh sa-sakit, akhh." Dengan tangan terlentang meremas sprei kasur, Chen menutup matanya menahan rasa sakit dilubangnya yang masih belum terbiasa dengan kehadiran peπis Minseok meski pun pada kenyataannya mereka sudah sangat sering berhubungan intim seperti ini.

Minseok menunggu selama beberapa saat hingga lubang Chen mulai terbiasa dengan kejantanannya, setelah dirasa Chen sudah mulai terbiasa dan relaks, Minseok mulai menggerakkan pinggulnya.

"Sshhh ahh ahh, Hyuuung ahh enghh." Mata Chen merem melek menikmati bagaimana enaknya gerakan pinggul Minseok yang membuat tubuh dan pikirannya seakan melayang. "Ahh, yah di ... sana Hyung ahh-ahh."

Mendengar sang kekasih mulai terbuai, Minseok menambah kecepatan menusuknya menjadi lebih brutal dan ganas hingga membuat tubuh Chen yang ada di bawahnya terhentak-hentak sesuai irama sodokan yang dia ciptakan.

Kedua kaki Chen mulai melepas dan menutup mengingat bagaimana permainan Minseok yang dia berikan terlalu cepat dan menguras tenaga, kedua tangan Chen inisiatif memegang paha kakinya sendiri agar terus mengangkang lebar-lebar sementara Minseok terus menggenjot tubuhnya, membuat peπis itu keluar-masuk dari lubangnya yang sempit dan licin.

Bunyi plok plok plok plok yang nyaring di dalam kamar itu menarik perhatikan anggota EXO lainnya untuk mendekati kamar tersebut, salah satunya adalah Jongin yang penasaran akut.

"Angghhh ... ahh ahh, sshh Hyung-Hyung aku! Ahh!"

Minseok tersenyum miring melihat Chen yang ada di bawah kungkungannya hanya mampu mendesah-deseh dengan penampilan yang sudah acak-acakan, bahkan pandangan sayu tak berdaya itu seakan sudah tak lagi mampu membedakan dunia nyata dan imajinasi semata. Melihat itu, Minseok menambah kecepatan sodokannya, ketika kepala penis Minseok mengenai prostat kekasihnya, main vokalis itu seketika menjerit tertahan.

Minseok menggenjot tubuh Chen tanpa kenal lelah padahal sudah lebih dari setengah jam dirinya menggempur lubang a√us Chen, otot-otot lengan dan perutnya bahkan sudah mengkilap dibasahi keringat.

"Ahh! Anghhh! Minsek Hyung ak-ahh aku mau sampai ahh! Ahh! Hyung!" Chen mencengkeram sprei erat saat dia merasakan sudah hampir klimaks. "Please come ahh come on! Eunhhh!"

Melihat hal tersebut Minseok kian menambah kecepatan sodokannya, bahkan kedua tangannya kini mulai menggerayangi tubuh Chen, memelintir kedua putingnya yang sudah membengkak sekaligus atau meremas-remas belahan pantat kekasihnya yang montok.

"Aahhh!" Chen mendesah panjang dan memejamkan matanya penuh kenikmatan menikmati pelepasan pertamanya yang panjang dan luar biasa. Spermanya yang berwarna putih kental muncrat mengotori perutnya sendiri.

Minseok yang melihat itu dengan telaten mengurut peπis mungil Chen agar semua spermanya keluar. Tiba-tiba, Minseok dikejutkan oleh Jongin yang membuka pintu kamar mereka yang lupa belum dia kunci, tatapan itu menggambarkan rasa syok melihat kedua anggota grup sekaligus kakaknya tengah saling berhubungan badan. Tanpa mengatakan apa pun, Jongin langsung kembali menutup pintu dan berteriak memanggil nama anggota lain.

Minseok tidak peduli, setelah dirasa semua sperma Chen sudah keluar dengan sempurna, dia kembali menggerakkan pinggulnya; menyodomi Chen. Dia lalu membalik tubuh Chen tanpa melepaskan penyatuan mereka, Minseok menarik pinggang Chen untuk sedikit menungging.

Lalu Minseok kembali bergerak, bahkan kali ini lebih brutal and ganas. Tubuh Chen sampai terhentak-hentak hebat, sesekali kepalanya tak sengaja terantuk kepala ranjang.

Rasanya seluruh perut Chen amat penuh, penis Minseok terasa sangat nyata memenuhi tiap rongga lubang anusnya yang sempit dan basah.

"Hyung-ahh, ahh! Ahh! Pelan-pel-an ahh, Hyung aku mau ... Nghh!"

"Sabar sebentar Chenie, kau masih sangat sempit, ahh!" ucap Minseok sembari menampar pipi pantat Chen berkali-kali hingga memerah, meninggalkan jejak telapak tangannya di sana.

Chen hanya bisa mendesah kuat karena permainan Minseok, tangannya meremas sprei kuat, menyalurkan kenikmatan yang dia dapatkan dari kekasih prianya.

Gerakan Minseok semakin kuat dan penisnya terasa jauh lebih besar ketimbang saat pertama kali memasukinya tadi, pertanda bahwa kekasihnya itu akan segera sampai pada puncak kenikmatannya.

"Ahh, Chenie!" Minseok merengkuh tubuh Chen, memeluknya erat ketika peπisnya menyemburkan seluruh spermanya ke dalam anus Chen hingga tumpah-ruah ke luar saking banyaknya cairan putih kental itu sementara aπus Chen tak mampu menampung semuanya.

Laki-laki itu memejamkan matanya erat sembari mengecup kening kekasihnya menikmati pelepasannya yang sangat luar biasa setelah sekian bulan puasa.

Setelah semua spermanya keluar, Minseok melepas penyatuan keduanya. Dia mengelus lembut kepala Chen yang sudah tertidur karena kelelahan, Minseok terkekeh melihat Chen yang seperti anak kecil dimatanya, Minseok mengecup dan melumat sekilas bibir kekasihnya sebelum dia menyelimuti tubuh telanjang itu hingga sebatas dagu dan meninggalkannya terlelap sendiri.

❥❥❥

Para anggota EXO kini tengah berkumpul di ruang makan sambil video call dengan Yixing yang sekarang sedang berada di Amerika. Mereka semua menikmati makanan yang Minseok dan Kyungsoo bawa sebagai oleh-oleh, mereka saling bercanda dan tertawa, terutama Chanyeol yang heboh memukul-mukul meja karena Kyungsoo menceritakan pengalamannya sebagai koki militer.

Tetapi suasana langsung berubah diam saat Minseok datang bergabung setelah selesai mandi. Anggota tertua EXO itu mengerutkan keningnya bingung, mengapa semua orang jadi diam saat dia datang?

Lalu Minseok melihat Jongin yang meliriknya sambil berbisik-bisik dengan Sehun. "Ada apa? Kenapa kalian diam dan menatapku seperti itu?" tanyanya heran.

"Minseok Hyung, di mana Jongdae Hyung?" tanya sang maknae, Sehun.

Minseok menggaruk tengkuknya. Dalam hati menduga bahwa Jongin sudah menceritakan apa yang dilihatnya tadi di kamar kepada para anggota. "Ah, haha. Chen ... dia tertidur karena kelelahan," jawab Minseok sambil terkekeh mengingat permainan panasnya dengan Chen tadi.

Minseok menatap para anggota dan betapa kagetnya ia saat mendapati tatapan membunuh dari para anggotanya.

"Minseok Hyung! Apa Chen tidak cerita bahwa malam ini EXO akan menghadiri acara penghargaan?!" ucap semua anggota EXO kesal-minus Kyungsoo dan Yixing.

Minseok hanya meringis, dia baru ingat bahwa Chen suka berbohong tentang jadwalnya jika itu agar bisa berduaan dengan dirinya, dan sekarang apa yang harus Minseok katakan kepada manager mereka nanti tentang Chen yang tiba-tiba tak bisa hadir dalam acara tersebut sementara dia masuk ke dalam lebih dari tiga nominasi individual?

Tertidur karena kelelahan bercinta dengannya? Yang benar saja!

"Hmm, Chanyeol ayo keluar sebentar, aku butuh bicara empat mata denganmu."

“Iya, aku?”

Minseok sedang memikirkan cara kabur paling efektif dan dia akan menumbalkan Chanyeol yang mencuri Chen darinya selama dia wajib militer. Anggap saja ini balas dendam!

❥❥❥ END ❥❥

A/N: bagi Xiumin aka Minseok, Chen itu adalah istrinya dan cowok paling cantik kalau jadi cewek, eakk. Mau heran, tapi ini Xiumin yang selalu muji Chen cantik. Yaudah semoga kalian langgeng, yah. 😊

(Ini kalau yang baca non fans pasti gue dikira halu😭).

Btw, kalau lihat gue tipo, komen aja gpp, biar bisa langsung diedit.

28/10/2022 🌹 Ningtias

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro