Shift
"Ma, masa aku punya dua pacar? Mama pasti tahu siapa pacar aku yang asli. Iya kan? Ya kali Ma, aku selingkuh. Pasti udah dijewer sama Mama."
Ibu Soonyoung hanya tersenyum mendengar anaknya mendadak berisik ketika dua gadis yang mengaku sebagai pacarnya sudah pulang. Untuk hari ini mereka hanya bisa menjenguk sebentar karena tidak ingin menambah beban pikiran Soonyoung. Pertemuan pertama tidak perlu berlama-lama agar tidak memaksa otak Soonyoung untuk bekerja terlalu keras.
"Iya, Mama tahu. Tapi itu jadi urusan kalian bertiga. Mama enggak mau ikut campur."
"Kok gitu? Mama gak suka sama pacar aku? Aku pacarannya backstreet?"
"Siapa bilang Mama gak suka? Malah kamu udah ada rencana buat melamar dia. Dan Mama juga setuju. Apalagi Papa."
"Terus kok Mama gak mau kasih tahu? Ah Mama." Wajah kesal Soonyoung membuat ibunya tertawa kecil.
"Biarkan perasaanmu yang menjawab, Youngie. Mama gak mau kamu maksa buat mengingat siapa pacar kamu. Nanti Mama gak ijinin mereka buat datang ke sini lagi. Biar Seungkwan dan Jihoon aja yang jadi perawat kamu nanti."
Ancaman maut dari ibunya membuat Soonyoung melunak. Seungkwan dan Jihoon? Merawat Soonyoung? Bisa rusuh satu rumah sakit karena ulah mereka.
***
"Kau..."
"Myeongi."
"Ah iya, Myeongi. Maaf."
Myeongi membuka plastic warp yang membungkus mangkok bubur dan sup, kemudian memindahkan beberapa potong daging dan sayur ke dalam mangkok bubur.
"Makan sendiri atau...?"
Soonyoung tersenyum kecil. "Tolong ya."
Myeongi mendekatkan kursinya pada kasur Soonyoung, kemudian mulai mengaduk kecil dan menyendokkan buburnya; mendekatkan tangan serta sendok ke mulut Soonyoung yang terbuka lebar.
"Kita sudah berpacaran berapa lama?"
"Habiskan dulu makanan di mulutmu."
Astaga. Masa iya Soonyoung punya pacar yang dingin seperti itu. Rasanya tidak cocok dengan sifat Soonyoung yang hiperaktif.
Buru-buru Soonyoung menelan bubur hambar yang menjadi sarapannya pagi ini. Mulutnya sudah gatal ingin menanyakan banyak hal.
"Jadi? Apa kita satu kampus? Satu fakultas? Satu jurusan?"
Sendok berikutnya langsung memasuki mulut Soonyoung. Kaget? Tentu saja. Soonyoung belum selesai bertanya.
"Kita satu kampus, satu fakultas, beda jurusan."
Sehambar apapun rasa bubur yang ia makan, Soonyoung akan menelannya dengan cepat. Rasa penasarannya lebih besar daripada rasa enegnya pada bubur.
"Kau tidak kuliah? Hari ini tidak ada kelas? Atau ini hari libur?"
"Aku mengambil kelas sore."
Lagi, mulut Soonyoung yang terbuka untuk melempar pertanyaan malah dimanfaatkan Myeongi untuk memasukkan sesendok penuh bubur.
"Kau tidak ingin cerita sesuatu? Tentang masa-masa kita saat berpacaran?"
Myeongi menggeleng pelan. "Jangan menambah beban di otakmu. Fokus saja pada hal penting yang perlu kau ingat kembali."
***
"Youngieee!"
"Hai! Umm..."
"Ilhwa. Ingat itu baik-baik, oke?"
Soonyoung mengangguk pelan sambil tersenyum senang. Ah, sifatnya cukup mirip dengan Soonyoung. Riang dan heboh.
"Maaf aku baru bisa datang malam-malam begini. Tadi aku harus membantu dosen untuk membereskan sertifikat ospek mahasiswa baru."
"Wah, sepertinya kau mahasiswi kesayangan dosen ya?"
Ilhwa tertawa pelan. "Tidak. Kebetulan saat itu aku lewat di depan ruang fakultas, jadi aku yang dimintai bantuan. Lain kali aku lewat jalan lain saja. Kau mau apel?"
"Ada buah yang lain?"
Soonyoung mengaduk-aduk kantong plastik besar di hadapannya. "Aku mau ini saja."
"Ini bukan buah, sayang. Dan ini punyaku." Ilhwa merebut bungkus keripik kentang yang terlanjur disobek Soonyoung.
"Pelit. Aku juga mau," ucap Soonyoung dengan memasang ekspresi sedih.
"Kau kan sedang sakit."
"Hilang ingatan beda kasus dengan usus buntu. Tidak berpengaruh pada pencernaanku. Kau tidak kasihan melihatku terus memakan makanan rumah sakit yang kelewat sehat?"
Curhatan Soonyoung membuat Ilhwa tergelak. Manjanya bukan main. Mau tidak mau, Ilhwa memilih untuk berbagi keripik pada pasien kurang asupan cemilan di hadapannya.
"Aaa..." Tangan Ilhwa terulur untuk menyuapkan satu potongan besar keripik kentang ke mulut Soonyoung yang terbuka lebar.
Hening...
Kok jadi canggung gini. Padahal tadi masih have fun, batin Soonyoung gelisah.
"Ilhwa..."
"Ya?"
"Kita sudah berpacaran berapa lama? Tolong ceritakan sesuatu."
Gadis itu terdiam. Ia tampak berpikir sejenak kemudian tersenyum kecil. "Bukankah dalam masa terapi ada bagian dimana kau bisa keluar dan mencoba mengenali lingkungan sekitar? Nanti aku akan membawamu ke berbagai tempat untuk mengingat kembali kenangan kita."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro