57 • Terbangun [flash fic]
Kamu terbangun dari tidur dengan napas terengah-engah. Entah apa yang kamu impikan sebelumnya sampai membuatmu gelisah seperti ini. Kamu melirik jam dinding. Masih pukul satu dini hari. Tersisa lima jam lagi sebelum matahari terbit, tetapi kelopak matamu tidak kunjung terpejam.
Mungkin pikiranmu masih terbayang-bayang akan mimpi yang kamu alami sebelumnya. Apa rasanya seram? Atau melelahkan? Atau malah menegangkan?
Yang pasti, kamu tidak dapat tertidur dengan tenang.
Kamu mengambil ponsel di nakas di samping ranjangmu, menyambungkannya ke _headphone_, lalu menyetel sebuah lagu _mellow_ yang membuatmu ikut bersenandung pelan. Kamu memejamkan mata guna mempertajam pendengaran. Kepalamu terangguk-angguk mengikuti alunan musik.
Tak peduli dengan waktu, dua jam berlalu dan kamu masih bersenandung. Sesekali kamu melirik langit berwarna biru keunguan nan cantik lewat jendela besar di kamarmu. Lampu tidur layaknya jamur yang bersinar terang benderang menjadi satu-satunya pencahayaanmu. Sinar rembulan bahkan tak lagi bisa menembus kamarmu.
Kamu akhirnya membuka kelopak mata. Sudah pukul tiga. Lewat setengah jam dari waktu yang diperkirakan, namun tak apa. Kamu langsung mematikan musik dan melepaskan _headphone_ yang kamu pakai lantas beranjak dari ranjang.
Kakimu yang tak mengenakan alas bersentuhan langsung dengan lantai nan dingin.
Detik-detik menjelang jarum jam panjang berhenti di angka dua belas, kamu membuka kosen jendela. Di seberang gedung apartemenmu, siluet seseorang tertangkap matamu. Jubah putih yang menutupi hampir seluruh tubuhnya berkibar mengikuti arah angin. Tudung yang menutupi kepala dan sebagian wajahnya tersibak. Sekarang, kamu bisa melihat jelas siapa orang itu.
Senyummu seketika terbit. Kamu melambaikan tangan pada sosok itu. Bibirmu mengucap tanpa suara. Sosok itu menangkap isyaratmu. Dia segera menghampirimu. Lompatannya lebarnya mampu melangkahi gedung berjarak lima belas meter. Gerakannya gesit, seperti ninja atau orang terlatih yang bisa parkour.
Begitu dia sampai di hadapanmu, dia mengulurkan tangan. Kamu menerimanya tanpa berpikir dua kali.
"Ayo pergi," katanya dengan senyum tulus, "sebelum mereka menyadarinya dan menangkap kita."
Kamu termangu sesaat lantas ikut tersenyum dan berbisik, "Ya, ayo ... Kakak!"
• • •
24 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro