Pia terlihat seperti seekor kucing hitam biasa. Usianya satu bulan saat Lila menemukannya di gorong-gorong dalam keadaan menggigil dan basah kuyup; tanpa induk, juga saudara.

Pia adalah kucing pemilih. Ia tak suka ikan, daging, maupun susu. Bahkan, dry food dan wet food—yang harganya jauh lebih mahal daripada makanan Lila sehari-hari—pun ia tak doyan. Lila sampai pusing dibuatnya. Selama dua bulan dia mengadopsi Pia, tak pernah dia melihat kucing itu makan ataupun minum.

Jangan tanya seberapa khawatirnya Lila. Dia ingin membawa Pia ke dokter hewan, tetapi desa yang dikelilingi hutan ini tak punya dokter. Terlebih, kucing adalah hewan tabu di sini.

Mulanya, Lila tak mengerti mengenai pantangan tersebut. Hingga suatu hari, jari Lila terluka ketika ia memasak.

Pia mengeong. Kucing itu tahu-tahu melompat ke meja dapur. Ia mengendus jari telunjuk Lila yang mengalir darah, lalu menjilat-jilatnya dan ....

"Aw!" Lila menjerit.

Pia menggigit jarinya yang terluka. Jeritan Lila bertambah kencang tatkala menyadari jari telunjuknya raib setengah, menyisa daging dan darah yang mengalir deras, sementara Pia tampak mengunyah sesuatu.

Tubuh Lila bergetar hebat, menatap horor jari telunjuknya yang tinggal setengah seperti habis digigit.

Pia mengeong, lalu sedetik kemudian, wujudnya berubah menjadi pemuda bersetelan hitam.

"Oh, Nona! Terima kasih karena sudah memungut iblis buangan ini!" Ia menyeringai.