45. My Hot Secretary Ladyboy #ChanChen Ⅱ 🔞
Notes: cerita ini adalah karya remake dari cerita asli karya author kimeiparkyungsoo_12 yang berjudul Seduction Jongdae.
❥❥❥
Tanpa menunggu lebih lama, keduanya saling membukakan pakaian masing-masing, Jongdae menarik celana Chanyeol dan seketika matanya langsung disuguhi pemandangan menggunduk milik keperkasaan atasannya yang sudah terangsang sejak tadi. Jongdae sempat mengelus-gelusnya sebentar, teksturnya begitu keras namun kenyal, itu adalah benda yang sama yang pernah masuk ke dalam mulutnya.
Karena tidak sabar, Chanyeol merobek baju dan celana Jongdae lalu membuangnya ke lantai, ketika tinggal celana dalam, Chanyeol baru menyadari bahwa Jongdae memakai sesuatu yang asing.
“Kamu pakai pembalut yang buat perempuan itu, Jongdae?” tanyanya sambil meremas belahan pantat kenyal Jongdae dengan kedua tangannya yang lebih besar dari pipi pantat Jongdae.
“Iya, biar tidak bocor kalau sedang beraktivitas, Pak,” jawab Jongdae sambil sedikit mengangkat bokongnya karena rangsangan dari tangan Chanyeol, sementara kedua tangannya mulai menggerayangi peπis pasangan seksnya.
“Sejak kapan?” Chanyeol melepas celana Jongdae dan membuangnya ke lantai, perlahan-lahan dia mulai memasukkan jari-jarinya ke dalam anus Jongdae.
“Sejak, setelah ahh ahh ... beberapa kali sejak Bapak mulai setubuhi ahh saya waktu itu. Ahh ... Ahh terus direkomendasiin teman untuk pakai ini biar tukang laundry tidak ngomel-ngomel lagi, ahh.”
Jongdae memeluk erat tubuh Chanyeol dengan kaki mengangkang ketika Chanyeol menambahkan tiga jarinya masuk sekaligus ke dalam aπusnya, mengobrak-abrik sesuatu di dalam sana dengan tempo cepat, meremasnya kuat, memutar-mutar seperti menggunting. Semua itu berhasil membuat akal sehat Jongdae hilang.
“Yang waktu anghh seks di puncak, ahh di Jepang, dan ahh ahh, Pak saya tidak kuat! Ahh! Pak!”
Chanyeol tertawa. “Enak, 'kan?” Dengan kepalanya yang masih bersandar dibahu Chanyeol, Jongdae mengangguk malu-malu. “Masih enakan mana sama punyaku?” Jongdae memukul punggung Chanyeol main-main. “Hahaha, sebentar, aku bikin kamu relaks dulu.”
Jongdae mengangguk, mulai terbiasa dengan ketiga jari Chanyeol yang memperkosanya, Jongdae sendiri bukan tipe orang yang kuatan dan dengan seks jadi hanya butuh rangsang sedikit saja untuk mencapai klimaksnya. Tubuh kecil itu bergetar dalam pelukan Chanyeol, spermanya yang hangat muncrat keluar dan mengenai perutnya juga Chanyeol.
“Ahh.” Jongdae mengatur napasnya yang kelelahan setelah pelepasan pertamanya. Tetapi Chanyeol yang penisnya sudah mengeras sejak tadi tak lagi bisa menunggu barang sebentar saja, dia langsung memposisikan penisnya ke dalam aπus Jongdae yang sudah sangat basah dan licin, membuatnya begitu mudah untuk masuk.
Rasa hangat langsung menyambut kejantanan Chanyeol begitu dia memasukinya, sensasi nikmat yang begitu dipujanya.
“Ahh, Pak, saya belum siap.” Jongdae menggerutu ketika dia harus lebih melebarkan kakinya yang sudah pegal-pegal, namun tak bohong juga ketika mulai keenakan ketika merasakan peπis Chanyeol masuk ke dalam aπusnya, tanpa sadar Jongdae menjepit penis Chanyeol, membuatnya masuk semakin dalam.
“Langsung aja ya, aku udah gak tahan dari tadi.” Chanyeol mengangkat sedikit tubuh ramping Jongdae agar penisnya bisa masuk lebih dalam.
Sementara Jongdae mati-matian menggigit bibirnya ketika Chanyeol mulai memaju-mundurkan peπisnya, keluar-masuk, keluar-masuk, dengan begitu lancar. Lama-kelamaan tempo itu semakin cepat, menimbulkan bunyi plok plok plok plok plok nyaring yang disebabkan pergesekan antara kulit keduanya.
Posisi Jongdae yang duduk di atas peπis Chanyeol membuat tubuh itu terhentak-hentak hebat, bahkan ranjang yang menjadi saksi bisu persetubuhan mereka pun ikut berderit-derit, dadanya yang sering diremas Chanyeol perlahan-lahan membengkak, sekilas masih terdapat luka bekas cakaran yang mulai memudar.
Jongdae membusungkan dadanya hingga membuat tubuhnya terlihat hampir melingkar, sementara kepalanya mendongak ke atas dengan mata terpejam dan mulut terbuka, mendesah tak karuan tiap kali zakar Chanyeol berhasil menubruk prostatnya telak.
“Ahh, Pak ahh, iyah di saja ahh.”
Chanyeol tersenyum, dia lalu merengkuh tubuh Jongdae dan mengajaknya bertukar posisi. “Jongdae, coba kamu menungging,” perintahnya, dan Jongdae langsung menuruti perintah bosnya.
Setelah Jongdae menungging, Chanyeol kembali memasukkan peπisnya ke dalam dubur Jongdae, laki-laki itu menahan perut dan pundak pasangan seksnya agar ketika dia mulai menghajar lubang itu kembali, Jongdae tak ambruk akibat tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri.
Tanpa perlu pemanasan lagi, Chanyeol menggenjot tubuh ramping itu, membuat Jongdae menggelinjang keenakan ketika dalam posisi ini peπis Chanyeol jadi masuk lebih mudah hingga rasa-rasanya menabrak ujung sesuatu di dalam sana.
“Wow, Jongdae kamu legit banget.” Chanyeol tertawa dengan peluh membanjiri tubuhnya, pun dengan Jongdae yang sudah sangat berantakan.
“Pak, ahh saya mau ....” Benar, Jongdae yang sudah hampir mendapatkan pelepasan keduanya kedua tangannya tiba-tiba melepas, membuatnya tak mampu menyangga dirinya sendiri dan ambruk, membuat pantatnya semakin menungging, sekilas seperti bentuk Piramida dengan pipi Jongdae yang mencium kasur dengan mulut yang tak henti mendesah-deseh. “Nnghhh! Ngh!”
Kedua tangan Jongdae meremas sprei hingga kuku-kukunya memutih, dia merasakan dirinya berada diujung, seluruh otot-ototnya menegang, seakan menariknya ke dalam satu tujuan. Sementara Chanyeol masih terus menyodomi Jongdae, bahkan temponya semakin cepat.
“Ahhh, ahhh, ahh, ahh, ah, ahhh.”
Desahan Chanyeol dan Jongdae menyatu di dalam ruangan itu, bagai musik dewasa indah yang mengiringi pergulatan panas dua anak manusia itu.
Tak lama kemudian, Jongdae maraung seperti macan yang mendapatkan buruannya, tubuhnya bergetar hebat bersamaan dengan cairan bening hangat yang muncrat dari lubang kencingnya, basah mengotori sprei keemasan itu, aromanya begitu khas membuat pikiran Jongdae begitu relaks. Sementara Chanyeol masih sibuk mengajar lubang Jongdae yang dalam dan sempit.
Tiba-tiba, libido Jongdae kembali bangkit, dia kembali mencengkeram sprei. “Ahh, ahh, Pak ahh jangan.” Jongdae memejamkan mata erat, rasa panas nikmat menjamah seluruh tubuhnya yang terus terhentak-hentak selama lebih dari setengah jam. “Jangan ahh jangan keluar di dal—am—ahh!” Suaranya keluar dengan tidak jelas.
“Iyah, aku tahu, kok,” jawab Chanyeol yang sudah begitu hafal dengan permintaan Jongdae. “Jangan keluar di dalam kalau gak pakai kondom, 'kan?”
Jongdae mengangguk. “Makasih, ahh.”
Ketika laki-laki itu sudah merasa bahwa dirinya akan segera keluar, dia mencabut peπisnya dari dalam aπus Jongdae. Lalu menarik tubuh yang sejak tadi menungging itu untuk terlentang di bawahnya.
Jongdae bisa melihat peπis Chanyeol yang masih mengeras, pada ujung saluran kencingnya terdapat cairan kental yang hendak keluar. Chanyeol segera mengarahkan peπisnya itu ke wajah Jongdae dan mengeluarkan semua spermanya di atas wajah sekretarisnya itu.
Jongdae membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya, menangkap sebanyak mungkin cairan kental yang terasa hangat dan asin itu jika masuk ke dalam mulut dan melewati tenggorokannya.
“Ahh, nikmatnya.” Chanyeol tersenyum puas setelah selesai pelepasan yang dia tunggu-tunggu sejak tadi, dia lalu merebahkan tubuhnya di samping Jongdae yang sudah terkapar tak berdaya. “Jongdae, makasih ya udah mau melayani aku,” ucap Chanyeol sembari menoleh ke samping Jongdae.
Jongdae balas menoleh dan tersenyum manis. “Sama-sama, Pak.”
Chanyeol menggenggam tangan Jongdae dan diterima dengan baik oleh laki-laki itu, Chanyeol membawanya naik dan mencium tangan kecil tersebut dengan penuh kelembutan.
“Ronde kedua?” tanya Chanyeol jenaka.
Jongdae tertawa, alarm di tablet merahnya itu berbunyi tepat ketika Chanyeol minta tambah. “Sayangnya tidak bisa, Pak. Anda harus segera menemui teman-teman Anda. Ini sudah jadwal kalian main golf.”
Chanyeol cemberut. “Sebentar saja, kok. Mereka kan bisa menunggu.”
Jongdae menggeleng, dia melepaskan genggaman tangannya dengan Chanyeol dan duduk. “Lihat menampilkan kita, kita harus mandi.”
Di dalam ruangan ini tidak ada kamar mandi, mereka juga tidak mungkin keluar dengan penampilan seperti ini.
“Ada tisu basah, Pak?” tanya Jongdae sambil berjalan tertatih-tatih menuju nakas.
“Ada.” Chanyeol mengambil ponselnya dan memotret tubuh Jongdae yang sedang telanjang bulat. “Eh, tadi baju kamu aku robek, Jongdae. Kamu cari aja bajuku di lemari itu, cari aja yang muat. Pasti ada, kok.”
Jongdae yang baru sadar bahwa bajunya sudah tak berbentuk lagi melayangkan tatapan kesal pada Chanyeol yang hanya dibalas sebuah ringisan. Jongdae membuka lemari itu dan memilih-milih baju yang pas ketika tiba-tiba dari arah belakang Chanyeol memeluknya tanpa izin.
“Aku juga mau cari baju ganti,” alasannya. Jongdae mendengus mendengarnya, mungkin seperti kesal? Tapi dalam hati, Jongdae begitu menikmati tiap sentuhan dan alasan aneh yang atasannya itu buat untuknya.
Rasa-rasanya, setiap kali dia ada di sisi Chanyeol, hati Jongdae selalu berbunga-bunga, seperti ada letupan kembang api pada binar matanya kala memandang atasannya itu.
Chanyeol membalikkan tubuh Jongdae, membuat keduanya saling berhadapan, laki-laki itu memegang dagu sekretarisnya tersebut dan mulai menyatukan bibir keduanya.
Jongdae memejamkan matanya ketika tahu Chanyeol menginginkan ciuaman darinya, lantas dia mengalungkan tangannya pada leher Chanyeol sementara Chanyeol melingkarkan tangannya pada pinggang ramping Jongdae.
Jongdae dan Chanyeol sama-sama tersenyum dalam cumbuan itu, karena itu adalah ciuman termanis dan terbaik yang keduanya pernah lakukan.
Mungkin jaraknya sekitar setengah meter dari tempat keduanya saat ini tengah berdiri berpelukan tanpa sehelai kain pun sembari berciuman intens, terdapat beberapa kamera kecil dibeberapa tempat ditiap sudut kamar serta ruang kerja Chanyeol yang tengah merekam apa yang sedang Chanyeol dan Jongdae lakukan saat ini. Rekaman itu langsung tersambung kepada laptop milik seseorang yang memasangnya diam-diam.
Itu seorang pria tua bertongkat yang memasang kamera-kamera itu demi mengawasi putranya, kini sedang mengepalkan tangannya setelah melihat alasan kenapa putranya selalu berkilah jika ditanyai tentang perempuan.
❥❥❥
Jongdae merasa sudah menyemprotkan sebanyak mungkin minyak wangi ke dalam pakaiannya, dia juga sudah kembali memperbaiki dandanannya, yah meski pun hanya sedikit memoleskan lipstik samar-samar dan bedak ke wajahnya. Laki-laki itu juga sudah menyisir kembali rambutnya yang tadi acak-acakan akibat bercinta dengan Chanyeol. Tapi anehnya, kenapa orang-orang kantor masih memandanginya dengan tatapan penasaran?
Apa jangan-jangan bau spermanya masih menempel? Atau ada yang lain?
“Ada apaan, sih?” kesal Jongdae dengan tablet merahnya yang selalu ada digenggamannya. “Kalian dari tadi lihatin saya terus loh, ya.”
Tadinya, sebelum menemani Chanyeol menemui teman-temannya, Jongdae izin terlebih dahulu untuk ke dapur kantor mengambil minuman. Jujur, Jongdae selalu kehausan setiap kali habis berhubungan badan. Tetapi ketika dia berada di tengah-tengah rekan kerjanya, justru ini yang dia dapati.
Salah satu rekan terdekat Jongdae menghampirinya dengan tatapan menghakimi. “Jongdae, ada hubungan apa kamu sama, Pak Bos?” tanya Wendy to the point.
Jongdae hampir menjatuhkan rahangnya. “Hubungan antara atasan dan sekretarisnya, lah.” Sebisa mungkin laki-laki yang berstatus boti itu mengelak. “Memangnya kamu pikir apa, Wendy?”
Wendy mengangkat bahunya, orang-orang kantor yang lain sudah kembali ke tempat mereka masing-masing, tidak terlalu ingin terlibat rasa penasaran dengan sekretaris atasan mereka itu meski pun sangat ingin.
“Kamu tuh sama Si Bos kedapatan gosip kalau lagi pacaran tahu.” Wendy menoel kening Jongdae. “Apalagi kamu tadi lama banget di ruangan Si Pak Bos. Pas keluar-keluar, baju kalian udah beda. Habis ngapain aja kalian tadi?!”
“Apa? Pancaran? Gila, ya!” Jongdae syok, keringat dingin tiba-tiba membasahi pelipisnya. “Masa aku sama bos? Tidak masuk akal, rumor gila dari mana itu? Kamu dengar dari siapa?” Jantung Jongdae deg-degan, rahasianya yang menjalin hubungan terlarang dengan Chanyeol tidak boleh sampai terbongkar.
“Aku dengar dari karyawan lain sih, tahu Si Jackson gak?”
Mata Jongdae melotot. Itu kan karyawan gila yang dihari pertamanya kerja tiba-tiba ngajak Jongdae pacaran?! “Si Jackson itu? Dia sih emang sudah tidak waras sejak masih di dalam kandungan, kalian yang percaya sama gosipnya lebih-lebih gila lagi. Ya ampun.” Astaga, Jongdae harus memberi bajingan itu pelajaran secepatnya.
Perempuan yang menjadi teman Jongdae itu mengangguk-angguk. “Iya, sih, ada benarnya apa katamu.” Wendy lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aduh, kepalaku tiba-tiba pusing, gak tahu deh. Lagian kamu aneh-aneh aja, deketnya sama Si Pak Bos itu agak gak wajar tahu, selain Jackson ada juga Pak Sarip si satpam itu yang pernah gak sengaja lihat kamu gandengan tangan sama Pak Bos! Kan gak mungkin mereka semua matanya rabun berjamaah.”
Kepala Jongdae pusing mendengar ocehan Wendy. “Udah ah, saya mau segera menemui Pak Chanyeol, sore ini beliau ada jadwal dengan teman-temannya.”
Wendy tiba-tiba seperti ingat sesuatu. “Ohh, cowok-cowok ganteng itu, ya? Aku tadi gak sengaja papasan sama mereka di basemen!”
Jongdae langsung berlari meninggalkan Wendy dan pergi ke ruangan Chanyeol, tapi belum sempat masuk, Jongdae sudah lebih dulu berpapasan dengan orang-orang yang sepertinya dimaksud oleh Wendy tadi. Jadi Jongdae mulai memasang wajah seramah mungkin sambil mendekati mereka.
“Permisi,” katanya sopan, “apa kalian teman-teman Pak Chanyeol? Saya sekretaris beliau, perkenalkan nama saya Abimanyu Jongdae. Mari saya antar menemui beliau, beliau sudah menunggu di atas.”
Mereka saling pandang sebelum akhirnya salah satu dari laki-laki itu mengangguk dan membalas senyum Jongdae bahkan mengulurkan tangannya.
“Gue Zico.”
Jongdae memperhatikan orang di belakang yang sepertinya tengah berbisik-bisik, membicarakan penampilannya yang memakai baju Chanyeol, dalam hati rasanya dia ingin tenggelam di laut saja. Sampai akhirnya nama itu tak sengaja Jongdae dengar dari salah satu diantara mereka.
“Eh, tadi Suho chat katanya dia udah di atas sama Chanyeol, dia dateng duluan.”
Untuk sesaat, pikiran Jongdae seakan membeku, dan ketika Jongdae sudah mengantarkan teman-teman Chanyeol ke atas gedung, itu adalah sebuah kubah raksasa yang banyak ditumbuhi tanaman merambat sementara untuk bagian lantainya ditanami rumput sintetis sehingga sekilas ketika masuk ke dalam terlihat seperti hutan atau lapangan mini yang menjadi tempat golf pribadi Chanyeol di atas gedung.
Dengan mata kepalanya sendiri, Jongdae tengah menyaksikan Chanyeol berinteraksi akrab dengan mantan pacarnya dulu semasa kuliah. Laki-laki yang Jongdae putuskan karena dia tak tahan diselingkuhi.
❥❥❥ TBC .... ❥❥❥
A/N: hari ini gue off sosmed seharian lagi hutfff.
Btw hari kalian gimana? Jangan begadang. Oh ya, gue tadi edit beberapa foto, cuma gabung-gabungin aja sih, tapi cuma berani upload satu, soalnya vulgar.
Semoga suka?
Eh senang deh hari ini ChanChen kompak update! 💝💝
Sampai jumpa besok.
25/10/2022 🌹 Ningtias
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro