Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

⁕ Kertas Kematian dan Kakang Rembulan ⁕


Aku bersumpah akan membunuh pria alim itu. Sok alim, lebih tepatnya.

Entah berapa wanita yang sudah ia jamah dengan tangan kapalannya. Mungkin Seratus, sepuluh, atau satu—hanya aku. Namun aku sangsi untuk yang terakhir. Dengan pengikut mencapai seribuan dan semuanya membabi buta, rasa-rasanya ada sekitar seratusan wanita yang mau-mau saja ia jamah dengan alasan penyucian melalui tangan titisan dewa.

Tapi, bagaimana caranya?

Di dunia serba kelabu ini—bangunan-bangunan kelabu, pakaian semburat abu kelabu, langit mendung kelabu, hingga mata-mata yang meredup kelabu—hanya pemerintah yang berhak memutuskan siapa yang mendapat ketukan tukang jagal di pintunya hari ini—salah satu program mengatasi overpopulasi versi mereka. Kebetulan, tetanggaku yang masih muda, sedang cantik-cantiknya, dan baru saja menikah, malah kejatuhan tanggal eksekusi di Rabu yang disinari mentari kelabu.

Kala si suami meraung-raung meminta agar hukumannya ditujukan pada orang lain saja, seorang pemulung yang akhir-akhir ini mengobok-obok tempat sampah mereka, misalnya, Tukang Jagal mengeluarkan sebendel riwayat hidup si istri.

"Istri Anda pernah dijamah oleh Kakang Rembulan. Laporan tidak menyebutnya pemerkosaan karena ini persetujuan dua arah. Ia pernah hamil dan menggugurkannya, tepat satu bulan sebelum Anda melamarnya. Tiga tahun yang lalu, pada tanggal 12 April, istri Andalah yang menghilangkan dua ratus juta rupiah Anda dan menuduhkannya pada ibu Anda, yang kini sudah mendiang." Tukang Jagal menyebut sederet catatan hitam, hal yang biasa ia lakukan pada keluarga atau pasangan Calon Mati untuk meringankan rasa keberatan mereka.

Aku bersumpah, bisa kulihat sisa-sisa sinar di mata si suami redup. Tangisannya tidak berhenti, melainkan makin deras pada bagian ibunya yang terfitnah.

"Kalau begitu bawa saja ia!" serunya. "Demi Tuhan, gara-gara fitnah itu aku menolak memakamkan ibuku! Dasar wanita jalang!"

Sehingga, ketika si istri menjerit-jerit meminta pertolongan, tak ada yang sudi, bahkan sesama anggota Persaudaraan Rembulan, termasuk diriku. Kami menatap datar padanya yang diseret masuk ke mobil tahanan, siap untuk meninggalkan dunia dalam hitungan beberapa jam.

Semalaman itu aku mesti menghibur si suami. Meski, pada akhirnya, dia sempat berkata, "Harusnya aku lamar saja dirimu, Kin."

Ucapan pria itu membuatku teringat kembali pada Kakang Rembulan yang hampir memerkosaku tempo hari. Bagaimana pun, jika tetanggaku ini menikahiku, kemungkinan besar kami tak perlu mengalami nasib yang tragis.

Usai ia mengucapkan penyesalan itu, kutinggalkan dia berlarut-larut dalam duka yang takkan berujung. Aku mesti mengurus urusanku sendiri. Bagaimana caranya membunuh Kakang Rembulan, "tuhan" dari Persaudaraan Rembulan yang sempat menjadi cahaya kuning bagiku di dunia serba kelabu ini?

Sempat aku terbengong-bengong kala melangkah pulang ke rumahku, saat sandalku menginjak selembar kertas di tanah. Bergegas aku mengambil, sebab ketahuan membuang sampah akan dihukum potong jari. Namun, saat mengambilnya, kusadari itu bukan selembar kertas biasa.

Itu jadwal kematian seseorang esok hari. Kemungkinan besar jatuh dari tas Tukang Jagal saat mengeluarkan bendelan tadi. Kubaca, dan mataku membeliak.

Esok waktunya Kakang Rembulan mati.

Rasanya seperti ada entitas yang lebih hebat daripada Kakang Rembulan dan Tuan Presiden, yang telah memberi petunjuk kepadaku. Mungkin Angin yang Mulia karena telah menerbangkan kertas ini dari tas Tukang Jagal, atau Pengendali Semesta karena telah menghendaki kertas ini kupungut.

Jika kertas ini hilang dari genggaman Tukang Jagal ... apakah itu berarti aku boleh menggantikan perannya?

Toh, besok adalah waktunya Kakang Rembulan mati, mau tidak mau, kan? Jadi ... mati di tangan siapapun harusnya bukan masalah!

Api membakar semangatku usai menyadari ini. Segera kubuat berbagai rencana pembunuhan yang bisa dilakukan seorang wanita berusia 22 tahun, dan bisa dipersiapkan dalam satu malam saja.

Kebetulan, besok waktunya Hari Berdoa.

+ + +

Para anggota Persaudaraan Rembulan biasa berkumpul untuk doa bersama yang dipanjatkan kepada Sang Matahari pada hari tertentu. Doa bersama berlangsung sesiangan hingga mereka jadi kehausan dan kelaparan, kemudian pada saat itulah Kakang Rembulan mendatangkan makanan dan minuman. Sederhananya, ini skema bagaimana Kakang Rembulan membuat dirinya tampak ilahiah di masa-masa represif Tuan Presiden. Skema yang mengizinkan Kakang Rembulan untuk mewujudkan fantasi liar dengan begitu licik.

Namun, sejujurnya aku—atau kami, tepatnya, walau orang-orang pasrah dan bodoh saja—tidak membutuhkan manipulasi di bawah manipulasi. Karena itulah, ketika orang-orang berkumpul di kuil, aku menyelinap melalui pintu belakang. Aku sudah didepak dari Persaudaraan Rembulan, omong-omong, karena berusaha melaporkan pelecehan Kakang Rembulan.

Ketika pria berambut disemir putih itu tengah mengangkat tangan, dan orang-orang memimpin doa, aku pun melompat ke belakangnya.

Segalanya terjadi begitu cepat. Orang-orang berteriak, dan Kakang Rembulan spontan berputar menatapku. Kedua matanya nyalang kala menyadari pisau dapur yang kupegang. Tak ingin memberinya waktu bereaksi, segera kuhunjam pisau ke dadanya, lalu lehernya, lalu segala titik secara membabi buta, yang penting dia tidak hidup lagi.

Ketika orang-orang berusaha menarikku, Kakang Rembulan terlanjur sekarat dengan darah bermuncratan. Aku tertawa, dan kuacungkan selembar kertas kematian yang biasa dipamerkan Tukang Jagal sebelum mencabut nyawa orang.

Orang-orang mematung. Tidak mungkin ada yang mampu membuat tiruan cetak kertas itu, maka sudah pasti ang kuacungkan adalah yang asli. Ini membuat tawaku kian kencang. Dengan hidup penuh aturan dan manipulasi ini, ternyata aku masih bisa membela diriku!

Kakang Rembulan mati! Dengan selembar kertas di tangan, aku berhasil mengakhirinya!


+ + +

Prompt: Akhiri cerita kalian hari ini dengan kalimat, "Dengan selembar kertas di tangan, aku berhasil mengakhirinya."

Note: Kembali dengan edisi capek traveling hari ini jadi endingnya terburu-buru ... aslinya si Tukang Jagal datang lagi hiks. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro