Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

62 • Little Love [flash fic]

Ini mata kuliah terakhir dan aku ingin cepat-cepat pulang. Entah sudah berapa kali aku bertopang dagu sambil sesekali menguap dengan mata terkantuk-kantuk.

" Psst, Dit! Dita!"
Sikutan di lengan dan bisikan seseorang membuatku tersentak. "Hah apa?"

Begitu aku sadar sepenuhnya, Andin—teman satu jurusanku—ternyata tengah bersedekap dengan tangan kiri menenteng tas.

"Kelas udah selesai. Lo masih mau di sini?"

"Hah? Udah selesai?" Aku langsung celingak-celinguk. Kelas sudah mulai sepi. Dosen yang tadi mengajar juga sudah enggak ada.

"Udah, lima menit lalu," kata Andin. "Dari tadi gue ngeliat lo merem mulu. Ngantuk?"

Aku mengangguk sembari merapikan buku di meja ke tas. "Semalem gue nemenin si kunyuk Kriyo nonton bola," jawabku lalu bangkit berdiri. Kami berjalan beriringan ke luar kelas.

"Kriyo?" Andin menghentikan langkah begitu sampai di depan gerbang kampus.

Aku menepuk jidat.  "Kiran maksudnya."

"Ohh, iya-iya. Panggilan kesayangan Kak Kiran ya, eh, suami." Cengiran Andin membuatku pengin menabok dia. Demen banget kayaknya menggoda aku.

Aku memang sudah menikah dengan Kiran—mantan kating super ngeselin yang sekarang sudah lulus—enam bulan lalu, di umur dua puluh satu. Kadang Andin heran kenapa kami bersatu, padahal sebelumnya kayak Tom & Jerry.

"Diem, ah. Itu bukan panggilan sayang, tau!"

"Lho, terus apa?"

"Ledekan. Rambutnya, kan, kribo. Jadi gue panggil aja Kriyo." Aku menjelaskan dengan jengkel.

Andin langsung ketawa ngakak. Tawanya enggak berhenti sebelum abang ojol memanggil namaku. Aku cepat-cepat naik dan menjulurkan lidah pada Andin sebelum pulang. "Wee!"

Sampai di rumah, aku melihat si kunyuk Kriyo sedang duduk selonjoran di sofa. Dia langsung menoleh.

"Kriyo, udah pulang?" tanyaku sambil menghampirinya.

"Hari ini enggak lembur, jadi pulang cepat," jawabnya. "Adik kok loyo?"

Aku mengabaikan pertanyaannya. Tubuhku langsung kuhempaskan ke sofa.

"Dikyo jelek!"

Aku langsung melotot mendengar ledekannya. "Apa, sih, kunyuk?!"

Jangan heran dengan percakapan sepasang suami-istri ini. Aku memang kerap memanggil Kriyo dengan sebutan kunyuk. Begitu juga dia yang kadang meledekku macam-macam. Interaksi kami enggak berubah sejak dulu. Toh, dia enggak masalah, jadi aku enggak dicap sebagai istri kurang ajar. Beda urusan kalau di depan Bunda dan Mama Mertua.

"Jawab dong."

"Aku ngantuk banget tadi di kelas sampe enggak nyadar udah pulang," jawabku pada akhirnya.

"Oh, ya salah sendiri."

Ini kunyuk satu!

"Gara-gara siapa ya, semalem aku tidur jam tiga?" sindirku dengan lirikan sinis.

Kriyo malah cengengesan lalu dia berkata, "Ya udah deh, mau aku bikin Dikyo enggak ngantuk lagi?"

"Gim—"

Perkataanku terputus begitu bibirku merasakan sesuatu yang lembut dan kenyal. Wajah Kriyo terlihat sangat dekat. Matanya terpejam. Sejenak aku lupa bernapas, baru menyadari bibir Kriyo menempel di bibirku. Lumatannya bertambah intens kala dia meraih tanganku dan menggenggamnya erat.

Ah, aku terlalu kaget untuk berontak. Mataku yang semula kantuk jadi segar kembali. Aku ingin mendorongnya, tapi enggak sanggup. Jantungku berdebar-debar tak keruan.

Baru ketika aku memejamkan mata, rasa geli dan sesuatu lain yang enggak kumengerti seakan menggelitik perutku. Sebelum aku makin kehabisan napas, dia mengakhiri ciumannya dengan kecupan singkat di pipi kiriku.

"Makasih ya, udah nemenin aku nonton bola semalem." Kriyo tersenyum manis, yang entah kenapa terlihat menggoda—duh, sadar, Dita!

"Sekarang udah enggak ngantuk lagi, kan?"

"Kriyo!" Aku memelototinya. "Tapi enggak gini juga caranya! Dasar nyebelin!"

"Ya, tapi kamu suka, kan?"

Aku mengambil bantal sofa dan menenggelamkan kepalaku dalam-dalam.
Enggak dimungkiri, aku ... aku memang menikmati ciumannya yang lembut itu.

• • •

7 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro