Part 4
Hai, aku datang lagi...
Maksih untuk yang mau nungguin cerita ini dan makasih jg tuk vote nya .. 😘
Gak pke basa basi lagi..
Happy reading ...
🍁🍁🍁
Sabina melihat ponselnya yang tidak ada balasan pesan dari kakak laki-lakinya. Kadang ia suka bingung apa benar itu adalah kakaknya atau seseorang yang meminjam ponsel kakaknya?
Entahlah, Sabina tidak mau memikirkan yang akan membuat kepalanya pusing. Lebih baik ia mulai menghapal kembali surat Al- Baqarah. Sebelum nanti siang, ia akan memulai perkuliahan.
Tidak terasa matahari semangkin tinggi di langit. Sabina mulai bersiap untuk berangkat ke kampus. Dengan menggunakan baju tunik warna hitam, celana legging hitam tebal, sepatu kets warna putih dan jilbab warna putih. Mengenakan ransel di punggungnya, Sabina mulai berjalan keluar kamar. Setelah berpamitan dengan Abah dan Uminya, Ia memesan ojek online.
Setelah menempuh waktu satu jam tanpa macet akhirnya Sabina sampe di kampus. Sabina berjalan melewati gerbang kampus dengan kepala menunduk mencari jadwal kuliahnya yang berada di dalam tas. Ia belum hapal jadwal mata kuliah dan gedung kelasnya.
"Sabina."
Gadis pemilik nama itu menoleh mendengar suara bass yang memanggil. Mata Sabina melebar melihat siapa yang memanggilnya.
"Asallamualikum, Akhi Reyhan," sapa Sabina tersenyum.
"Walaikumsallam, Ukti."
"Akhi Rey mau ke mana? Bukannya Akhi tidak kuliah di sini?" tanya Sabina dengan bingung.
"Aku mau ketemu sama ketua UKM Rohis di sini, karena aku ada janji dengannya."
"Oh, gitu, mau ada acara ya Akhi?"
"Iya, aku di undang untuk mengisi dakwah sebagai penceramah muda," jelas Reyhan dengan raut wajah yang malu.
"Masyaallah, hebat sekali Akhi Rey."
"Alhmdulilah."
"Kalau gitu aku masuk kelas dulu ya, Akhi," pamit Sabina tersenyum.
"Oh, iya aku juga mau ke ruang UKM dulu."
"Asallamualikum Akhi."
"Walikumsallam Ukti."
Sabina berjalan kembali menuju gedung tempat ia kuliah. Meninggalkan Reyhan yang masih melihat punggung Sabina menjauh. Tidak lama ia pun mulai berjalan di mana UKM Rohis berada.
**************
Sabina keluar dari dalam gedung kampus setelah mengikuti semua mata kuliah. Ponselnya bergetar bertanda ada pesan masuk. Ia mengeluarkan ponsel dan melihat pesan dari Sangaji yang meminta membawakan kemeja dan beberapa buku yang ketinggalan di rumah orang tuanya.
Sangaji bekerja sebagai arsitek bangunan, ia biasanya mendesain pertokoan atau perkantoran. Keseringan Sangaji mengambil proyek perkantoran yang menurutnya lebih menghasilkan uang. Sehingga membuat Sangaji sering pergi ke luar kota atau kadang ada di Jakarta. Itu lah alasan Sangaji tinggal di aparteman dari pada di rumah orang tuanya. Agar lebih dekat dengan lokasi tempatnya bekerja.
Sabina memesan ojek online untuk kembali ke rumahnya. Setelah sampai ke rumah, ia memberitahu ke Salma tentang pesanan kakaknya. Ternyata semua sudah disiapkan oleh Salma dengan rapih.
Salma menawari Sabina makan malam dulu tapi ia menolak karena tidak mau terlalu malam sampai aparteman Sangaji dan membuat kakaknya menunggu lama.
Kali ini Sabina memesan taksi online karena ia sangat lelah sehabis dari kampus. Tidak sampai dua jam akhirnya Sabina sampai di aparteman Sangaji. Ia keluar dari mobil setelah membayar ongkos taksi dan berjalan menuju lobi aparteman. Berjalan menuju lift, ia menekan tombol lantai aparteman Sangaji berada.
Berada di depan pintu aparteman, Sabina mendengar suara ribut dari dalam. Ia melihat pintu aparteman tidak tertutup rapat.
Ceroboh banget sih, gerutu Sabina dalam hati. Ia mendorong pintu dan melangkah masuk. Sabina sekarang bisa mendengar jelas bila itu adalah suara Restu dan kakaknya yang sedang berdebat tentang sesuatu.
Mulut Sabina baru mau terbuka. Namun, sebelum ia mau berbicara yang keluar dari suaranya adalah teriakan kaget karena melihat Restu yang tidak memakai baju dan hanya mengunakan celana yang sangat pendek dan ketat. Ia langsung menutup kedua matanya dan membalikan badannya.
Restu yang mendengar teriakan Sabina langsung melotot kan matanya.
"Shit!" umpat Restu kaget. Ia berlari ke dalam kamar yang ditempatinya dan menutup pintu dengan kencang.
Jantung Sabina berdetak kencang melihat tubuh Restu yang seperti telanjang walau ia memakai celana pendek untuk menutupi area pribadinya. Sabina di dalam hatinya mengucapkan istighfar terus menerus. Ia mendengar teriakan Restu yang meminjam pakaian Sangaji.
Restu menerima pakaian yang disodorkan Sangaji dengan umpatan kepada sahabatnya. Sangaji hanya tertawa terbahak melihat Restu seperti seorang gadis perawan yang menutupi tubuhnya.
Tidak lama Restu keluar dari kamarnya, sudah memakai baju dengan benar. Ia melihat Sabina yang sedang bermain ponsel di sofa ruang tamu. Ia melihat sekeliling ruangan mencari Sangaji.
"Mas Aji lagi beli makan malam buat kita, Mas," beritahu Sabina dengan wajah masih menunduk.
"Maaf dengan kejadian tadi ya," ujar Restu mengusap lehernya untuk meredakan kegugupannya.
"Iya, Mas," jawab Sabina yang terlihat rona merah di wajahnya.
Restu yang melihat rona merah di wajah Sabina tersenyum kecil. Ia mendudukkan dirinya di depan Sabina. Memperhatikan Sabina dengan lekat.
"Besok, Bina ada jam kuliah?" tanya Restu memecah kesunyian di antara mereka.
"Ada, Mas."
"Besok, aku antar ya?"
"Emangnya Mas Estu gak kerja?"
"Kerja sehabis ngantar kamu."
"Gak usah, Mas. Nanti ngerepotin Mas Estu. Lagian aku udah bisa naik kendaraan umum, kok," tolak Sabina halus.
"Gak apa-apa, aku merasa gak repot, kok. Pokoknya besok aku jemput. Ngomong-ngomong besok kuliah jam berapa?"
"Besok aku masuk jam sepuluh pagi, Mas."
"Oke, aku jemput jam sembilan pagi."
"Iya."
Terdengar pintu apartemen terbuka dan terlihat Sangaji membawa bungkusan makanan.
"Dek, makan dulu sebelum pulang, Mas beliin ayam bakar kesukaan kamu," ujar Sangaji menunjuk bungkusan yang dipegangnya.
Sabina mengikuti Sangaji ke meja makan. Ia membantu Sangaji mengambilkan piring, sendok dan air putih.
"Ayo, Tu, kita makan," ajak Sangaji yang melihat Restu hanya diam memperhatikan di ruang tamu.
"Oh, iya." Restu berjalan mendekati Sangaji dan Sabina yang sedang membantu kakaknya menyiapkan makan malam. Ia duduk di hadapan Sangaji dan Sabina.
Sabina melayani sang kakak mengambil nasi dan juga melayani Restu. Ia juga meletakan gelas yang berisi air putih di sebelah Restu dan Sangaji.
Mereka makan dengan lahap tanpa mengeluarkan suara. Seperti biasa Restu selalu diam-diam memperhatikan Sabina yang sedang menyantap makanannya.
Bidadari surga gue, cantik banget sih, kata Restu gemas dalam hatinya.
🍁🍁🍁
Bonus pic nya Sabina...🤭
Jakarta, 28 Mei 2023
~ Cindy Arfandani ~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro