⁕ Tiga Orang yang Dicintai dan Satunya Belum Lahir ⁕
Jika ditanya siapa orang yang paling kucintai, tentu saja aku akan menjawab dengan lantang.
"Suamiku dan anakku!"
Jawabannya tak perlu dipikirkan. Tanpa Jin-Woon, hidupku selamanya bakal kutempuh dalam lorong gelap tanpa pencahayaan. Sendiri, tak berujung, dan dipenuhi ketakutan. Rasanya, dicintai Jin-Woon seperti pembalasan atas segala rasa sakit yang kuterima dari pria-pria berengsek di masa lalu. Seolah Tuhan sengaja membuatku menemukan berbagai jalan buntu penuh jebakan di lorong gelap itu, agar aku bisa bersyukur tanpa henti kala menemukan cahaya terang di ujung.
Tuhan memang sedikit licik soal ini, tapi Dia tahu aku bakal melupakan nikmat-Nya jika tidak diberi skenario hidup macam begini.
Dan, tentu saja, Sung-Ho, putra kami yang begitu bulat, menggemaskan, dan kadang ingin kucubit pipinya keras-keras. Dia adalah pelengkap hidup kami yang menggodaku dan Jin-Woon untuk merencanakan anak kedua, bahwa kurangnya waktu tidur di masa-masa merawat bayi itu mendadak terasa remeh. Kami pasti bisa melakukannya.
Tahu-tahu, anak kedua yang bahkan belum dibuat ini sudah masuk ke dalam daftar orang yang kucintai nomor tiga.
"Anda yakin?"
Aku mengerjapkan mata, memandang psikolog di hadapanku dengan heran. Kuatur napas yang tersengal-sengal karena saking senangnya menceritakan keluarga kecilku. "Ya," kataku. "Mereka adalah tiga orang yang aku cintai., ketika semua orang meninggalkanku."
Psikolog itu bergeming. "Sungguh mulia memasukkan calon anak Anda ke dalam daftar, Nyonya," ujarnya dengan lembut. "Namun, bukankah ada sosok yang sebenarnya lebih pantas menerima cinta Anda lebih daripada suami dan putra Anda, termasuk anak yang belum lahir itu?"
Aku membeliak. "Tidak ada," kataku cepat. Jawabannya sudah jelas, hanya Jin-Woon dan Sung—
"Diri Anda, Nyonya," jawab sang psikolog dengan senyum tipis. "Tidakkah Anda mencintai diri Anda sendiri?"
+ + +
Prompt: Buat tulisan dengan tema, "3 Orang yang Kucintai."
Note: Jujurly agak skeptis kenapa tema tiga hari pertama ini baik-baik saja ... tapi baguslah. Kebetulan aku juga belom recover dari tulisan kemarin (masih bertanya-tanya kenapa menulis itu) jadi tulisan hari ini enteng aja!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro