"Ges, kalian tahu enggak apa yang sempurna? Libur dari tugas, enggak mikirin beban hidup, rebahan sambil nonton tv dan ngemil. Surga duniaaa!" kata seorang perempuan yang kerap dipanggil Acelin—bukan nama aslinya, melainkan nama salah satu anaknya (baca: OC). Entah kenapa kedua temannya memanggil dengan nama itu, padahal masih banyak anak yang lain.

"Iya sih, sempurna. Tapi mana mungkin kita bisa nyantai dan libur dari tugas," balas teman Acelin yang dipanggil Tuna sambil menghindari tebasan kuku tajam monster.

"Yailah, ngayal aja dulu." Acelin rolling eyes. Light saber yang digenggamnya diayunkan untuk menebas monster-monster menyebalkan.

Teman Acelin yang sedari tadi diam, ikut menimpali, "Mana sempat, keburu mokad."

"Heh," kata Acelin dan Tuna bersamaan. "Dasar sesad."

"Itulah aku." Perempuan paling absurd di antara ketiganya. Sering dipanggil Sesad karena dia memang sesad.

"Tapi bener kata Tuna, Acelin. Jangan kebanyakan ngayal. Kita anggota pembasmi inti. Sehari libur aja jarang pake banget."

Acelin dan Tuna menoleh serempak, sejenak mengabaikan monster-monster yang hendak menikam. "Tumben bener."

"Woiya do—ACELIN AWAS!" Tiba-tiba Sesad memekik panik.

Acelin yang tak sempat menghindar tikaman monster tertusuk dada kirinya. Namun, dia tak merasakan sakit sama sekali. Kelopak matanya tertutup sekilas, lalu terbuka lagi.

Begitu bangun, Acelin mendapati plafon kamarnya yang berhias sarang laba-laba. Tangannya meraba-raba sekitar. Dia ada di atas kasur berselimut.

"Haih, cuma mimpi lagi ternyata," gumam Acelin, "kayaknya bener kata Sesad. Enggak boleh kebanyakan ngayal," pikirnya karena mendapati mimpi yang berulang.

Acelin melirik jam dinding, lalu bangkit dan bergegas menuju markas pusat pembasmi monster.

• • •

24 April 2021