Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17. Married By Accident #ChanChen #HunChen Ⅱ 🔞

❥❥❥

Chen tersedak peπis Chanyeol, belum lagi peπis lain yang sekarang tengah menyodominya. Air mata keluar dari kedua mata indah Chen, tubuhnya terus-terusan bereaksi aneh, perutnya rasanya penuh sesak oleh benda asing, juga geli seperti dipenuhi oleh kupu-kupu yang tengah dikunyah kelabang. Chen sangat takut dengan dua orang pria yang tengah menjamahnya ini.

Tubuh Chanyeol bergetar pelan ketika merasakan orgasme pertamanya dengan hanya dikulum, dia kemudian mencabut peπisnya dari dalam mulut Chen, memaksa laki-laki kecil itu untuk menelan sperma miliknya yang begitu banyak, namun Chen yang meski sudah tak berdaya tetap memilih memuntahkan sebagian dari cairan putih kental itu.

Kesal, Chanyeol menampar wajah Chen berulang-ulang, plak-plak-plak-plak, membuat pipi berisi nan merona itu memerah, bahkan sudut bibirnya pun lecet, mengeluarkan sedikit darah yang terasa sangat perih. Kepala Chen rasanya sangat pusing.

Hyung, jangan terlalu kasar, dia bisa mati ditanganmu, telapak tanganmu lebih besar daripada wajahnya,” Sehun memperingati sang kakak, pria berusia 23 tahun itu mencabut penisnya dari anus Chen, ketika lelehan spermanya hendak berjibaku keluar, Sehun menutup anus Chen dengan jempol tangannya. “Kau harus menjajal lubangnya, aku jamin kau akan ketagihan, Hyung.”

Chanyeol mendengus, memalingkan wajahnya dari wajah Chen yang bergetar ketakutan, merasa tak nyaman ketika mulut yang baru saja diperkosanya itu terus-menerus menyebut nama Baekhyun, meminta tolong.

Dengan kesal, Chanyeol meludahi tangan Chen. “Dia tidak akan datang, hanya ada kami berdua di sini. Berhentilah memanggil namanya kalau kau tidak ingin aku tampar lagi!” Chanyeol bermanuver untuk berada di selangkangan Chen, begitu Chen benar-benar diam dia tersenyum puas. “Jalang pintar.”

Sehun tertawa. “Hyung, terlalu kejam. Pria yang disebut-sebut sejak tadi sepertinya sudah mencampakkan dia.”

“Benarkah? Dari mana kau tahu, Sehun?”

“Chen terus-menerus merancau tentang hubungan mereka yang kandas, sih.”

“Chen?”

“Iya, nama pria ini adalah Chen.”

“Namanya sedikit mirip dengan namaku, ya?” Chanyeol terkekeh geli.

Sementara Sehun memutar bola matanya muak. “Diamlah, lihat, lubang Si Jalang kecil ini sudah menunggu peπis kita.” Sehun membuka kaki Chen yang kini hanya mampu bergerak lemah. “Aku sudah mencicipinya, sekarang giliranmu, Hyung.”

Chanyeol memegang peπisnya sendiri, mengocoknya di depan lubang aπus Chen yang menganga lebar. “Ini bekas spermamu, Sehun?”

“Iya, kenapa? Banyak, kau iri, Hyung?”

“Bukannya beberapa tahun ini kasus laki-laki hamil cukup banyak, ya?” Chanyeol membantu Sehun membuka lebar kaki Chen. “Kau tidak memakai kondom? Bagaimana kalau dia sampai hamil? Kau tidak takut?”

Sehun menepis tangan Chanyeol. “Peduli setan, tinggal suruh saja dia aborsi atau beri dia banyak uang untuk tutup mulut.”

Chanyeol mendengus. “Dasar iblis, persis seperti ibumu.”

Sehun tertawa. “Itu kenapa aku sekarang menjadi adikmu, Hyung.”

Mata Chen yang basah oleh air mata memperhatikan kakak-beradik yang tengah bersenda gurau di depan selangkangannya itu, penglihatannya kabur, tak bisa melihat wajah mereka dengan jelas, namun yang satu memiliki tato dibeberapa bagian tubuhnya sementara satunya lagi berwajah kebarat-baratan.

Chen mengigit ujung bibirnya, menahan sakit, tatkala Sehun dan Chanyeol memasukkan penis mereka ke dalam anus Chen secara bersamaan, hanya dengan sedikit pelumas. Chen mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit putih. Merasakan anusnya yang seakan tengah terbelah secara paksa.

Pantatnya terangkat, berusaha menjatuhkan pantatnya dari peπis-peπis kurang ajar itu. Chen meringis ketika Sehun mempermainkan penis miliknya, mencubiti dan menekan-nekan ujungnya.

“Hahh, sakit, hik, tolong menjauhlah dariku, hiks,” mohon Chen yang sama sekali tak digubris oleh keduanya.

“Sehun, kau yakin?” Chanyeol menahan kejantanannya, sebisa mungkin berlaku lembut.

Hyung, kau lelet,” ejeknya, “jangan bilang kau kasihan dengannya?” Sehun tahu, kakaknya itu memang penjahat kelamin sama seperti dirinya, sama seperti ayah mereka, tapi Chanyeol hanya akan melakukannya atas dasar suka sama suka, bukan pemaksaan, hmm lebih tepatnya dia tidak peduli dengan bagaimana caranya mendapatkan kenikmatan itu, seperti yang sering dilakukannya.

“Sialan, mau coba bertaruh?”

Sehun terkekeh, Chanyeol itu tidak suka terlihat diremehkan, dia ingin selalu terlihat unggul. “Aku hitung sampai dua, lalu kita akan masuk bersama-sama. Satu, du-A!”

“Aaarkkk!” Kedua mata Chen hampir keluar, aπusnya seperti akan sobek, dijebol oleh dua kejantanan raksasa sekaligus.

“Sehun, dia ... berdarah?” Chanyeol terlihat panik ketika melihat beberapa tetes darah keluar dari sela-sela peπis mereka, hampir-hampir dia mencabut penisnya andai tak ditahan oleh Sehun.

“Tidak apa-apa, Hyung. Kalau sudah kita mulai, nanti dia juga merasa keenakan.”

“Kau yakin—hei! Apa-apaan kau!” Chanyeol berusaha menahan tangan Chen yang tiba-tiba mencakar mereka, berusaha melepaskan diri dengan duduk dan menendang keduanya.

“Lepas! Hik, atau aku akan hik mengadu pada hik Baekhyun!”

Sehun menahan lengan Chen yang memukulinya dengan bantal, sementara tangan kirinya menahan kaki Chen yang berusaha menendang perutnya. Pun dengan Chanyeol yang wajahnya sudah terkena tendangan Chen hingga mimisan.

“Sialan!”

Dengan marah, Chanyeol bangkit, mengikat kedua tangan Chen di sandaran ranjang dengan menggunakan selimut. Sementara masing-masing kakinya kakak-beradik itu pegangi. Chanyeol kembali memasukkan penisnya ke dalam anus Chen, berjejalan bersama milik Sehun.

Napas Chen tersengal-sengal, dia tak tahu apa yang terjadi selanjutnya ketika bayangan hitam menghampirinya, merenggut kesadarannya bersama rasa sakit pada seluruh tubuhnya.

Ketika dia terbangun dengan kondisi kamar yang gelap, sudah tak ada dua pria itu lagi di sisinya, ikatan tangannya juga sudah dilepas dan mereka menyelimuti seluruh tubuhnya hingga sebatas dagu.

Chen berusaha bangkit diantara rasa pusing dan mual yang mendera, lama-kelamaan seiring dengan kesadarannya yang mulai kembali, rasa sakit pada area selangkangannya menjalar ke seluruh tubuh. Chen memekik kecil, merasakan perih dan lengket.

Dia menyibak selimut yang membungkusnya, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan kamar dengan pencahayaan remang-remang. Menemukan beberapa lembar uang disisi ranjangnya dengan catatan murahan bak dirinya adalah seorang jalang, dengan marah, Chen meraih uang-uang itu, membawanya menuju jendela dan menyebarnya ke luar jendela. Sepasang matanya yang sipi menyaksikan kertas-kertas tersebut dipunguti oleh orang-orang dengan tatapan kesal.

“Aah, sialan!” Chen mendesah panjang, “ini semua gara-gara Baekhyun sialan!” Chen merangkak, mencari di mana ponselnya berada, begitu dia menemukannya, dia langsung mendeal kontak Xiumin dan berteriak, “GEGE ADA DI MANA?! JEMPUT AKU ATAU AKU AKAN MATI GANTUNG DIRI SEKARANG JUGA!”

❥❥❥

“Luhan, aku benar-benar membencimu.”

“I love you too, Xiumin.”

“Seharusnya aku mendengarkan perkataan Yixing.”

“Sudahlah, dia hanya cemburu.”

“Luhan.”

“Ya, Sayang?”

“Mari kita putus.”

“Oke—HAH? APA? XIUMIN JAWAB AKU!”

Zitao menutup kedua gendang telinganya, duduk menyilangkan kaki di sofa mewah di rumah Chen sambil memakan kudapan.

Chen sama sekali tak menceritakan apa pun pada mereka dan hanya terus mencaci maki mantan pacarnya, tapi tanpa cerita pun semua orang yang melihatnya juga akan sadar apa yang sudah laki-laki itu alami sebelumnya.

“Bagaimana bisa Chen Gege lepas dari pengawasan, Luhan Gege?” heran Zitao.

Xiumin berdecak kesal. “Kamu percaya Luhan benar-benar menjaga Chen, Tao?”

Ketiga orang temannya itu akhirnya Chen usir dari rumahnya, dia sedang tak ingin ditanyai-tanyai, dan hanya ingin tidur seharian di kamarnya sambil terus mengolesi salep resep dari dokter pada area selangkangannya dan pada wajah dan seluruh tubuhnya yang memar-memar.

Beruntung di rumah besarnya itu hanya ada dirinya dan beberapa pegawai, sementara orang tuanya sendiri tengah asyik bulan madu yang kedua di pulau Jeju setelah dua bulan lalu memutuskan untuk rujuk.

Chen membuat beberapa catatan dibuku diary-nya, pertama-tama dia ingin melupakan Baekhyun dan mencari penggantinya, kedua mencari tahu latar belakang laki-laki yang telah merebut Baekhyun darinya itu kemudian menghancurkan hidup keduanya, ketiga dia harus mencari orang yang sudah memperkosanya dan menjebloskan mereka ke penjara atau kalau perlu mereka juga harus merasakan apa yang Chen alami.

“Lalu keempat, aku akan menjadikan Baekhyun milikku lagi, huwahh~ sempurna!” Chen memeluk buku diary-nya gemas, tak sabar untuk menantikan saat-saat di mana Baekhyun-nya kembali kepelukannya. “Mama saja bisa membuat Papa kembali, masa aku tak bisa? Pasti bisalah.”

Atau, justru sebaliknya? Beberapa Minggu sejak Chen menemukan dirinya telanjang bulat di sebuah kamar dengan bau sperma disekujur tubuhnya, sekarang tubuhnya jadi bereaksi aneh, tidak seperti dirinya yang biasanya, bahkan dia yang biasanya tenang menjadi super sensitif atas segala hal hingga sepupunya, Xiumin, yang biasanya super sabar dan setia pun, benar-benar tak tahan dengan kelakukannya hingga memilih mendiamkannya.

Puncaknya adalah pagi Sabtu itu, ketika Chen baru bangun tidur, tiba-tiba dirinya terus mual-mual di kamar mandi dengan wajah pucat, ibunya, Bom, yang khawatir terus menggedor-gedor pintu kamarnya, tapi sama sekali tak ada sahutan, ketika wanita berkepala lima itu memaksa bodyguard rumahnya mendobrak kamar sang putra, dia sudah menemukan Chen terkulai lemas bersandar pada kloset duduk.

“Cheeeeeeen!”

Di rumah sakit, dokter wanita cantik berambut sebahu itu mengatakan bahwa Chen tengah mengandung, usianya baru memasuki bulan kedua, terlebih Chen adalah laki-laki jadi kehamilannya akan sangat rentan bagi janin dan dirinya.

Bom membekap mulutnya tak percaya, wanita itu langsung menghubungi suaminya yang tengah bekerja, menyuruhnya segera datang ke rumah sakit setelah memberitahu keadaan putra kedua mereka.

Kangta datang bersama putra pertama mereka, Suho. Ketika tengah diintrogasi, Chen hanya diam sambil memilin selimut rumah sakit, sama sekali tak berani menatap mata kakak dan orang tuanya.

“Baekhyun?” tebak Kangta.

Chen menggeleng. Suho menahan tawanya ketika sang adik berkata jujur, padahal Chen itu sangat terobsesi dengan Baekhyun, dia bisa saja berbohong dengan menumbalkan Baekhyun agar ayah mereka menjadikan Baekhyun miliknya seutuhnya. Sayangnya Chen itu terlalu naif.

Kangta mengembuskan napasnya. “Lalu siapa?”

Chen menatap wajah sang ayah cemberut. “Aku tidak tahu, tapi terakhir kali aku melakukan seks adalah di sebuah bar ketika tengah mabuk, jadi aku tidak tahu siapa yang melakukannya, aku tidak mengenal mereka.”

“Me-mereka?” Bom lagi-lagi membekap mulutnya, syok.

Chen kembali menunduk. “I-iya, Ma. Mereka sepertinya ada dua orang?”

“Kamu minum di mana?”

“Di tempatmu, Hyung. Grey Suit Club. Aku mengajak teman-temanku minum di sana agar tak perlu disuruh bayar.”

“Haish, anak ini. Pantas saja bar itu sering rugi.”

Kangta memapah tubuh istrinya yang hampir ambruk karena ulah Chen, mendudukkannya di sofa rumah sakit. “Suho, cari mereka.”

Tanpa menjawab perintah sang ayah, Suho melenggang pergi meninggalkan ruang rawat Chen. Sempat sedikit mencuri dengar bahwa adik kecilnya itu meminta mengugurkan kandungan, sebelum akhirnya Suho benar-benar menjauh dari tempat itu.

Dia membuka ponselnya sambil berjalan, mengubungi manager diklub miliknya.

“Minho Hyung kau mengenal adikku, 'kan? Jin Zhong Chen.”

“....”

“Iya, dia lagi-lagi membuat masalah. Aku menginginkan rekaman CCTV sekitar dua bulan lalu, terutama CCTV di sekitar room-room, pilihkan rekaman untukku di mana ada Chen bersama beberapa orang pria.”

“....”

“Bukan masalah serius, aku akan segera menyelesaikan ini.”

“....”

“Haha, terima kasih banyak, Hyung. Aku akan mengunjungi Grey Suit Club lain kali.”

“....”

Bye.”

Suho menutup teleponnya, sedikit menyingkir ketika ada pasien gawat darurat yang tengah dibawa ke ruang ICU. Suho memperhatikan keluarga pasien itu yang mengiringi, dua orang wanita seusia ibunya dan dua orang pria muda yang sangat tinggi.

Selang beberapa menit kemudian, Minho mengirimkan rekaman yang diinginkannya, di sana terlihat bahwa Chen tengah diperebutkan oleh beberapa orang pria, mereka sempat adu cek-cok sebelum akhirnya dua pria lainnya yang baru datang berhasil mendapatkan adiknya, Chen dibawa ke salah satu kamar di sana. Rekaman hanya sampai di situ, karena dia menghargai privasi pengunjungnya.

Suho tersenyum miring, pria-pria di dalam rekaman itu sangat mirip dengan dua orang pria yang tadi melewati dirinya, dia tidak perlu melihat apa yang sudah adiknya lakukan dengan kedua pria itu. Suho mengenal keluarga chaebol itu, keluarga Thornley.

Sambil bersiul, Suho kembali ke kamar sang adik. Membisikkan sesuatu pada sang ayah sambil memperlihatkan rekaman video yang baru saja didapatkannya.

Chen dan Bom memperhatikan tangan Kangta yang terkepal dengan urat-urat lehernya mencuat, saking takutnya Chen memeluk Bom yang duduk di samping ranjangnya.

❥❥

Chanyeol sudah diberitahu oleh ibunya tadi malam tentang kemungkinan besar yang akan terjadi, itu sebabnya ibunya dan ibu Sehun menyuruh keduanya cepat-cepat untuk mencari calon pendamping. Sejak kecil, keduanya seperti dipaksa menjadi rival dalam segala hal, tetapi dibelakang semua orang Chanyeol dan Sehun justru menjadi partner.

“Aku tidak mau menikah,” Sehun tetap pada pendiriannya, tetapi sang ibu, Chaerin, memelototinya, seakan mengatakan bahwa dia harus secepatnya menikah sebelum Chanyeol. “Oke, aku akan menikah.” Sehun mengalah. “Lalu apa?”

“Chanyeol?” panggil Sandara, ibu Chanyeol. “Kamu adalah yang tertua, kamu yang lebih berhak.”

Chanyeol bimbang, dia tidak masalah jika harus menikah, dia punya banyak kenalan yang bisa diajak bekerjasama dengan membagi hasil, tapi jika disuruh mengandung? Itu sama saja dengan Chanyeol bunuh diri; mereka akan menggerogoti hartanya.

“Ibu, aku ....”

“Waktunya kurang dari lima bulan,” Sandara kembali mengingatkan, “sebelum ayahmu meninggal digerogoti kanker.”

Chanyeol mengacak rambutnya frustasi. “Menanam bibit unggul mana cukup hanya diberi waktu kurang dari lima bulan?”

“Bukankah kau memiliki banyak pacar?” Sandara menatap sang putra penuh harap. “Sewa saja salah satu dari mereka, beri uang dan buang jika sudah tak diperlukan.”

“Ibu, aku selalu memakai kondom.”

“Chanyeol Thornley, kau membantah orang yang sudah melahirkanmu?” Sandara melotot. “Seluruh harta keluarga Thornley itu adalah hakmu! Hakmu!” Dia kemudian melirik Chaerin dan Sehun yang berdiri di sampingnya dengan sinis.

Eonnie,” panggil Chaerin lembut, “bukannya ingin ikut campur, tapi memaksa Chanyeol untuk menikah dan memiliki anak dalam waktu singkat itu tidak baik, bukankah sebaiknya kita fokus pada kesembuhan suami kita dulu?”

“Kesembuhan?” Sandara tergelak. “Bukankah kau juga dengar bahwa dia akan segera mati? Tidak ada kesempatan baginya hidup. Oh, dan satu lagi, jangan terlalu munafik, Chaerin. Aku tahu kau pun juga memaksa Sehun untuk segera menikah, bukan? Sejak kau merebut suamiku, aku sudah hafal bagaimana tabiat burukmu itu.”

Chaerin menatap Sandara kesal. “Mau bertaruh siapa yang akan lebih dulu memiliki penerus?”

“Wah, wah, wah, wah.”

Atensi keempat orang itu teralihkan oleh tepukan tangan seorang pria yang datang bersama pria lain yang tampak jauh lebih muda, tepukannya seakan benar-benar tengah mengejek keluarga itu.

“Kepala keluarga kalian tengah sekarat di dalam sana dan kalian justru bertengkar memperebutkan warisan di depan pintu ruang ICU? Apakah ini wajah asli keluarga Thornley yang konon katanya begitu terhormat itu?”

Kangta datang bersama Suho untuk mendapatkan keadilan bagi Chen.

❥❥❥ TBC.... ❥❥❥

A/N: good night! Gue update dulu deh sebelum berangkat tidur.

Next eps Sabtu depan ...

Semoga seru dan kalian menikmatinya. ♡♡♡

06/18/2022 🌹 Ningtias

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro