36. Step Father #KaiChen 🔞
Notes: cerita ini adalah karya remake dari cerita asli karya author kimeiparkyungsoo_12 yang berjudul Seduction Jongdae.
❥❥❥
Chen menatap datar adegan ciuman di depan matanya, walau pun dia sudah pernah melihat adegan lain yang jauh lebih vulgar sebelumnya, tetapi tetap saja yang kali ini bahkan hampir-hampir membuatnya bergidik saking gelinya.
Setelah ciuman sepasang pengantin itu usai, orang-orang mulai memberikan tepuk tangan meriah, gemuruhnya hampir-hampir memenuhi seluruh arena Gereja. Chen bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri sepasang suami-istri yang berciuman tadi.
“Selamat atas pernikahanmu, Mommy dan Hyung. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan,” Chen berucap basa-basi, teringat dengan ayah kandungnya yang belum lama meninggal, tapi ibunya sudah kembali menikah, dengan pria yang jauh lebih muda dari usianya.
Ibu Chen yang menggenakan balutan gaun putih sutera memeluk putra tunggalnya. “Terima kasih, Chen. Kau cepatlah menyusul mommy agar kau tak kesepian, bukankah banyak yang menyukaimu? Ayolah, pilihlah satu diantara mereka.”
Chen tertawa canggung. “Yang benar saja, Mommy. Aku masih kuliah tingkat 2, dan Mommy menyuruhku untuk menikah? Yang benar saja.” Diam-diam Chen melirik suami baru ibunya yang tampak begitu maskulin.
“Itu tidak apa, Chen. Lagipula kau yang akan menjadi penerus perusahaan keluargamu, jadi kau tak perlu mengkhawatirkan masa depanmu,” sahut lelaki yang menjadi suami baru ibunya.
“Aish, Kai Hyung. Aku ingin menyelesaikan pendidikanku dulu, menata karier, baru menikah,” jawab Chen berusaha senatural mungkin. Kalau ditanya apakah Chen sudah benar-benar memberi restu? Jawabannya tidak, pernikahan ini digelar secara mendadak, dan Chen tak mungkin marah-marah di dalam Gereja hanya untuk mempermalukan ibunya sendiri di depan banyak orang.
“Itu terserahmu, Chen. Mommy hanya coba memberi saran.”
“Itu bukan saran, Mom!”
Wanita itu tertawa ketika melihat tingkah putranya dan menyaksikan suami barunya ikut masuk ke dalam percakapan keluarga mereka, dia sungguh bahagia.
Acara pernikahan antara dua penguasa kaya raya, Hyo dan Kai, diadakan secara sederhana di sebuah Gereja Katholik di Seoul. Tamu undangan hanya berasal dari keluarga inti, sahabat masing-masing mempelai, dan rekan kerja. Ini adalah salah satu syarat yang diajukan oleh Chen jika mereka tetap ingin menikah.
Chen menyalami beberapa tamu undangan yang dikenalnya sambil terus memasang senyum palsu, setelah itu dia hanya duduk-duduk sambil menikmati kue-kue manis. Sesekali Chen berdeham, menyamarkan rasa merinding yang tiba-tiba menghampiri ketika sadar bahwa Kai akan mencuri pandang terhadapnya jika ada kesempatan.
Pernikahan mereka berlangsung indah, semuanya berjalan dengan lancar meski dibeberapa kesempatan Chen tak mau berbaur dengan orang tuanya dan memilih menginap ke rumah teman.
Tepat dua bulan masa pernikahan Hyo dan Kai, tapi Hyo sudah harus meninggalkan suami dan putra tunggalnya ke luar negeri demi bisnisnya.
“Chen, kau baik-baik saja di rumah ya, jangan nakal dan menurutlah pada daddy-mu,” pesan Hyo sebelum pergi.
Chen tertawa sumbang. “Kalau Hyung ingin melecehkanku apa aku juga harus menurutinya?”
Hyo mencubit pinggang Chen. “Ya, kalau ngomong yang baik-baik saja. Mana mungkin Daddy-mu mau melecehkanmu, huh? Begitu-begitu dia sekarang sudah menjadi ayahmu, jadi hormatilah.”
Tidak ada yang tersinggung karena Chen memang sering membuat lelucon aneh, kecuali reaksi Kai yang langsung menegang mendengar lelucon tersebut.
Hyo menghela napas. “Chen, jangan bercanda seperti itu lagi, Daddy barumu belum terbiasa, kau membuatnya merasa tak nyaman.”
Chen mengedikkan bahunya acuh tak acuh. “Oke, sorry, Mom.” Kemudian Chen menghampiri Kai. “Hyung, sorry, aku tadi cuma bercanda, kok. Aku tahu kau menyayangiku dan akan menjagaku.” Meski Kai hanya lebih tua 10 tahu dari Chen, jika didepan sang mommy, Chen akan bersikap begitu baik pada Kai.
Kai mengusap surai hitam putra sambungnya. “Tidak apa-apa, dan aku sudah memaafkanmu,” ucap Kai sambil tersenyum manis.
“Oke, baiklah, Boy. Mommy harus segera berangkat, jaga rumah baik-baik kalian berdua.” Hyo mencium pipi Chen sebelum akhirnya beralih pada Kai, mencium bibir suaminya itu sekilas sebelum hilang masuk ke dalam mobil hitam.
“Jaga dirimu di sana, Mom!” teriak Chen.
“Tentu, Son. Bye-bye!”
Chen hanya memandangi kepergian mobil yang membawa ibunya itu, hari ini Hyo harus berangkat ke Jerman karena cabang perusahaan di sana mengalami masalah dan harus dia sendiri yang turun tangan. Setidaknya Hyo akan berada di negara itu selama kurang lebih enam bulan.
“Chen, ayo masuk,” ujar Kai membuyarkan lamunan Chen. “Di luar terlalu dingin pada musim dingin.”
Chen menatap wajah Kai sekilas, masih banyak hal aneh dalam diri Kai yang membuat Chen bertanya-tanya, dan sekarang? Ibunya justru meninggalkannya selama enam bulan bersama laki-laki yang baru dikenalnya, yah meski pun sekarang statusnya adalah ayahnya sendiri, sih.
”Baik, Hyung.”
Chen berjalan masuk lebih dulu, meninggalkan Kai di belakang, yang tengah menatapnya dengan tatapan memuja, terutama pada belahan bokongnya terlihat jelas pada celana pendeknya.
❥❥❥
Awalnya Chen kira akan terjadi hal-hal aneh selama kepergian ibunya, seperti misal Kai yang tiba-tiba mabuk-mabukan, main gila dengan wanita lain, atau memukuli anak tirinya seperti pada drama-drama yang di tontonnya, tapi sepertinya itu terlalu berlebih karena bahkan setelah seminggu kepergian Hyo, Kai tetap bersikap seperti biasanya. Tak ada yang mencurigakan selain Kai yang terkadang suka mencuri-curi pandang terhadapnya.
Malam itu adalah bulan Desember dengan suhu udara yang begitu rendah, Chen yang mengambil jurusan managemen bisnis kesulitan mengerjakan tugasnya. Dia sudah meminta bantuan teman-temannya, tapi semua temannya itu berotak payah, ketika Chen menghubungi Hyo untuk meminta sedikit bantuan dan bercerita tentang hari-harinya, Hyo justru merekomendasikan Kai untuk membantu mengerjakan tugasnya.
“Minta bantuan Hyung? Tidak mau, seram.” Chen menggelengkan kepalanya, Kai itu ... terkadang suka bersikap aneh terhadapnya seperti tiba-tiba tak sengaja menyenggol bokongnya, tiba-tiba tak sengaja masuk ke dalam kamarnya ketika dia tengah mandi, tiba-tiba memperhatikan wajahnya ketika tengah tertidur, dan banyak kejadian tiba-tiba lainnya yang membuat perasaan Chen tak nyaman.
Yah, meski pun jika boleh mengakui, Kai itu punya kharisma yang luar biasa, tubuhnya tinggi dan macho. Ibunya pintar mencari suami, jika Kai bukan ayahnya, mungkin Chen akan memberikan lampu hijau atas semua perlakuannya? Yah, itu pun kalau Kau juga tertarik padanya.
“Eh, apa, sih?” Chen memukul kepalanya sendiri. “Ini pasti karena terlalu banyak membaca cerita yaoi di AO3.”
Dia lalu beranjak dari atas kasur untuk mengambil segelas air putih, ketika sampai di dapur Chen mendapati Kai yang tengah serius dengan laptopnya dengan secangkir kopi di sampingnya, melihat kesempatan Chen buru-buru menghampiri Kai setelah mengambil botol air putih di dalam kulkas.
“Hyung,” panggil Chen.
Kai mendongak, agak sedikit terkejut ketika di cuaca yang dingin Chen justru hanya menggenakan celana pendek dan sweater rajut. Melihat kelakuan anak tirinya yang agak kurang ajar ketika ibunya tengah pergi, Kai hanya melihat sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Chen kesal, jadi dia menghampiri Kai. “Hyung, bisakah kau membantuku untuk mengerjakan tugas? Aku sudah bilang pada mommy jadi tak masalah kan kalau aku mengganggu pekerjaanmu sebentar?”
Kai hanya menahan napas melihat tatapan Chen yang begitu intens terhadapnya. “Mengerjakan tugas?” tanya Kai balik.
“Huum, apa aku harus mengulangi perkataanku barusan?” kesal Chen. “Itu sangat sulit, jadi aku harap kau mau sedikit saja membantuku, dulu ketika ayahku masih hidup dia bahkan rela mengerjakan semua tugas sekolahku, tapi karena sekarang dia sudah tidak ada dan digantikan olehmu, jadi membantuku sedikit saja juga tidak masalah, kok.”
“Chen.” Kai bangkit dari tempat duduknya. “Bisakah kau berhenti membanding-bandingkan ku dengan mendiang ayahmu? Kita tidak sama, tolonglah sedikit saja anggap aku sebagai Kai, bukan sebagai pengganti ayahmu.”
Chen justru menantang Kai. “Apa aku keberatan, Hyung? Kalau iya aku bisa mengatakan pada mommy, kok.”
Kai mengatur napasnya, kalau Chen sudah mengancam begini dia cuma bisa diam. “Oke, maaf. Jadi apa yang bisa aku bantu?”
“Kerjakan tugas kuliahku.”
“Lalu, apa imbalannya untukku?”
Chen bersedekap tangan. “Aku akan mengatakan pada Mommy bahwa kau melecehkanku selama dia pergi. Bagaimana?”
“Baiklah, aku menyerah.” Kai menutup laptopnya. “Di mana aku bisa mengerjakan tugas-tugasmu yang menggunung itu?”
“Di kamarku.”
Sekarang di sinilah keduanya berada, duduk bersila di atas kasur Chen dengan laptop menyala yang menampilkan bilangan angka dan beberapa grafik. Selama Kai mengerjakan tugas-tugas itu, dia justru dibuat tak nyaman dengan tingkah Chen yang seperti sengaja menggodanya.
Kai sama sekali tak bisa fokus, terlebih ketika Chen bukannya membantu tapi justru membaca komik bl di handphone nya sambil tertawa-tawa di sebelahnya. Terlebih dengan sweater kebesarannya dan celana pendeknya yang memperlihatkan tubuh mulusnya. Beberapa kali Kai menelan ludah ketika Chen mengangkat kakinya hingga memperlihatkan ujung pahanya.
Anak sambungnya itu seakan benar-benar tengah menguji kesabaran Kai ketika perlahan-lahan Kai merasakan penisnya mulai mengeras. Dengan kesal Kai menutup laptop tersebut hingga membuat Chen terperanjat kaget.
“Chen maafkan aku, tapi aku sudah tidak tahan lagi.”
Chen mengerutkan keningnya bingung ketika Kai berkata seperti itu, namun matanya seketika melebar saat merasakan benda lunak dan basah menyentuh bibirnya. Kai menciumnya, Chen dapat merasakan bahwa makin lama Kai juga melumat bibirnya.
Chen yang marah sekaligus ketakutan langsung mendorong tubuh Kai menjauh dari tubuhnya.
“Hyung apa-apaan?! Kenapa Hyung tiba-tiba menciumku?!” marah Chen.
Lagi-lagi Kai hanya mengulangi kata-katanya. “Maaf Chen, tapi aku sudah tidak tahan lagi.” Tanpa diduga Kai membanting tubuh Chen agar kembali berbaring di atas kasur, membuat Chen memekik kaget.
Lagi-lagi Kai menciumnya, mengukung tubuh mungil Chen di bawahnya yang terus memberikan perlawanan. Rasanya seperti ayam yang di tenggelamkan ke dalam sumur yang berlendir, Chen tak bisa bernapas ketika rasa panik bercampur ketakutan terus memperkosa mulutnya, bau amis kelelahan darah dan rasa perih perlahan menjalari bagian luar bibinya.
“Ahh,” lenguh Chen. Melihat kesempatan itu, Kai langsung meloloskan lidahnya masuk ke dalam mulut Chen untuk menginvasi dan mengabsen deretan gigi-giginya. Saat mulutnya bekerja menjelajahi mulut Chen, tangan Kai tak tinggal diam mulai melucuti baju dan celana tipis yang Chen kenakan.
Ciuman itu mulai turun ke area leher dan dada Chen, rasanya menggelikan sekaligus mendebarkan. Udara dingin yang menyelimuti Seoul sejak beberapa hari, perlakukan yang ayah tirinya berikan sukses memberikannya kehangatan tersendiri bagi Chen yang mulai terbuai dengan permainan Kai.
Perlahan namun pasti, Chen tak lagi memberikan perlawanan pada Kai, dia justru semakin memberikan akses, mendesah keenakan seakan apa yang mereka lakukan adalah hal wajar.
“Ahh, ahh, nghhh ....” Chen mendesah-desah panjang, desahannya seperti alunan melodi merdu di telinga Kai yang tengah melecehkan puting susunya. “Ahh, Hyung, ahh.” Keringat mulai membanjiri tubuh Chen.
Kai masih terus mengusap puting susu Chen, sementara tangannya yang menganggur memelintir dan menekan-nekan puting susu sebelah kanan Chen. Kai buru-buru melepas celananya yang telah sesak, ketika dia mengeluarkan penisnya dari dalam celana dalam, penis besar yang sangat panjang itu mengacung indah di depan mata Chen.
Chen meneguk salivanya, seumur-umur belum pernah dia melihat penis segagah itu.
Kai menatap Chen yang tengah memperhatikan penisnya, tersenyum penuh kemenangan ketika menyaksikan anak tirinya menatap penisnya dengan tatapan memuja. Dengan main-main Kai mengurut penisnya sendiri.
“Chen, apa kau mau merasakan penisku yang besar dan memuaskan ini masuk ke dalam lubangmu yang ketat?” Kai menampar pipi Chen menggunakan penisnya, membuat degup jantung Chen menggila.
“Aku belum pernah seks, bagaimana rasanya?”
“Seperti melayang ke dalam surga, aku jamin kau akan menyukainya.”
Dengan ragu-ragu, Chen mengangguk. “Aku mau.” Kai tertawa penuh kemenangan, dia langsung mengarahkan penisnya ke dalam lubang anus Chen di mana laki-laki itu dengan mandiri sudah mengangkangkan kakinya, melesakkan masuk tanpa pelumas hingga membuat Chen berteriak kesakitan.
“Ahkkk, Hyung! Sakit! Ahhkk!” Chen berteriak ketika merasakan tubuhnya terbelah menjadi dua.
Kai bergeming dan tak mempedulikan tangisan yang dilontarkan oleh Chen. Tanpa menunggu lebih lama, Kai langsung menggerakkan pinggulnya dengan kasar, Chen tak mendapat kenikmatan seperti apa yang Kai ucapkan.
“Hai, mendesahlah, Chen. Aku ingin mendengar desahan indahmu, ahh, ahh.”
“Tidak, ahh, ahh, mau ahh. Hyung, ahh ahh, nghhh ini tidak enak sama sekali, ahh ahh ... rasanya sakit, ahh. Sakit, ahh.”
Kai semakin mempercepat gerakan pinggulnya, sesekali dia menampar pantat Chen hingga memerah meninggalkan jejak telapak tangannya. Kai terkekeh ketika melihat penis Chen yang terhentak-hentak lucu, dengan gemas dia meraih peπis Chen dan meremasnya. Kai terus menghentakkan peπisnya lebih kuat, menggenjot lebih kasar dan mempercepat kocokannya.
Setelah beberapa saat dan dia mulai sampai pada klimaksnya, Kai menyemburkan cairan spermanya ke dalam lubang Jongdae yang semakin sempit dan terasa hangat. Kai melepaskan penyatuan mereka.
“Lubangmu sangat nikmat, Chen. Daddy menyukainya, lebih ketat ketimbang milik ibumu.”
Chen memalingkan wajahnya yang bersemu merah akibat pujian yang diberikan oleh Kai, ketika Kai hendak meraih laptopnya dan meninggalkan sendiri di kamar, tiba-tiba Chen bangkit dan memeluk tubuh telanjang Kai.
“Hyung mau meninggalkanku begitu saja setelah apa yang kau lakukan padaku? Kau mengambil keperjakaanku!”
Kai menoleh pada wajah Chen yang begitu dekat dengan wajahnya. “Jadi, apa maumu?”
“Hubungan diam-diam? Pokoknya kau harus bertanggung jawab karena sudah melecehkanku.”
Kai terkekeh, dia meletakkan laptop Chen lagi dan merengkuh tubuh putra sambungnya. Menghirup aromanya dalam-dalam sebelum kembali mencium satu kecupan singkat. “Kau harus menjadi kekasihku di belakang ibumu jika kau mau memberikanku satu ronde lagi?”
Chen tersipu malu. “Tapi kali ini pelan-pelan saja, ya?”
Sejak malam itu Kai dan Chen terlibat hubungan terlarang selama hampir dua tahun sebelum akhirnya ketahuan oleh Hyo dan berakhir Hyo menggugat cerai Kai dan setahun setelah perceraian panas tersebut, Kai dan Chen menggelar pesta pernikahan mewah yang tanpa dihadiri oleh Hyo atau pun keluarga lain dari pihak keduanya.
Cinta itu, selalu datang diwaktu yang tak tepat, ya?
Meski begitu, semoga kalian berdua bahagia.
❥❥❥ END ❥❥❥
A/N: this NC 🔞, eh harusnya update kemarin tapi sebenarnya kemarin gue lagi kurang enak badan eh akhirnya kelupaan deh, tapi hari ini udah oke, kok.
Good night.♡
25/09/2022 🌹 Ningtias
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro