
15. Pasusu Gaje #ChanChen Ⅱ 🔞
❥❥❥
"Ada apa dengan, Appa?" Anak itu kebingungan ketika reaksi orang yang mengandung dan melahirkannya itu tiba-tiba aneh. "Apa Papa dan Appa akan membuat adik bersama-sama?"
Chanyeol tertawa, dia kemudian mengangguk yang langsung mendapatkan pelototan serta cubitan dari Jongdae.
"Iya-aw, Yang, sakit, Yang, aw! Aw! Aw!"
Daeul melihat kelakukan kedua orang tuanya dengan maklum, Appa- nya memang sering sekali mencubit Papa-nya, Daeul mengedikkan bahunya cuek, setidaknya bukan dia yang dicubit oleh Appa- nya.
"Papa, Appa. Apa boleh Daeul ikut membuat adik bersama kalian?"
Mata Chanyeol yang memang besar dan lebar melototi sang putra horor yang baru saja bertanya polos, membuat Daeul bergidik ngeri. "Tidak boleh!"
"Kenapa? Daeul kan juga penasaran bagaimana caranya membuat adik. Memangnya tidak boleh?" Wajah Daeul memerah, tidak terima dengan diskriminasi yang diterimanya.
"Iya. Tidak boleh," jawab Chanyeol tak mau kalah.
"Kenapa tidak boleh, sih?"
"Karena Appa hanya milik Papa!"
Daeul tercengang. "Bagaimana bisa? Appa kan Appa- nya Daeul bukan Appa- nya Papa?"
Chanyeol tertawa, merasa menang. "Itu karena Papa menikah dengan Appa."
"Apakah Daeul juga harus menikah dengan Appa agar bisa memiliki Appa?"
"Tidak boleh!"
Telinga Jongdae sakit, dengan kesal dia berdiri dan meninggalkan kedua laki-laki beda usia yang masih terus berdebat tak jelas.
Malam harinya, ketika Daeul sudah tidur terlelap. Jongdae yang sejak tadi menemani Daeul belajar keluar dari kamar mereka, menghampiri sang suami yang tengah mengerjakan tugas kuliahnya. Mereka sudah mendapatkan balasan dari kedua agensi, dan pasangan itu memutuskan untuk menerima agensi yang mau membelikan mereka rumah setelah tanda tangan kontrak.
Lay memberikan guru vokal terbaik di agensinya dan tanda tangan kontrak sudah mereka lakukan saat itu juga, tapi mereka baru bisa memberikan keduanya rumah setidaknya setelah setahun debut agar tidak terlihat pilih kasih oleh artis lain. Jadi untuk sementara waktu mereka masih harus tetap tinggal di kontrakan murah mereka.
Tidak seperti idola K-Pop pada umumnya, Chanyeol dan Jongdae diperkenalkan sebagai duo yang sudah menikah, Chanyeol tetap dengan nama aslinya sementara agensi memberikan Jongdae nama panggung Chen agar menjadi duo CC atau yang berarti Campus Couple karena keduanya sama-sama berkuliah di universitas dan jurusan yang sama.
Jongdae duduk di samping Chanyeol yang terlihat serius dengan kertas-kertas musiknya, sementara Jongdae yang sudah mengantuk menyandarkan kepalanya dibahu lebar sang suami.
Hanya ada suara gesekan kertas dan pensil di antara keduanya sampai Chanyeol yang sudah selesai dengan kegiatannya menoleh pada Jongdae yang hampir terlelap. Laki-laki itu tersenyum simpul sebelum membawa telapak tangannya pada wajah Jongdae, mengelus lembut pipi tembem itu. Menghirup dalam aroma sabun lavender Jongdae yang juga dipakainya, wajah keduanya begitu dekat sampai-sampai Chanyeol dapat melihat bekas jerawat diwajah Jongdae, dia tertawa kecil, tapi itu sudah cukup untuk membangunkan Jongdae. Chanyeol menatap bibir Jongdae, mendekatkan bibirnya sendiri, berusaha mencuri satu kecupan sebelum akhirnya sang pemilik bibir lebih dulu terbangun.
"Eoh, sudah selesai?" tanya Jongdae sambil membersihkan matanya.
Chanyeol menyingkirkan kertas-kertasnya. "Belum, Yang."
"Tapi, kenapa malah disingkirkan kertas-kertasnya?" tanya Jongdae bingung, berpikir bahwa sang suami hanya sedang kelelahan. "Mau aku bantu kerjakan?"
"Yang," panggil Chanyeol.
"Apa?"
"Yang waktu itu, loh."
"Waktu itu apa?"
"Yang itu, loh, permintaannya Daeul, Yang."
"Pesta ulang tahun?"
Chanyeol menggeleng.
"Anak anjing?"
Chanyeol menggeleng.
"Bertemu Santa Claus?"
Chanyeol geregetan, dengan gemas dia membuat tanda ♀ dengan tangan kanannya dan membuat tanda ⚩ ditangan kirinya, lalu memasukkan yang satu ke jari yang satunya lagi. Chanyeol nyengir lebar ketika daun telinga Jongdae memerah, sudah paham dengan maksud sang suami.
Dengan kesal, Jongdae duduk membelakangi Chanyeol. "Sekarang? Katanya mau nunggu dapat rumah dulu?"
Chanyeol merangkul bahu Jongdae dan meletakkan dagunya di sana. "Begini, Kim Jongdae." Jongdae merinding ketika Chanyeol tak memanggilnya Yang seperti biasa. "Kita sudah terlalu lama membuat Daeul menunggu, sementara kita sendiri sudah berjanji. Perilaku anak itu mencontoh orang tuanya, mencontoh orang terdekatnya, kalau sampai dimata Daeul kita sering membohonginya, bukan tak mungkin Daeul akan melihat bahwa kebohongan itu adalah suatu hal yang wajar."
"Tapi, kan, Chan-"
"Kita coba dulu aja."
"Kalau langsung jadi gimana?"
"Berarti kita sama-sama bibit unggul, Yang."
"Park Chanyeol!"
Chanyeol tertawa ketika Jongdae memukuli lengannya, tapi tidak terlalu keras ketika dia ingat bahwa Daeul sudah tidur dan tak ingin mengganggunya.
"Ssstt." Chanyeol memegang kedua tangan Jongdae, memeluknya agar dia tak bisa memberontak atau pun kabur. "Demi Park Daeul."
Jongdae mengembuskan napas, dia akhirnya mengalah. "Okay, ayo, kita lakukan kapan-kapan-"
"Malam ini," potong Chanyeol.
"Apa?"
"Ssstt, jangan berisik, nanti Daeul bangun, Yang."
Mata sipit Jongdae melotot. "Malam ini?"
"Iya."
Jongdae mengigit bibir bawahnya gelisah. "Di mana kita akan melakukannya?" Rumah yang mereka tempati hanya memiliki satu kamar dan itu sudah Daeul tempati untuk tidur sekarang, mereka tak mungkin melakukannya di samping sang anak yang tengah tidur pulas, 'kan?
"Di sini aja-aw, Yang," Chanyeol mengaduh kesakitan ketika Jongdae menginjak jempol kakinya.
"Kalau ada yang jatuh gimana? Susah bersihinnya," keluh Jongdae.
"Terus di mana? Dapur?"
Jongdae menggeleng. "Kamar mandi?"
"Tapi kamu harus berdiri dari awal sampai selesai atau tiduran di lantai, loh, Yang?"
Jongdae mengigit bibir bawahnya. "Yaudah, yang penting malam ini, terus rondenya jangan banyak-banyak. Aku tahu kamu lagi pengen."
Chanyeol tertawa senang. "Yuklah, Yang. Kita ke kamar mandi."
Jongdae memutar bola matanya malas, tapi dia diam-diam tersenyum geli melihat tingkah kekanak-kanakan suaminya itu. Jongdae lebih dulu berjalan ke kamar mandi, sementara Chanyeol mengekor di belakangnya. Mata Chanyeol melihat sebuah roti nanas tergeletak di meja dapur berbelok mengambil roti tersebut.
"Yang."
"Kenapa?"
"Kamu udah makan malam belum?"
"Lagi malas masak, jadi tadi cuma beli makanan buat Daeul. Kamu kan tadi pergi, kirain udah makan di luar," jelas Jongdae, "kenapa? Lapar? Mau aku masakin?"
"Makan ini, gih, kamu." Chanyeol menyerahkan roti yang ditemukannya itu. Jongdae mengernyit heran, Chanyeol yang gemas langsung menarik tangan Jongdae mendekat. "Gini, kamu, kan, mau aku makan. Tapi masa kamunya belum makan? Nanti kalau pingsan atau besoknya sakit, gimana?"
Jongdae yang paham langsung menutup kedua pipinya yang memanas dengan tangan. "Apaan, sih?"
Chanyeol mengabaikan tingkah malu-malu Jongdae, dia membuka plastik roti tersebut dan menyuapkannya pada Jongdae. "Buka mulutnya, aaaaa." Jongdae menurut, mengunyah roti itu dalam diam. "Lagi, aaaa."
"Kamu makan juga, Chanyeol," ucap Jongdae dengan mulut penuh.
"Aku nanti makannya kamu, Yang." Chanyeol merengkuh pinggang Jongdae, tangan kirinya diam-diam masuk ke dalam celana sosok yang lebih pendek darinya itu. "Ini yang terakhir, aaaa."
Jongdae tertawa, merasa diperlakukan seperti anak kecil, tapi setelahnya dia sadar ketika tangan nakal Chanyeol sudah meremas belahan pantatnya. Jongdae yang mau protes mulutnya keburu dibekap oleh Chanyeol dengan mulutnya sendiri, membuat Jongdae secara terpaksa menutup kedua matanya. Kedua tangan Jongdae berusaha menjatuhkan dada Chanyeol yang menempel pada dadanya, namun tak berhasil ketika pinggangnya sendiri justru sudah teratuk meja.
Chanyeol menggunakan tangannya yang bebas untuk mengunci kepala Jongdae agar ciuman mereka lebih dalam dan intens, Jongdae merasakan perutnya seperti digelitiki ribuan kemoceng hingga menusuk jantung, membuatnya berdetak lebih kencang. Jongdae membuka matanya ketika Chanyeol melepaskan pangutan mereka, mengusap saliva yang ada dibibirnya dan dagu Jongdae.
Melihat sang kekasih sudah lemas terbuai kabut nafsu, Chanyeol mengangkat tubuh Jongdae dalam posisi bridal, membawanya menuju kamar mandi yang cukup luas, namun sederhana tersebut. Chanyeol mendudukkan Jongdae, melepas pakaiannya sendiri sebelum membantu Jongdae melepas pakaiannya sambil mematikan saklar lampu.
Setelah meletakkan pakaian mereka dibak pakaian kotor, Chanyeol kembali menyatukan bibir mereka, kali ini Jongdae tak menolak dan justru membalas kecupannya dengan lihai. Dalam ciuman mereka Chanyeol tersenyum, sudah lama keduanya tak bersetubuh sejak Daeul lahir, sekarang rasanya seperti baru pertama kali melakukannya.
"Engh, Chanyeol ... ahh." Dalam keremangan malam, Jongdae mendesah di atas perut Chanyeol dengan bibir yang masih menyatu sementara area selangkangannya sudah sangat basah dan sakit. Sepasang puting Jongdae yang bengkak sejak melahirkan Daeul -yang membuat Jongdae harus selalu memakai baju double -menegang akibat terangsang
"Ya, Yang?" Chanyeol memandang Jongdae yang duduk di atas perutnya dengan mata sayu dan bibir terbuka dengan pandangan memuja, laki-laki itu kemudian tertawa kecil ketika Jongdae justru membuang wajahnya setelah penis kecilnya tak sengaja bersentuhan dengan penis panjang miliknya.
Chanyeol bangkit, membalikkan posisi mereka dengan Jongdae yang kini berada di bawahnya.
"Aku akan memasukimu pelan-pelan, Yang," bisik Chanyeol dan Jongdae mengangguk berterima kasih. Dengan lembut, Chanyeol mengangkat sebelah kaki Jongdae dan meletakkannya dibahu kanannya sementara kaki Jongdae yang lain mengangkang, memberi peπis Chanyeol akses untuk memasuki anusnya.
Secara perlahan, Chanyeol memasukan peπisnya sedikit demi sedikit ke dalam anus sempit Jongdae, ini memang bukan pengalaman pertama mereka, tapi Jongdae sudah lama tak melakukannya, jika Chanyeol terburu-buru itu akan sangat menyakitkan bagi Jongdae.
"Ahh, Chanyeol, ahh huh." Kepala Jongdae pusing ketika benda panjang nan lunak itu sudah berada di dalamnya sepenuhnya, tetapi Chanyeol bahkan hanya diam. "Chanyeol, ahh, kenapa tidak bergerak?" Jongdae merengek, menggerak-gerakkan pinggulnya sendiri.
"Tunggu sebentar, Yang."
Chanyeol sengaja membiarkan peπisnya sedikit lebih lama di dalam sebelum mulai bergerak, begitu dia rasa lubang Jongdae sudah mulai terbiasa dengan benda asing yang memasukinya, Chanyeol mulai memaju-mundurkan pinggulnya. Membuat lenguhan indah Jongdae memenuhi gendang telinganya.
"You look like an angel, Park Jongdae." Dalam penyatuan mereka, Chanyeol mengecup singkat pangkal hidung Jongdae.
Jongdae tersenyum malu-malu. "Chanyeol, uhh stop making me blush, ahh."
Chanyeol tertawa, dengan sangat menawan dimata Jongdae. "Aku serius, kamu adalah malaikatku-"
Brak!
Chanyeol dan Jongdae sontak menghentikan aktivitas mereka, saling menatap horor pada pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok Daeul yang tidur sambil berjalan.
Lampu masih dalam keadaan mati ketika Daeul membuka celananya untuk buang air kecil, diam-diam, Chanyeol dan Jongdae yang ada di belakang Daeul, berjalan mengendap-endap meninggalkan kamar mandi.
Setelah sampai di dapur, Chanyeol terlihat begitu berkeringat. "Itu benar anak kita? Park Daeul?"
Jongdae yang masih syok memeluk Chanyeol. "Dia terkadang memang suka berjalan sambil tidur jika kelelahan dengan aktivitasnya," ucapnya membenarkan.
Chanyeol melirik peπisnya yang masih berada di dalam Jongdae, rasanya menyesakkan ketika hasratmu hampir sampai, tapi harus terhenti akibat hal tak terduga. Diam-diam, Chanyeol yang masih merengkuh pinggang Jongdae menggerakkan pinggulnya sambil berpegangan pada tepi meja.
"Chanyeol, uhh Chanyeol apa kita akan meneruskan ini? Ahh." Jongdae bimbang, tapi tubuhnya mengikuti permainan sang suami. Dengan tubuh terhentak-hentak, Jongdae harus merasakan peπis Chanyeol yang keluar-masuk anusnya sambil berdiri.
"Kalau sudah memulai, maka harus diselesaikan."
Jongdae tertawa. "Kata-kata bijakmu tak cocok diungkapkan disaat seperti ini ... sssstt, Chanyeol berhenti dulu," bisik Jongdae ketika melihat Daeul keluar dari kamar mandi sambil menggosok matanya.
Dengan buru-buru, Jongdae mengajak Chanyeol berjongkok di kolong meja. Menunggu kaki Daeul lewat, tapi sialnya justru tidak lewat-lewat dan berhenti tepat di depan wajah mereka. Jongdae mendengar bahwa putranya itu tengah menuang air putih, laki-laki itu dibuat hampir memekik ketika tiba-tiba Chanyeol menggendongnya ala tuan putri, meninggalkan Daeul yang sama sekali tak menyadari kehadiran kedua orang tuanya.
Mereka pindah ke ruang tamu, tempat Chanyeol tadi belajar. "Chanyeol, udahan aja, yuk. Nanti kalau Daeul lihat bagaimana? Ahh, Chanyeol gila! Uhh, uhh." Jongdae protes, tapi secepat kilat Chanyeol membungkamnya dengan mempermainkan peπis kecilnya hingga membuat Jongdae yang masih dalam gendongannya menggelinjang.
Tanpa menjawab Jongdae, Chanyeol membuka pintu rumah, tepat saat Chanyeol dan Jongdae sudah berada di teras, Daeul lewat di depan ruang tamu untuk masuk ke dalam kamar lagi.
Keduanya mengintip lewat jendela, tapi Chanyeol sudah keburu melanjutkan aktivitas panas mereka di luar rumah.
Dengan peπis tegang, bola mata Jongdae hampir keluar dengan mulut terbuka ketika Chanyeol terus menyodoknya. "Chanyeol, ahh, nanti kalau ada yang lihat, ahh ahh bagaimana? Uhh." Jongdae tak bisa berhenti mendesah ketika seluruh tubuhnya menginginkan kenikmatan duniawi.
"Kalau begitu jangan berisik, Yang. Biar tetangga tak ada yang sadar kalau ada yang sedang live action." Chanyeol mengangkat bokong Jongdae agar duduk di atas perutnya yang tengah berdiri, membuat peπisnya semakin tertanam dalam diaπus Jongdae dengan peπis kecil Jongdae yang terhimpit perut keduanya.
Udara malam yang dingin makin membangkitkan libido keduanya, jalanan rumah Chanyeol dan Jongdae yang berbukit terjal memberikan kesan seram di malam hari dengan kabut tipis dan suara gonggongan anjing.
"Nnghh, ahh, Chanyeol ...." Jongdae mengeratkan pelukannya pada Chanyeol ketika orgasme pertamanya akan segera sampai, rasanya seluruh otot-otot keduanya tertarik menegang. "Chan ... yeol, ahh."
Chanyeol makin mengetatkan pinggul mereka, memejamkan mata erat demi menjemput pelepasan pertama mereka. Tubuh keduanya bergetar sejenak ketika sperma Chanyeol menyembur masuk ke dalam anus Jongdae, membuat laki-laki itu melenguh merasakan sensasi cairan kental hangat yang memenuhi dirinya.
Chanyeol tak bisa menahan tawanya ketika melihat peπis Jongdae mengeluarkan sperma yang sangat sedikit dengan susah payah.
"Jangan tertawa!" kesal Jongdae ketika tahu apa yang membuat suaminya itu tertawa.
"Oke, oke, maaf, Yang." Chanyeol lagi-lagi menciumi ubun-ubun Jongdae. "Maaf, ya, Yang."
"Untuk?" bingung Jongdae.
"Untuk waktu pertama kali kita melakukannya di UKS, sekarang kita justru melakukannya di teras, aku janji sama kamu aku akan bekerja keras supaya kita bisa melakukannya lagi di tempat yang lebih kayak."
Hati Jongdae menghangat. "Di mana pun tempatnya, asal sama kamu aku bahagia, kok."
"Makasih, Yang. Tapi, kamu beneran romantis banget."
Mereka tak langsung masuk ke dalam rumah dan malah menyandar di depan pintu rumah dengan Jongdae yang duduk dipangkuan Chanyeol, tangan Chanyeol dan Jongdae saling bergandengan menutupi kemaluan Jongdae sementara milik Chanyeol sendiri masih tertanam dianus Jongdae.
"Chanyeol," panggil Jongdae.
"Ya?" Chanyeol meletakkan dagunya dibahu Jongdae, meniup-niup leher Jongdae dan memakan telinganya main-main. "Kenapa, Yang?"
"Aku tiba-tiba kepikiran."
"Tentang?"
"Kalau seandainya Daeul seperti kita, bagaimana? Apa kamu akan mengusir Daeul seperti orang tua kita mengusir kita?"
Chanyeol terdiam sesaat, memikirkan keputusan yang akan diambilnya. "Mungkin?"
"Chanyeol!" Jongdae merengek, tidak setuju.
"Itu pun jika Daeul tidak mau bertanggung jawab sepertiku."
"Jadi?" Jongdae menoleh ke belakang dengan susah payah, demi melihat ekspresi suaminya.
"Jadi, aku tidak akan membiarkan anak kita seperti kita. Kita akan mendidiknya bersama." Chanyeol mengecup pangkal hidung Jongdae, Jongdae menutup matanya ketika ciuman Chanyeol turun ke bibirnya.
"Kalau ternyata kita gagal mendidik mereka, bagaimana?" tanya Jongdae lagi.
Chanyeol tersenyum tipis menatap wajah pucat Jongdae. "Kita akan mendidiknya lagi, sebelum ajal menjemput, kita masih akan berkewajiban menuntun mereka. Kita tidak boleh melepaskan mereka begitu saja sekali pun kita begitu kecewa pada mereka."
Jongdae mengeratkan pelukannya pada Chanyeol, menyembunyikan wajahnya dibelahan dada bidang Chanyeol, menangis dalam diam, atau juga mungkin merasa bersyukur bisa memiliki Chanyeol di sisinya? Jongdae tidak tahu, malam ini dia hanya ini menangis.
"Chanyeol."
"Hmm?"
"Aku izin ingin segera mengajarkan seks edukasi pada Daeul, ya?"
"Asal itu demi kebaikan Daeul, lakukan aja, Yang." Chanyeol meraih kepala Jongdae, untuk dia cium.
"Ihh, kenapa?"
"Sini, cium kening dulu."
❥❥❥
Chanyeol dan Jongdae mulai mempersiapkan debut mereka setelah malam panas mereka itu, sementara Daeul untuk sementara waktu dititipkan ke salah satu teman kuliah Jongdae.
Duo Campus Couple mendapatkan respons positif dari pendengar musik K-Pop di seluruh dunia, keenam lagu mereka dimini album debut bertajuk Two Color itu sukses merajai berbagai platform musik selama berminggu-minggu dengan menyabet tiga penghargaan musik mingguan. Agensi juga sudah mulai menerima tawaran kerja sama brand, variety show, bahkan ost drama untuk keduanya.
Lima bulan setelah masa promosi Campus Couple berakhir, Daeul terjatuh dari tangga hingga kakinya lecet karena terlalu senang ketika Jongdae memberitahunya bahwa dia sebentar lagi akan memiliki adik.
Delapan bulan kemudian, Jongdae harus menjalani operasi caesar untuk melahirkan anak kedua mereka yang lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki.
"Aaaaaa, ini adiknya Daeul?" Daeul melotot lucu disamping inkubator Yuan, dengan pandangan tak percaya, Daeul berulang kali bertanya pertanyaan yang sama. "Papa, ini adiknya Daeul?"
Chanyeol yang berjongkok di samping Daeul mengangguk. "Iya, ini adiknya Daeul. Namanya Park Yuan."
Daeul memegang kedua pipinya yang memanas, adiknya begitu kecil, rapuh, dan mengemaskan. "Kapan Daeul bisa mengajak Yuan bermain, Papa?"
"Nanti kalau Yuan sudah besar."
"Kapan Yuan akan segera besar, Papa?"
"Kapan-kapan." Chanyeol mendengus lelah, pertanyaan Daeul tidak ada habisnya.
"Kapan-kapan itu kapan, Papa?"
"Ssstt, jangan berisik. Nanti kalau Yuan bangun Appa bisa mengamuk," Chanyeol memperingati yang langsung dipatuhi oleh putra pertamanya.
Di luar rumah sakit banyak wartawan dan penggemar yang menunggu, seorang sasaeng membocorkan lokasi rumah sakit tempat persalinan Jongdae. Sekarang Chanyeol dan Daeul benar-benar tidak bisa keluar sama sekali dari rumah sakit ini hingga Jongdae dan Yuan benar-benar pulih.
"Kenapa nama anak kita harus Yuan? Padahal aku ingin menamainya Jacob Black atau Edward Cullen." Jongdae makan jeruk sambil ngomel.
Chanyeol yang habis menidurkan Daeul di sofa berjalan mendekati Jongdae, mengurus segala kebutuhannya bersama sang manager. "Itu karena ketika hamil kamu selalu ingin menghirup mata uang China, penggemar mengetahuinya dan mereka menamai anak kita Yuan di fanfiction mereka, jadi aku pakai saja agar mereka senang."
"Oh, omong-omong, selamat ya akhirnya ada anakmu yang mirip denganmu," Jongdae mengejek suaminya, lalu tertawa hingga hampir tersedak.
"Tapi, Daeul semakin besar semakin mirip denganku."
Jongdae mendengus sebal. "Iya, ishh, dia hanya mirip denganku ketika kecil."
Chanyeol tertawa. "Apa kamu mau coba membuat anak perempuan, Yang?"
"Park Chanyeol!"
Tiba-tiba, manager mereka, Bang Bongim, masuk ke dalam ruang rawat Jongdae dengan wajah gelisah.
"Ada apa, Hyung?" tanya Chanyeol.
"Di bawah sana, ada beberapa orang tua yang mengaku sebagai orang tua kalian."
❥❥❥END❥❥❥
A/N: yang membuat Pasutri Gaje makin berwarna adalah tingkah polos+seenaknya Daeul. 💘💘
Sepanjang nulis gue ketawa terus masa sama kelakukan ini keluarga kecil 😂😂, yaa meski ada sedihnya sedikit, sih. Makasih buat Kakaknya yang udah request. 💐💐
Oh ya, hari ini terakhir gue update REVERSE HAREM setiap hari, jadi mulai hari ini gue bakalan update seminggu sekali. Ada cerita lain yang minta dikasih perhatian juga, kalian tetap bisa request, tenang gue udah nabung sampai bab 30. Maka dari itu, disetiap chapter gue akan kasih kalian special spoiler.
Next....
Merried By Accident #ChanChen #HunChen (khusus eps ini punya 4 bab).
04/06/2022 🌹 Ningtias
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro