Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

23. Trainee Bitches #LayChen Ⅱ 🔞


❥❥❥ Semua hal itu memerlukan mengorbanan, tetapi tergantung apa yang ingin kau korbankan untuk mendapatkan apa yang kau inginkan, dan setiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk mencapai tujuannya.

“Masuklah.”

Jongdae begitu bingung ketika Yixing membawanya masuk ke dalam rumahnya, rumah yang lebih cocok jika disebut mantion, perabotannya serba keemasan dan merah marun dengan patung singa bersayap dan seekor naga besar di beberapa sudut rumah.

Jongdae berjalan kaku di belakang Yixing sambil memperhatikan lukisan-lukisan kuno yang dipajang, beda dengan yang didengar tentang rumah besar di mana banyak pekerjanya, di rumah Yixing hanya ada dua orang pelayan wanita tua yang bertanggung jawab mengurusi semua hal di rumah itu.

Yixing dan Jongdae melewati mereka— yang berdiri seperti patung— menuju lift, pemuda itu berpikir kenapa tak naik tangga saja dan kenapa harus lift? Apa memang seperti ini gaya orang kaya? Tetapi, dia langsung ber-oh-ria ketika melihat Yixing menekan tombol 10; lantai 10.

Sejak di gedung Chromosome Entertainment Group tadi, sejak Yixing tiba-tiba membawanya pergi dari ruangan itu begitu saja, Jongdae hanya bisa membuntuti ke mana pun Yixing akan membawa pergi. Setelah masuk ke dalam mobil, Yixing sama sekali tak membuka mulutnya, laki-laki berlesung pipi itu hanya beberapa kali melirik Jongdae yang terus diam, tersenyum-senyum sendiri sambil beberapa kali mengigiti bibirnya.

Jongdae yang saat itu baru berusia 19 tahun begitu takut, tapi jujur, dia begitu ingin debut. Debut adalah impiannya sejak dulu, Jongdae ingat betapa kedua orang tuanya melarangnya untuk menjadi trainee dan menyuruhnya fokus pada pendidikan saja. Jongdae ingin membuktikan pada semua orang bahwa dia juga bisa sukses sebagai seorang idola. Jongdae akan sukses dan membuat semua orang mengakuinya.

Kurang dari dua menit, mereka sampai di lantai 10, pintu lift terbuka, menyajikan pemandangan sebuah kamar mewah yang didominasi warna putih dan hijau dari tanaman-tanaman hias. Di bawah tembok mengalir air mancur ukuran sedang yang dihuni ikan-ikan kecil berwarna-warni, sementara lantainya dipenuhi krikil-krikil kecil berwarna putih bersih.

Yixing keluar dari dalam lift, diikuti Jongdae yang terkagum-kagum melihat isi kamar bos Chromosome Entertainment Group tersebut.

Mata Jongdae berbinar kala memperhatikan sebagian temboknya dipenuhi batu kali berwarna hijau toska dengan tanaman merambat yang berbunga kecil-kecil.

Ketika sudah masuk lebih dalam, Jongdae bisa merasakan udara sejuk menyapa permukaan kulitnya, begitu segar dan menenangkan. Kamar itu sangat luas, Jongdae mengikuti Yixing yang berbelok ke sebelah kanan dan mendapati sebuah ruangan musik sekaligus kasur di atas ruangan tersebut, Jongdae memperhatikan tangga transparan yang menghubungkan kasur tersebut.

Atapnya bukan berwarna putih seperti kebanyakan rumah orang kaya, tetapi berwarna hitam dengan lampu-lampu kecil yang berbentuk bulan dan bintang-bintang. Diam-diam Jongdae penasaran jika dimalam hari bagaimana rupa kamar indah ini.

Di beberapa sudut kamar yang lebih mirip hutan mini tersebut terdapat gantungan baju dari kayu yang dipahat mulus. Dengan tangan tertaut, Jongdae memperhatikan Yixing yang melepas dasi dan setelan jasnya, melepaskan seluruh kancing bajunya, memperlihatkan dada bidangnya yang sempurna. Diam-diam Jongdae mengalihkan pandangannya dari pemandangan menggoda di hadapannya itu, tepat ketika Yixing mengantungkan pakaian kotornya dan melirik sekilas dirinya.

“Kau pernah mandi di alam terbuka?” kata Yixing tiba-tiba, “di sungai atau aliran air lainnya?”

“Iya?” Jongdae bingung, kalau mandi di sauna atau di bawah kucuran shower sih sering, tapi kalau di alam? Melihat pemandian air panas alami saja belum pernah selain di YouTube.

Yixing tersenyum hingga memperlihatkan kedua lesung pipinya, membuat laki-laki itu tampak jauh lebih manis dan ramah.

Yixing membuka pintu menuju atap gedung rumahnya, dan entah bagaimana, secara ajaib telinga Jongdae seperti mendengar suara air terjun? Mungkin air mancur? Dalam hati Jongdae tertawa konyol sambil terus mengikuti langkah kaki Yixing.

“Kita mau ke mana?” Sejak tadi, Jongdae terus membendung rasa keingintahuannya. “Katanya kau akan membuatku bisa debut?”

Yixing lagi-lagi tersenyum. “Iya, aku akan membuatmu debut, tapi kita akan pergi mandi dulu.”

Tiba-tiba seluruh aliran darah Jongdae membeku, jantungnya berdesir aneh, pikirannya pergi ke mana-mana, berusaha mencerna omongan Yixing. Apa maksudnya dengan kita akan mandi?

“Tidak seperti ucapan frontalmu tadi, ternyata kau masih polos, ya?”

Ketika sudah sampai di atas atap gedung, mulut Jongdae menganga melihat pemandangan di hadapannya. Itu adalah hutan mini di atas gedung, pohon-pohon menjulang tinggi hingga menutupi gedung-gedung di sampingnya.

Suara kendaraan tak terdengar sama sekali, ini mirip seperti di alam, alam tengah kota, pemandangan di sana hanyalah hijau, dan suara gemericik air.

Tanpa sadar Jongdae mencari sumber mata air buatan tersebut, lalu didapatilah di tengah gedung ada sebuah kolam air panas panjang yang menggelembung-ngelembung kecil dengan beberapa sumber air mengalir yang entah datang dari mana.

Jongdae memekik kegirangan, ini sangat indah. Lalu dia memperhatikan kakinya, sama seperti di dalam kamar tadi, di sini lantainya juga diisi krikil-krikil kecil, bedanya yang di luar berwarna kehitaman.

Tubuh Jongdae yang relaks tiba-tiba menegang ketika merasakan seseorang tanpa izin memeluk tubuhnya dari belakang, menciumi permukaan lehernya hingga menimbulkan bunyi kecapan. Jongdae bisa merasakan kulit lehernya basah akibat saliva Yixing.

“Ke-kenapa ...?” Jongdae mendadak gagap dengan tubuh yang tak bisa dia gerakkan, otaknya tiba-tiba blank ketika dengan lancang Yixing menyelipkan kedua tangannya masuk ke dalam bajunya, meraba-raba permukaan perut, lalu turun dan masuk ke dalam celananya, membelai penisnya yang masih memakai celana dalam dari luar.

Sambil terus menikmati sesi melecehkan traineenya sendiri, Yixing berkata, “Bukankah tadi kau bilang ingin debut?”

Jongdae mengigit bibirnya ketika sensasi aneh yang belum pernah dirasakannya menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dengan menahan desahan, Jongdae membalas, “I-ya. Aku in-ingin debut.” Jongdae berusaha mengatur deru napasnya. “Bagaimana aku bis-bisa debut ahh~ sementara aku tad-tadi tak lolos seleksi?”

Yixing membalikkan tubuh Jongdae menghadap dirinya, menarik dagu pemuda yang lebih pendek darinya itu dan mendekatkan bibir keduanya. Dengan alami, Jongdae menutup matanya, membuka sedikit mulutnya ketika Yixing memberinya sinyal untuk membuka mulut. Kedua tangan Jongdae dia kalungkan di leher Yixing, sementara kedua tangan Yixing memeluk tubuh ramping remaja tersebut.

Dalam seumur hidupnya, Jongdae bahkan belum pernah menonton video dewasa, dia hanya pernah beberapa kali melihat adegan ciuman didrama. Jadi ketika Yixing menyuruhnya menanggalkan seluruh pakaiannya, membuatnya mengekspos bagian tubuh privasinya, Jongdae hanya bisa membeku. Terlebih Yixing yang jauh lebih tua darinya sudah melakukan semua hal yang tak dia ketahui.

Lalu, tangan yang tadi melecehkan peπisnya itu kembali mencumbunya setelah seluruh pakaian mereka lepas, membuat permukaan kulit keduanya bersentuhan langsung dengan lembutnya desir angin sore di tengah hutan buatan di tengah kota.

Yixing menuntun Jongdae masuk ke dalam air setelah membisikkan kalimat yang membuat bulu kuduk Jongdae merinding, mereka akan melakukan seks? Pikiran Jongdae kosong, bagaimana mungkin seorang remaja 19 tahun melakukan seks dengan pria dewasa seperti Yixing? Terlebih dia adalah bos agensi besar?

“Aku belum legal.” Jongdae menatap Yixing takut-takut, tubuh keduanya sudah masuk ke dalam kolam air panas yang hanya sebatas pinggang.

“Pengalaman pertamaku juga terjadi ketika aku belum legal.” Yixing meremas pantat Jongdae, pelan-pelan dia memasukkan beberapa buah jarinya ke dalam anus remaja itu, membuatnya mengangkat bokongnya tanpa sadar dengan desahan kecil. “Waktu itu umurku baru 17 tahun.”

“Sangat muda,” komentar Jongdae. Secara tak sadar, dia makin memberikan akses kepada jari-jari Yixing untuk semakin melesak masuk ke dalam dirinya.

“Memang, dan aku ingin kau merasakan pengalaman hebat itu saat ini. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga dan akan sangat berguna untuk masa depanmu nanti.”

Tubuh Jongdae merinding ketika dengan mantap Yixing memegang peπisnya, mengocoknya pelan, kemudian mengurut ujungnya. Sementara jari-jari tangan kanan Yixing sendiri mengobrak-abrik aπus Jongdae, rasanya lembut, dan aneh.

Jongdae dapat merasakan seluruh tubuhnya memanas, bukan dari air panas yang membuat tubuhnya relaks ini, tapi juga dari dalam dirinya. Getaran yang mengalirkan sensasi candi di seluruh aliran darahnya.

Kedua lutut Jongdae melepas ketika merasakan ujung penisnya hendak mengeluarkan sesuatu, Jongdae pikir dia mau pipis. Jadi dengan lembut dia berusaha menyingkirkan tangan Yixing dari penisnya, tetapi Yixing menolak dan malah menambah tempo kocokannya. Jongdae tak tahan lagi, masa bodoh dengan tangan Yixing yang akan kotor, dia mencengkeram tepi kolam ketika akhirnya dia benar-benar pipis.

Seluruh tubuh Jongdae bergetar selama beberapa detik, dia memejamkan matanya, rasanya sungguh nikmat, sensasinya berbeda ketika dia biasanya pipis. Jongdae kemudian membuka matanya, menunduk untuk melihat peπisnya sendiri yang masih digenggam Yixing ketika dengan bingung dia melihat cairan putih kental diantara kakinya.

“Terlihat seperti susu?”

Yixing tertawa. “Ini spermamu.” Jongdae mendonggak dan menoleh ke belakang. “Seorang pria dapat menghamili perempuan jika sperma-sperma ini bertemu dengan sel telur,” jelasnya, “tapi karena kita sama-sama laki-laki jadi kamu tak akan hamil, tapi kita masih tetap dapat merasakan hal luar biasa meski pun kita sesama laki-laki.”

Jongdae bingung dengan penjelasan Yixing.

“Mau minum susuku?” tawar Yixing.

Jongdae dapat merasakan bokongnya disundul oleh kepala peπis Yixing yang mengeras, rasanya berbeda ketika dia menyentuh penisnya sendiri, peπis Yixing lebih panjang dan sedikit berwarna kecokelatan.

Jongdae berbalik menghadap Yixing, dia lalu menatap punting susu Yixing dan menjilatinya, mengernyit ketika tak ada yang keluar, lalu sekali lagi dia sesap puting kecokelatan itu, membuat laki-laki dewasa tersebut tertawa dengan tingkahnya sekaligus merasa geli.

“Itu tidak akan mengeluarkan susu.” Yixing memegang peπisnya dan peπis Jongdae disatu tangan, membuat perbedaannya begitu kentara. Jongdae melongo, berpikir bahwa peπis orang dewasa memang begitu menakjubkan, berbanding terbalik dengan peπisnya yang masih kecil dan putih bersih, bahkan hanya ada sedikit bulu jika dibandingkan dengan milik Yixing.

Yixing duduk di tepi kolam, membawa wajah Jongdae tepat di tengah selangkangannya, membuat hidung Jongdae menyundul kepala peπis Yixing.

“Aku mau kau mengulumnya,” perintahnya, “jika aku suka dengan permainan lidahmu, aku akan mendebutkanmu bersama mereka, aku akan menjamin masa depanmu.”

Jongdae tahu ini adalah satu-satunya kesempatannya yang tak akan datang dua kali, lagipula dia sudah telanjang bulat, dia tidak bisa mundur lagi. Jadi setelah menarik napas dalam-dalam, Jongdae memegang peπis tegang yang ditelapak tangannya bagai tubuh ular, panjang dan begitu keras. Jongdae membuka mulutnya, menjilati penis itu dengan lidahnya, merasakan sensasi kenyal aneh di dalam mulutnya.

Sambil memasuk-keluarkan peπis itu di dalam mulutnya, Jongdae menatap Yixing yang memejamkan matanya erat. Jongdae yang tahu bahwa Yixing menikmati permainan mulutnya menambahkan tempo kulumannya hingga membuat laki-laki itu menjambak rambut Jongdae, menekan kepala Jongdae agar memasukkan peπisnya semakin dalam ke mulut.

Mata Jongdae berair ketika dia hampir tersedak, peπis itu semakin lama semakin membesar, bersamaan dengan semburan cairan sperma Yixing yang tumpah di dalam rongga mulut Jongdae. Jongdae syok ketik merasakan cairan asin dan hangat di dalam mulutnya, dia hampir muntah, tetapi dia tahan-tahan.

Jongdae tak tahu apa yang dia lakukan, dia hanya mengikuti instingnya, jadi Jongdae membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan sperma Yixing di dalam mulutnya sebelum akhirnya dia telan. Rasanya tak begitu buruk, Jongdae menjilati sperma yang tercecer di peπis Yixing dan telapak tangannya, seakan dia kecanduan rasa sperma.

Yixing turun, dia sudah tak tahan lagi. Dengan telaten, laki-laki itu mempersiapkan bokong Jongdae, memasukkan kepala peπisnya pelan-pelan, masuk ke dalam anus hangat Jongdae yang seakan memijat-mijat permukaan penisnya yang berdenyut-denyut.

Jongdae melenguh, merasakan kenikmatan yang amat sangat hebat disekujur tubuhnya. Hari ini, untuk yang pertama kalinya, Jongdae tahu apa itu surga dunia.

❥❥❥ TBC .... ❥❥❥


A/N: adegan "itu"nya tahan dan tunggu sampai Minggu depan sekalian nunggu Chen legal. Sebentar gue sedang berpikir keras, untuk chapter diangka 40-an nanti mau banyakin adegan 🔞 atau ganti tema jadi petualangan or fantasi gitu ya? Tapi masih ada adegan manisnya meski dikit.

21/07/2022 🌹 Ningtias

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro