Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Reuni Mantan (Part 2)

Cerita ini ditulis untuk mengikuti audisi online theWWG dengan menggunakan teknik Hybrid Multiple POV yang diciptakan oleh kak NisaAtfiatmico.

Teknik Hybrid Multiple POV adalah sudut pandang orang pertama dari dua tokoh yang berbeda secara bersamaan dalam suatu cerita. Teknik ini mengharuskan pergantian POV disetiap alinea.

Didalam cerita ini :
Alinea 1 POV Rafy (Aku)
Alinea 2 POV Nindy (Gue)
dst

-----Reuni Mantan-----

Acara reuni sudah dimulai sejak tadi. Dimulai dari sambutan ketua panitia reuni angkatan 50, cerita para guru tentang angkatan kami, ketua osis angkatan 50 yang bercerita tentang kilas balik masa SMA dulu, diselingi dengan penampilan band, solo vokal, dan sebagainya. Sampai acara inti sudah selesai dan sekarang hanya tinggal tambahan dari alumni yang mau tampil, Nindy tetap saja belum mau menyapaku. Mungkinkah Dia masih marah? Entahlah, diantara mantannya yang lain hanya Aku yang Nindy anggap sebagai musuh. Aku harus bisa bicara dengan Nindy meluruskan kejadian masa lalu meskipun nantinya tidak akrab setidaknya jangan sampai jadi musuh.

Aldo, Risman dan Nino, mereka udah ada di belakang panggung mau ikut tampil di acara tambahan katanya mau nge band gitulah. Kalau Dirga dan Nisa jalan-jalan di sekitar sekolah sekalian keliling ke stand bazar yang udah disediakan khusus untuk reuni angkatan. Gue gak tau Dirga pake pelet apaan sampai Nisa bisa langsung akrab aja, tapi bukan itu masalahnya. Sekarang masalahnya itu di meja bundar ini cuma ada Gue dan Rafy yang dari tadi lihat ke arah gue terus.

Ini saatnya Aku untuk berbicara dengan Nindy. Tentang masalah kami dulu yang belum terselesaikan.

"Hallo semuanya! Gue Aldo, yang megang bass itu Risman, yang ada di belakang drum Nino," Aldo yang pertama kali membuka penampilan mereka yang banyak dijawab sama penonton kalau mereka itu udah tau tanpa harus perkenalan lagi, "ya, siapa tau ada yang lupa sama kita. Ok, sekarang gue mau nyanyiin lagu-lagu buat kalian. Dengerin dan resapin ya. Semoga gak bosen kalau gue bawain 10 lagu."

Terdengar Aldo menyanyikan lagu yang Aku tidak tau judul lagunya dan penyanyinya tapi ada sepenggal liriknya seperti ini,
Mana janji manismu
Mencintaiku sampai mati
Kini engkau pun pergi
Saat ku terpuruk sendiri
Akulah sang mantan
Akulah sang mantan

"Ini, Aldo nyindir gue bukan, sih? Iya, gue mantannya tapi gue kan gak pernah janjiin apa apa sama dia. Dulu kan udah ada perjanjian secara lisan kalau kita damai, harusnya kan udah gak ada musuhan sama sindiran lagi."

"Mantan kekasih Aldo itu bukan hanya kamu. Bisa saja Aldo hanya sekedar bernyanyi untuk menghibur tanpa ada niatan menyindir. Kamu cukup berpikir positif, ya?"

Kayaknya gue kenal suara yang ada di samping kanan. Gue nengok dan ternyata tadi Rafy yang ngomong. Sejak kapan Dia di samping Gue? Tadi kan berhadapan, kok sampai gak sadar ya udah ada dia di samping Gue? Gue cengo, bingung harus ngomong apa. Ini bibir kayak udah di lem aja susah banget digerakin, balesan Gue cuma kayak deheman orang lagi sakit tenggorokan, saking kagetnya mantan terindah gue nyapa. Berkuranglah move on yang udah 98% jadi 80%.

"Maaf, bisa kita berbicara sebentar? Ada hal yang perlu Aku bicarakan denganmu," Aku tertawa dalam hati melihat Nindy hanya diam dengan kebingungannya. Ekspresi Dia bertemu denganku itu sangat lucu. Aduh, mengapa Aku jadi memperhatikan ekspresinya. Aku harus fokus dengan tujuanku untuk berbicara dengannya.

"Ah, oh iya silahkan," Alumni terbaik di hati gue mau ngomong apa, ya? Apa mau ngajak reuni hati, gitu? Aduh, kenapa bahasa gue jadi ikutan formal gini, ya? Ini jantung seperti lagi marathon dan perut seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Oh mantan terindah, move on berkurang lagi jadi 70%.

"Kita bicara di taman. Di sini berisik. Ayo," Aku menggenggam tangannya dan berjalan menuju taman. Nindy hanya diam dan mengkuti langkahku.

Dia genggam tangan gue. Move on berkurang lagi jadi 60%. Waktu kita udah duduk di bangku taman gengaman Rafy terlepas dan gue ngerasa kehilangan.

"Mengapa sampai saat ini kamu tak mau berdamai denganku? Seperti kepada mantanmu yang lain," Aku langsung bertanya langsung ke intinya.

"Gak juga. Biasa aja kok, gue nggak pernah anggap lo musuh. Kenapa lo nanya itu?" Gue emang gak pernah anggap Rafy musuh kok seriusan. Cuma ya gitu, sampai saat ini Gue masih sakit hati sama Dia. Gue cuma canggung aja sih, gak nganggap musuh.

"Sikapmu saat dengan mantanmu yang lain, berbeda seratus delapan puluh derajat saat denganku. Apa kamu marah karena dulu aku memutuskan hubungan kita?"

Pertanyaannya sangat bodoh. Pengen banget maki Dia, tapi gue malah diem. Dulu kita putus saat kelulusan, Dia bilang mau pindah ke Yogyakarta gak mau kalau LDR-an. Seminggu berlalu putus, gue lihat Dia jalan sama cewek lain. Gue langsung labrak saat itu juga. Artinya dia mutusin gue karena ada orang ke tiga? Gue gak terima dibohongin.

"Dulu kamu marah kepadaku karena aku telah membohongimu tentang alasan kita putus dan menganggap Rifda adalah orang ke tiga dalam hubungan kita. Kamu salah paham saat itu. Aku memutuskan hubungan kita bukan karena orang ke tiga seperti dugaanmu. Hanya saja Aku tau bahwa hubungan kita dulu tak bisa diteruskan..." Aku menjeda kalimat, sedang memilih kalimat yang tepat untuk menceritakan yang sebenarnya.

"Kenapa?" Rafy malah menggantung kalimatnya dan Gue udah penasaran banget.

"Kamu tahu sebenarnya keluargaku tak sebagus yang orang lain bayangkan. Banyak orang menganggap keluargaku tampak sempurna dengan materi dan keharmonisan yang diperlihatkan. Tapi, kenyataannya tidak. Di dalam keluargaku sangat mengikuti aturan dari nenek moyang. Alasanku menggunakan bahasa formal yang terdengar kaku di kalangan anak muda, itu karena aturan keluarga. Untuk sekadar tertawa lepas bersama sahabat pun Aku tak bisa. Sejak kecil aku sudah dididik tentang aturan, tata krama, bahasa, disiplin, tanggung jawab dan sebagainya. Didikan itu membuatku sebagai pribadi yang kaku dan kolot. Termasuk untuk urusan pasangan hidup pun orang tuaku yang menentukan. Rifda memang orang yang dijodohkan denganku. Ini bukan salahnya. Ini hanya tentang Aku yang harus mengikuti apa yang sudah orang tuaku tentukan."

"Lo nerima keputusan itu? Apa lo gak mau berontak, gitu? Terkadang untuk kebahagiaan sendiri, kita harus egois, Fy." Padahal gue lihat keluarganya kayak harmonis tidak terlihat selalu mengekang. Ternyata benar jangan hanya menilai buku dari sampulnya.

"Bagaimana pun mereka tetap orang tuaku. Tanpa mereka, Aku bukanlah apa-apa. Tidak ada salahnya menerima keputusan itu yang paling penting jangan sampai keturunanku nanti merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Hanya saja Aku harus tetap menerimanya." Ini memang sudah seperti suatu konsekuensi terlahir di keluarga Aditya. Aku tak bisa menghindarinya.

"Lo, masih cinta kan sama gue? Apa lo gak mau berjuang? Gue disini masih cinta sama lo." Ini gue ngomong apaan sih. Ya ampun, tadi gue secara gak langsung ngajak dia balikan? Bodoh Nindy!

"Sayangnya tidak. Rasa cintaku padamu itu hanya sebuah kepingan masa lalu. Aku sangat mencintai Rifda. Dia yang selalu ada untukku bahkan saat terpuruk sekalipun. Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya. Cinta bisa hadir karena terbiasa, bukan?" Aku memang mencintai Rifda, tunanganku. Hari ini, besok, lusa, dan selamanya.

Gue tertawa hambar, "ha ha ha, gue kira lo, sang alumni terbaik di hati gue, mau ngajak reuni. Ternyata salah, gue terlalu berharap."

"Banyak orang bilang mantan itu sama seperti sekolahan. Semakin bagus saat ditinggalkan. Tapi mereka melupakan satu hal dan itu definisi mantan menurutku. Saat kita sudah lulus sekolah status kita adalah alumni. Sebagus apapun sekolah ketika kita sudah lulus, tetap saja kita hanya sekedar alumni, tidak bisa menjadi siswa lagi. Kalaupun ke sekolah, itu hanya sekedar untuk reuni, bertemu sebentar, dan mengenang kisah masa lalu yang tak mungkin terulang kembali. Kamu mengerti maksudku?"

Gue ngangguk. Gue ngerti maksud analogi Rafy. Memang benar mantan itu seperti sekolahan semakin bagus ketika ditinggalkan. Namun, ketika sudah lulus kita hanya sekedar alumni. Nggak mungkin jadi siswa lagi. Artinya mau gue berubah sekalipun, bertambah cantik sekalipun, tetap aja gak bisa mengubah status kita yang udah jadi mantan.

"Aku minta maaf tentang kesalahanku di masa lalu. Maaf dulu Aku tak sempat menjelaskan apapun dan terimakasih karena dulu kamu mau menerimaku serta memberi warna dihidupku. Kamu mau kan memaafkanku?" Aku mengulurkan jari kelingking, tanda berjanji untuk damai.

Gue inget saat dulu dia nembak pake coklat yang di bungkus kertas yang tulisannya pernyataan cinta. Gue inget saat dulu bercanda sama dia, tertawa sama dia, ngelawak walaupun ujungnya cuma dia bales senyum simpul. Gue inget saat dulu ngedate di cafe tapi Dia cuma fokus sama buku. Gue inget tentang kita dulu, tapi itu udah berlalu. Sekarang gue harus melangkah tanpa terjebak di masa lalu. Gue senyum dan mengaitkan jari kelingking ini di jari kelingkingnnya, "gue maafin, dan kita damai."

"Aku harap kita bisa berteman. Tak ada lagi yang menjanggal diantara kita. Aku pamit, ya. Sampai jumpa," akhirnya masalahku dengan Nindy sudah selesai. Aku harap Dia bisa menerima keputusanku.

Rafy udah jauh melangakah ninggalin gue. Mungkin ini karma karena dulu selalu nyakitin cowok. Gue ngerasain sakit hati lagi kayak dulu waktu dia bilang putus. Terimakasih Rafy karena lo, gue jadi ngerasain sakit hati yang kedua kalinya oleh orang yang sama. Asalkan kalian tau move on gue sekarang jadi 0%. Huaaaaa!!!! Gue gagal move on.

-----End-----

Motivasiku ingin masuk grup kepenulisan theWWG itu karena ingin bisa belajar tentang kepenulisan. Tulisanku masih jauh dari kata bagus. EYD berantakan, masih ada typo, belum lagi kesalahan lain yang belum aku tau. Untuk itu aku ingin ikut grup kepenulisan ini😊.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro