87 • Permainan Pertempuran [flash fic]
Entre tak peduli dengan goresan demi goresan yang mengenai serta melukai wajahnya, kendati menimbulkan luka yang cukup dalam. Ia tetap merangsek maju, dengan senapan laras panjang di tangan. Entre bersiap menarik pelatuk, serta mengarahkan moncong senapan pada menara setinggi lima meter di hadapan. Kedua netranya menyipit, membentuk garis lurus. Tepat dugaannya. Orang itu ada di sana. Maka dengan cepat ia merangsek lagi, melompat, lalu menarik pelatuk ke arah yang dituju.
Bunyi dentuman menggema. Sebelum dirinya ketahuan, ia beringsut mundur, kembali berlindung di belakang salah satu pilar yang masih berdiri kokoh. Kepalanya melongok sedikit, lalu kembali memalingkan wajah saat cahaya merah terarah padanya.
"Gawat! FRUE, CEPAT!" teriaknya, berharap gadis berpedang kembar menyambar telapak tangannya. Entre menggigit bibir bagian bawahnya. Ia belum siap untuk kalah.
"ENTRE! RAIH TANGANKU!"
Entre spontan mendongak, mendapati gadis berkucir kuda memelesat ke bawah—seakan jatuh dari langit—sambil mengulurkan tangan. Kesempatan!
"Moe!" Entre mengacungkan tangan kirinya dan kedua tangan mereka saling menyentuh, lalu Entre menangkap tubuh Moe. Tanpa menunggu lama, dengan sigap Moe merangsek ke depan. Gadis pengguna belati ganda itu menggenggam satu belati perak, sementara belati lainnya yang berwarna keemasan tersampir di pinggang kiri.
"Kali ini kau yang akan kalah, Amiric!" kata Moe yakin.
Orang yang berdiri di atas menara yang setengah hancur menyeringai. Tangan kirinya mengibas ke belakang, lalu muncullah tombak-tombak berukuran nyaris dua meter dari pusara di belakang punggungnya. "Kalau begitu, buktikan kata-katamu, Moesialan!"
Tombak-tombak itu memelesat cepat ke arah Moe dan pilar tempat Entre bersembunyi. Moe bergerak cepat, menghindari tombak-tombak dengan melompat pada reruntuhan serta bongkahan batu besar. Meski satu-dua tombak sempat melukai beberapa bagian tubuhnya dan merobek jubah biru gelap yang dikenakannya, sama seperti Entre, Moe tak memedulikan luka-luka kecil itu.
Satu tangannya yang kosong meraih belati keemasan, lalu mulai menangkis tombak-tombak yang berdatangan. Gerakannya begitu cepat, seakan penonton hanya melihat percikan cahaya. Tahu-tahu, tombak-tombak itu terbelah atau terpelanting. Tinggal lima meter jarak Moe dengan menara. Namun, Amiric menebalkan pertahanan dengan memunculkan puluhan—bahkan, ratusan—tombak lagi. Moe segera berhenti, tetapi sudah terlambat. Amiric telanjur meluncurkan tombak-tombaknya.
Moe baru hendak menangkis serangan mematikan itu ketika sesuatu yang besar seperti tameng menghalangi tombak-tombak dan melindungi seluruh tubuhnya sempurna. Mata Moe spontan membulat, lalu ber- yes! dalam hati. Oullien benar-benar datang di saat yang tepat.
Benar saja, gadis berambut pendek sebahu dengan poni disisir ke belakang mendarat di sebelah kirinya sambil mengemut permen. Ia melirik Moe, serta tersenyum penuh kemenangan. "Kawli inwi kwau yang hwarus berterwima kaswih padwaku," ucapnya di sela-sela emutan permen.
Moe menggulir bola matanya. "Baiklah, baiklah. Terima kasih—"
Suara dentuman terdengar lagi. Keduanya spontan menoleh. Kali ini bukan serangan mereka atau Amiric-lah penyebabnya. Pandangan keduanya tertuju pada kepulan asap di atas mereka. Dilihat sekilas pun sudah tahu. Gowey sudah datang dan sedang berkolaborasi dengan Entre. Si gadis meriam melompat ke bawah dengan cepat setelah menumpu meriam merahnya di pundak kanan.
Entre juga muncul di samping Moe. Mereka berempat berkumpul dalam satu formasi lengkap— oh, tunggu. Tidak ada Frue.
"Frue ada di depan, menyerang Amiric," celetuk Gowey yang seakan mengerti pikiran Moe. Sekarang ia mengerti. Gowey dan Entre hanya pengalih. Penyerang utama tetaplah Frue. Strategi yang bagus dari Oullien. Ia kira satu-satunya defend dalam tim mereka hanya asyik memakan permen saja.
Oullien menghilangkan tamengnya. Pusara besar sudah tak terlihat lagi. Sementara tubuh Amiric terbujur kaku dengan dua sayatan pedang melintang di perutnya. Frue dahululah yang bersorak, menyadarkan empat anggota tim lainnya nan diam membisu melihat kondisi Amiric.
"KITA MENANG!"
• • •
21 Oktober 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro