Part 2
Haiii 👋👋
Aku comeback ....
Semoga masih ada yg nungguin Mas Estu yaa..🤭
Yuk cus aja...
Happy reading ....
🌷🌷🌷
Sabina memeriksa isi tasnya sambil berjalan menuju gerbang rumahnya. Dirasa sudah semua lengkap, ia membuka pintu gerbang rumah. Mendengar namanya dipanggil ia menoleh ke sebelah kanannya. Kedua matanya membesar kaget dengan kehadiran Restu yang bersandar di samping mobil. Memakai kaca mata hitam, kemeja yang kancingnya beberapa terbuka memperlihatkan tato yang menghiasi dada dan celana jins membuat penampilan seorang Restu sangatlah tampan.
"Mas, Estu?"
"Mau ke kampus kan? Ayo, Mas antar," kata Restu dengan nada memerintah yang kental.
"Gak apa-apa, Mas. Biar aku jalan sendiri aja," tolak Sabina tidak enak.
Restu membuka kacamata hitamnya dan membuka pintu mobil bagian penumpang lalu berkata, "Jakarta keras Sabina, Mas, takut nanti ada yang mau jahatin kamu, lebih baik Mas antar, kamu bisa lihat sekeliling kamu biar hapal sama jalannya, bisa juga nanti kamu hubungin Mas kalau kamu tersesat."
Sabina memikirkan perkataan Restu dengan melihat matanya. Ia menghembuskan napasnya pelan. Akhirnya ia mengangguk dan memasuki mobil Restu.
Sabina sudah memasang sabuk pengamannya. Ia melihat Restu menutup pintu mobil dan berjalan memutari mobil untuk duduk dibalik kemudi. Setelah memastikan Sabina sudah nyaman di tempat duduknya, ia mulai menjalankan mobil.
Dalam perjalanan Restu menunjuk titik-titik tempat yang searah dengan kampusnya. Ia juga menjelaskan bila mau naik kendaraan umum lebih baik memesan ojek Online. Lebih aman dan tentunya akan lebih menghemat waktu.
"Sudah mengerti?" tanya Restu yang matanya masih menatap lurus ke arah jalanan.
"Sudah, Mas. Makasih."
"Kalau ada kesulitan apa-apa, jangan sungkan tanya sama aku."
"Iya, Mas."
Restu memarkirkan mobilnya di halaman parkir di sebuah kampus Islam terbesar yang ada di Jakarta. Ia menoleh melihat wanita yang memakai tunik warna biru dengan jilbab pasmina berwarna serupa sedang membuka sabuk pengaman.
"Makasih, Mas. Udah nganterin Sabi," ujar Sabina yang menundukkan pandangannya.
"Iya sama-sama, nanti kalau mau pulang bisa hubungin aku."
"Sabi mau coba naik kendaran umum, Mas. Biar terbiasa," tolak Sabina dengan halus.
Pria itu mengangguk dan berkata, "Kamu benar, pokoknya kalau kamu ke sasar atau ada apa-apa di jalan hubungin aku aja ya?"
"Iya, Mas." Sabina menganggukan kepalanya tanda pamit lalu membuka pintu mobil. Ia keluar dari mobil Restu. Ia menganggukan kepalanya lagi lalu membalikan badannya untuk masuk ke dalam kampus.
Pria yang memiliki tindikan di alis dan tato di tubuhnya mulai mengendarai mobilnya menjauhi kampus tempat wanita yang diam-diam ia cintai.
*********
Setelah urusan Sabina selesai di kampus, ia mulai bersiap meninggalkan kampus. Tempat ia akan meneruskan pendidikan. Ia berjalan menjauhi gedung fakultas. Mengambil ponsel yang ada di tas Selempangnya. Ia mulai membuka aplikasi ojek online. Menunggu pesanannya di ambil oleh driver. Tapi setelah menunggu lama ia belum mendapatkannya juga. Padahal hari masih sore belum ada tanda-tanda matahari akan terbenam.
Sabina mengingat perkataan Restu bila naik angkutan umum naik apa dan turun di mana. Ia menunggu angkutan umum dengan sabar. Tiba-tiba saja ia mendengar suara bass yang memanggilnya. Matanya mencari-cari, sehingga ia dapat melihat seorang pria memakai baju kaus lengan panjang berkerah sanghai dan memakai celana panjang sedang melabaikan tanggannya. Pria itu tersenyum menampilkan lesung pipinya sehingga membuatnya terlihat sangat tampan.
Jantung Sabina tiba-tiba saja berdetak kencang. Melihat pria yang diam-diam ia sukai, berada ada di dekatnya. Pria berkulit putih itu menyebrang jalan dan mendekatinya.
"Asallamualikum, Ukti. Udah lama sampai di Jakarta?" tanya pria itu menangkup kedua telapak tangannya.
"Walaikumsalla, Akhi Rey. Udah satu mingguan, Akhi gimana kabarnya?" jawab Sabina menangkup kedua telapak tangannya. Kepalanya menunduk tidak melihat wajah sang pria.
"Alhamdulilah, baik Ukti. Dari mana Ukti?" tanya Reyhan ingin tahu.
"Habis ambil jadwal ke kampus, Akhi," ujar Sabina sambil menunjuk ke belakangnya dengan badan yang agak berputar sedikit.
"Kuliah di sana?"
"Iya, Akhi."
"Sekarang mau ke mana?"
"Mau pulang tapi aku gak dapat ojek Online, lagi nyari angkutan umum tapi belum dapat juga," ringgis Sabina tersenyum.
"Ya udah aku anterin aja ya? Gak baik lagian perempuan di depan jalan lama-lama, rawan ada kejahatan."
"Gak ngerepotin Akhi Rey?"
"Gak kok, ayo, kita ke mobil aku," tunjuk Rayhan ke mobil berwana silver yang terparkir di depan tukang foto copy.
"Kalau boleh tahu, Akhi Rey tadi habis dari mana?" tanya Sabina sambil berjalan menyebrang jalan berbarengan dengan Reyhan.
"Mau foto copy untuk tugas akhir kuliah, tempat yang biasa aku datangin tutup makanya aku ke sini."
"Udah selesai?"
"Udah tenang aja," ujar Reyhan membuka pintu penumpang untuk Sabina.
"Makasih."
"Sama-sama." Reyhan berjalan memutar untuk duduk di balik kemudi.
Dalam perjalan Sabina maupun Reyhan tidak berbicara apa-apa lagi. Reyhan sibuk dengan kemudinya sedangkan Sabina menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.
Perjalanan yang memakan waktu satu jam lebih, akhirnya mobil yang di kemudikan Rayhan sudah berada di depan rumah Sabina. Ia melihat di depan garasi rumah sudah ada Sangaji dan Restu sedang berdiri berhadapan. Mereka menoleh bersamaan saat melihat mobil Reyhan.
Sabina keluar dari dalam mobil. Membuat mata Restu membesar kaget. Tidak lama Reyhan pun keluar dari balik kemudinya. Raut wajah Restu langsung berubah menjadi dingin.
"Asallamualikum, Mas Aji dan Mas Estu?" sapa Reyhan ramah.
"Walikumsallam," jawab Restu dan Sangaji berbarengan.
"Kalian?" tunjuk Sangaji ke arah Sabina dan Reyhan.
"Oh, ini Mas. Tadi aku lihat Sabina lagi di pinggir jalan kebetulan aku juga ada di sana jadi aku ajak untuk pulang bareng, lagi juga tadi kata Sabina, dia susah dapat ojek Online sama angkutan umum," jelas Reyhan tersenyum.
Mendengar penjelasan Reyhan membuat mata Restu menyorot tajam Sabina yang terus menunduk tidak mau mengangkat kepalanya.
Sangaji yang melihat sorot kecemburuan di mata Restu, menyuruh Sabina masuk ke dalam rumah. Selama Sabina melangkah, mata Restu terus mengikuti sampai Sabina hilang di pintu masuk.
"Makasih ya Rey, udah nganterin adik gue pulang," ujar Sangaji tersenyum tipis.
"Iya sama-sama, Mas. Kalau gitu aku pamit pulang dulu ya, Mas." Reyhan menganggukan kepalanya dengan sopan.
Sangaji mengangkat tangannya dan tersenyum saat mobil Reyhan memberikan klakson dan mulai berjalan menjahui rumah.
"Muka Lo, biasa aja dong. Tampang Lo kaya mau makan orang tahu gak sih?" sindir Sangaji melirik Restu sinis.
"Adek lo batu tahu gak sih? Kan gue dah bilang kalau ada apa-apa hubungin gue, bukannya pulang bareng sama tuh curut," kata Restu melampiaskan kekesalannya ke Sahabat dan kakak kekasih hatinya.
"Lah, emang Lo siapa? Pacar adek gue? Bukan kan?" jawab Sangaji ketus. "Bangun lo, jangan tidur terus, kebanyakan ngimpi kan Lo," sambung Sangaji membalikan badannya berjalan memasuki rumah.
"Eh, semua juga berawal dari mimpi!" teriak Restu kesal yang dibalas hanya lambaian tangan Sangaji. Restu yang masih mengerutu berjalan mengikuti langkah Sangaji.
🌷🌷🌷
Bonus pic Estu lagi galau gara² Sabina di anterin cowok lain...🤣🤣
Jakarta, 07 April 2022
~ Cindy Arfandani ~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro