Kupandangi sebuah pigura yang terpajang rapi di lemari kaca. Dalam pigura tersebut, dua ekor serigala tersenyum bahagia, saling menyentuh dan berbagi kasih satu sama lain. Di sebelah kanan, terdapat serigala betina berbulu putih. Sementara di sampingnya, seekor serigala jantan berbulu abu tersenyum lebih lebar.

Ah, bukankah mereka begitu romantis?

Sang Alpha melindungi luna-nya sepenuh hati dan sang Luna merasakan hangatnya kasih sayang dari mate-nya. Werewolf mana yang tidak menginginkan hal demikian saat melihatnya?

"Ellie, sedang apa kau?"

Aku tersentak begitu suara cempreng Trish terdengar.   Buru-buru aku membalikkan badan dan menyembunyikan pigura itu di belakang punggungku.

"Ada apa, Trish?" tanyaku dengan suara rendah.

"Aku memanggilmu sedari tadi, tetapi kau tidak kunjung menyahut." Trish berkacak pinggang. Gadis belia itu berdecih. Tatkala lirikan tajamnya terarah pada lemari kaca di belakangku, ia terkekeh sinis. "Apa yang kau lihat? Foto saat kau bersama Sweven?"

Aku bungkam. Hatiku bergejolak pedih kala Trish menyebutkan sebuah nama—Sweven.

"ELLIE!" Trish berteriak di depan wajahku.

Astaga! Dia tidak sopan sekali! Padahal dia hanya seorang omega.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan, Ellie," Trish mendesis, "Aku tidak punya kewajiban untuk menghormatimu lagi. Kau sudah bukan luna, ingat?"

Aku bungkam. Ya, ya. Aku tahu itu. Seharusnya aku sudah bisa menerima keadaan ini.

"Cepatlah. Jangan terus memandangi fotomu dan Sweven. Itu takkan membuat Sweven-mu— alpha kita—kembali."