Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 5

Hai aku kembali...👋👋
Maaf yaa kalau lama updatenya Krn menulis itu hoby aku dan aku punya pekerjaan utama..
Cerita Mas Estu udh smpe part 8 walau part 8 masih dlm proses penulisan 😅🙈
Makasih yg masih setia nunggu ceritanya Mas Estu dan Bina...🤗😘❤️
Aku ucapin makasih bnyk yg masih meluangkan waktunya tuk baca dan kasih vote tuk tulisan aku yg blm sempurna ini...🙏
Btw lagu ini pas bgt tuk posisinya Mas Estu...🤭

Lngsung aja...

Happy reading...

🍁🍁🍁

Restu mengendari mobilnya ke rumah Sabina dengan tepat waktu. Ia sudah melihat Sabina sudah berada di depan pagar rumahnya.

Melihat mobil Restu sudah mendekat, Sabina berjalan ke sisi mobil penumpang. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, mengambil sabuk pengaman dan memakainya.

"Asallamualikum, Mas Estu, makasih udah jemput Bina," kata Sabina menganggukan kepalanya.

"Walaikumsallam, aku gak perlu masuk dulu neh? Pamit sama Umi dan Abah?"

"Umi sama Abah lagi pergi, makana Bina nunggu Mas Estu di pagar rumah," jelas Sabina tanpa harus melihat wajah Restu.

"Oh, gitu, ya udah kita berangkat sekarang?"

"Iya, Mas."

Restu mulai menjalankan mobilnya mengarah keluar komplek perumahan tempat tinggal Sabina. Ia menyalahkan radio dengan volume yang kecil. Selama perjalanan lagi-lagi Sabina tidak bersuara. Restu memakluminya karena ia tahu, Sabina memang sangat pendiam.

Restu mencoba bertanya ke Sabina apa saja agar gadis itu mau berbicara. Walau dijawab singkat dan padat. Tidak di permasalahkan oleh Restu. Asalkan ia bisa mendengar suara Sabina yang sangat indah menurutnya.

Tanpa terasa mobil yang dikendarai Restu sudah memasuki kampus Sabina. Ia memarkirkan mobilnya di depan gedung fakultas tampat Sabina kuliah. Restu keluar dari dalam mobil, niatnya ia akan membuka pintu mobil untuk Sabina. Namun, gadis itu sudah membuka pintu mobil. Restu mendekati Sabina lalu ia berkata, "Nanti pulangnya Mas jemput ya?"

"Gak usah, Mas. Nanti jadi ngerepotin Mas Estu," jawab Sabina tidak enak hati terhadap Restu. Karena ia sudah menjemputnya dan mengantarnya.

"Gak apa-apa, kok, nanti aku jemput aja."

Sabina baru mau membuka mulutnya tapi terdengar suara seseorang yang memanggil nama Restu dengan keras. Ia menoleh dan melihat seorang wanita yang memakai pakaian seksi sedang tersenyum bahagia melihat Restu.

Raut wajah Restu memucat melihat wanita yang pernah melakukan hubungan satu malam dengannya. Ia merasa heran kenapa wanita itu bisa ada di kampus Sabina yang termasuk kampus Islam dan mengharuskan mahasiswinya memakai hijab.

"Hai, Estu gimana kabarnya? Udah lama ya, kita gak ketemu?" sapa Sarah ramah dengan mata berbinar melihat Restu.

"Lo, kok, di sini?"

"Aku habis nganter adik sepupu kuliah di sini terus aku lihat mobil kamu, jadi aku ikutin dan ternyata benar kamu," ujar Sarah yang tidak melunturkan senyum bahagianya.

Restu melirik Sabina yang masih memperhatikan Sarah dan dirinya. Ia kesal kenapa harus bertemu dengan wanita yang pernah manghangatkan ranjangnya. Aibnya akan terbongkar di depan Sabina.

Sabina yang melihat interaksi wanita itu terhadap Restu bisa menyimpulkan kalau mereka lumayan dekat. Tidak ingin menganggu, Sabina pamit dengan Restu kalau mau masuk ke dalam gedung fakultas. Ia mengangguk sedikit ke arah Sarah yang hanya ditanggapi dengan tatapan sinis. Ia membalikan badannya dan mulai berjalan meninggalkan Restu dengan Sarah di parkiran kampus.

************

"Udah kan?" tanya Restu sinis setelah melihat kepergian Sabina.

"Hah?"

"Lo cuma mau nyapa gue kan?"

"I-iya."

"Gue balik dulu, lain kali kalau Lo lihat gue di mana pun jangan coba-coba nyapa gue," ujar Restu dengan raut wajah yang sangat dingin. Ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan Sarah yang masih terdiam kaku.

Setelah mobil yang dikendarai Restu menjauhi kampus Sabina. Ia menggerutu kesal karena kedatangan masa lalu yang coba ditinggalkannya. Mengambil ponselnya, ia menghubungi Sangaji dan bertanya keberadaanya. Tanpa menunggu lama, ia sudah mengetahui keberadaan Sangaji. Ia mengarahkan mobilnya ke tempat Sangaji berada.

Tidak lama Restu sudah berada di kawasan Sudirman. Ia memarkirkan mobilnya di depan gedung perkantoran dan menunggu Sangaji keluar dari dalam sana. Sambil menunggu Restu membuka jendela mobilnya. Ia mengeluarkan sepuntung rokok dan menyelipkan di bibir. Mematik api, ia mengisap nikotin dengan nikmat. Asap keluar dari hidung dan bibir Restu.

"Eh, ngerokok aja Lo, nanti impoten baru tahu rasa Lo!" tegur Sangaji yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingnya.

"Lo dah kaya setan tiba-tiba nonggol," balas Restu membuang puntung rokoknya.

"Njirr, sesama setan ngaku juga Lo," kata Sangaji menaikan alisnya.

"Setan Lo!"

"Mau ngapain Lo nyamperin gue? Tumben banget Lo, gak jalan sama cem-ceman?"

"Gak apa-apa sih, gue cuma bosen aja sebelum nanti gue jemput adek lo," ujar Restu tersenyum lebar.

"Udah mulai ngeluarin jurus buaya buntung Lo? Adek gue juga butuh makan bukan cuma butuh cinta "

"Gue banyak, kok. Kalau duit sih."

"Bukan duit Lo tapi duit bokap Lo," kata Sangaji dengan sinis.

"Sama aja, kok."

"Serah dah serah, yuk, jalan dah. Gue dah laper neh."

"Oke, mau makan apa calon kakak ipar?"

"Belum pasti, sok-sokan manggil calon kakak ipar," cibir Sangaji sinis.

Restu hanya tertawa dan mulai menjalankan mobilnya mencari restoran yang terdekat karena perut mereka yang sudah berbunyi minta di isi. Setelah mereka mengisi perut di restoran ayam bakar. Restu mengarahkan mobilnya ke apartemen Sangaji, kali ini mereka menuju unit miliknya.

Selama menunggu jam pulang Sabina, ia mengerjakan pekerjaannya melalui Macbooknya. Ia melirik jam yang berada di atas dinding apartemannya. Tidak terasa ia sudah mengerjakan selama hampir empat jam. Sudah waktunya ia menjemput Sabina. Mengambil ponsel, ia mengirim pesan bahwa sudah dalam perjalanan menuju kampus dan memastikan Sabina menunggunya.

Restu bersendung dengan senang karena bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Mendekati kampus, ia melihat Sabina sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Ia semakin menginjak gas mobil agar bisa segara sampai. Setelah memarkirkan mobilnya, ia segera turun dari mobil dan menghampiri Sabina. Semakin dekat ia berjalan, ia mulai mengenali pria yang berbicara dengan calon pacar dunia akhirat miliknya. Berdiri di belakang Sabina yang asik mengobrol.

"Bina udah siap untuk pulang?" tanya Restu dengan bibir tersenyum tapi matanya menatap tajam saat melihat Reyhan.

Sedangkan Reyhan yang di tatap tajam oleh Restu hanya tersenyum tidak enak.

"Oh, iya udah, Mas," jawab Sabina menoleh ke arah Restu yang sudah berada di sampingnya. "Akhi Rey, aku pulang dulu," pamit Sabina.

"Iya Ukti, hati-hati di jalan." Reyhan menganggukkan kepalanya, tersenyum ke Restu.

Restu tersenyum tipis. Ia berjalan ke arah pintu penumpang dan membukakannya untuk Sabina.

Sabina memasuki mobil, ia memakai sabuk pengaman. Mendengar pintu sampingnya di tutup, ia menoleh ke arah Restu yang tiba-tiba saja menjadi pendiam.

Selama perjalanan di isi oleh keheningan. Tidak lama mobil sudah terparkir di depan rumah. Sabina keluar dari mobil setelah mengucapkan terima kasih. Restu hanya tersenyum tipis dan melihat Sabina memasuki rumahnya.

🍁🍁🍁

Bonus pic Mas Estu 🤭🤭

TBC.

Jakarta, 25 Juni 2023

~ Cindy Arfandani ~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro