Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXXV

──────────
Restore Me
──────────

***

XXXV

***

Kaia mendapatkan kabar kalau katanya, Andrea hamil kembali. Anaknya belum genap berusia dua tahun tapi Andrea sudah hamil lagi? Gila.. pikir Kaia, ternyata Arya Atmodjo is a keeper, Kaia tidak bisa membayangkan bagaimana bentuk tubuhnya nanti kalau dia harus hamil kembali.

Janaka saja, masih belum habis─maksudnya Kaia tidak semaniak itu sampai harus memberikan Janaka adik, terlebih lagi, Janaka masih terlalu kecil dan dia ingin memberikan perhatian lebih pada Janaka. Soal memiliki anak lagi atau tidak, karena Kaia mengambil opsi untuk KB, Kaia tahu kalau dia punya jarak sekian tahun untuk mempersiapkan Janaka sebagai kakak, ataupun dirinya dan Indra jika ingin memiliki anak lagi.

Luka sesar kemarin saja rasanya masih terasa sakitnya, karena kelahiran pertama dilakukan tindakan sesar, maka bisa jadi kelahiran kedua nanti bisa saja Kaia melahirkan normal nantinya.

Ivory bilang, teknologi sesar makin berkembang itu kenapa banyak orang yang memilih sesar karena praktis, tapi Kaia tidak tertarik untuk sesar kembali. Pemulihannya cukup lama, dia mendengarkan pengalaman Andrea saja yang melahirkan secara langsung membuat Kaia tergugah, pagi melahirkan sorenya sudah bisa mandi.

Lalu Kaia? Terbaring beberapa hari di atas ranjang karena jika gerak, jahitan di perutnya bisa memberikan efek yang cukup nyeri pada Kaia apa lagi saat anestesi telah hilang semua, akhirnya dia ketergantungan pada obat pereda nyeri.

"Kak,"

Kaia menoleh pada Kaia yang baru saja menidurkan Janaka. "Kenapa?"

"Aku..."

Mendengar suara adiknya yang terdengar ragu-ragu membuat Kaia penasaran. "Lo kenapa dah.."

"Aku.. anu─Kak, itu.."

"Apa sih?!" tanya Kaia tak sabaran.

Kalya menggigit bibirnya dan membalas tatapan Kaia dengan penuh keresahan. "Aku diajak nikah sama dosenku,"

Kaia tersedak oleh air liurnya sendiri, apa tadi kata Kalya? Diajak nikah? Oleh dosennya? "Dosen yang itu?"

Kalya mengangguk. "Iya, Kak.. Mama kira-kira marah nggak ya? Yang tahu masalahnya kan cuman kakak aja, Mama nggak tahu, Kak.. aku udah janji sama Mama buat kuliah benar dan nggak main-main, tapi kan, masalah kemarin bukan kemauan aku. Aku sama dosenku dijebak,"

"Iya gue tahu lo dijebak tapi kenapa jalan keluarnya kawin juga dah? Jangan-jangan dosen lo aja memang yang kebelet nikah?!" sembur Kaia dengan emosi.

Minggu lalu, nama Kalya terseret karena skandal yang mengatakan bahwa Kalya adalah simpanan dosennya, dan beberapa mahasiswa menemukan video Kalya dan dosennya bersama. Padahal, itu adalah video ketidaksengajaan yang berujung ambigu─Kalya ketiduran di ruang dekan karena menunggu tanda tangan dari dosennya itu, memang dasarnya harus sial, Kalya malah jatuh dengan posisi yang tidak enak untuk dipandang, belum lagi ada yang sengaja merekam Kalya dan dosennya secara diam-diam hingga menimbulkan skandal besar.

"Kredibilitas dosenku di kampus dipertanyakan, dan aku kemarin di sidang sama bagian LPM kampus, Kak."

Kedua mata Kaia membulat tak percaya. "Kok lo nggak ngomong sama gue?! Kan, kalau lo di sidang harusnya lo kasih tahu gue, biar gue acak-acak sekalian kampus lo!"

"Ya tapi kan, Kak.. aku nggak bisa terus-terusan ngadu sama kakak, aku malu.. kemarin-kemarin aku dibully karena bawa kakak ke kampus dan teman-temanku ngira aku anak cengeng, berani di kandang doang!"

Ya Tuhan.. Kaia tak paham lagi. "Terus? Ah, suruh dosen lo ketemu sama gue! Enak aja dia mau ngawinin lo gitu aja, memang lo mau diajak nikah sama dosen lo itu?!"

Kalya menggeleng seperti orang kebingungan, wajahnya begitu resah dan tidak tenang. Kaia tahu, adiknya ini memang super cantik sampai-sampai kebaikan Kalya pada seluruh teman laki-lakinya bisa dianggap salah kaprah karena kecantikan Kalya. Bahkan, tidak jarang, Kalya pulang dari kampus menangis karena teman-temannya yang hanya baik di depannya saja.

Padahal, apa salahnya menjadi cantik? Maksudnya, kalau pun Kalya cantik itu adalah bonus yang Tuhan beri pada adiknya, dan teman-temannya itu hanya iri!

"Aku capek Kak.. aku dikatain ganjen sama teman-temanku, aku dikatain yang buruk-buruk. Mereka bilang, aku kecentilan, modal cantik terus godain dosen! Aku capek.."

Kalya menangis, Kaia tidak bisa mengharapkan bahwa dirinya akan bersabar menghadapi tingkah Kalya saat ini. Wajar saja, kuliah baru tahun kedua tapi kehidupan Kalya di kampus tidak tenang semenjak dia putus dengan pacar pertamanya.

"Bawa dosen lo ke hadapan gue!" putus Kaia final pada Kalya.

Sebelum kabar buruk ini terdengar oleh Mama dan Papanya, dia harus menyelesaikannya lebih dulu. Kalya, tidak boleh menikah muda! Apa lagi, oleh lelaki yang bahkan usianya lebih tua dari Kalya!

***

Kaia tidak tertarik dengan ajakan Indra yang terus menerus mengajaknya pergi ke New Zealand untuk menemui mertuanya di sana. Tapi otaknya masih belum tenang memikirkan bagaimana kondisi Kalya saat ini, dan lelaki sialan yang katanya dosen itu mengajaknya menikah? Tidak waras!

Lagipula Kalya tidak diperawani oleh dosennya itu, lalu kenapa harus menikah? Hanya untuk sebuah aib yang bahkan tidak benar dalam kenyataannya. Tapi ternyata mulut-mulut orang di kampus Kalya tidak akan diam dengan mudah.

"Sayang!" tegur Indra sekali lagi.

Kaia melihat Janaka yang terbaring di atas dada Indra sementara dia baru saja tersadar kalau dia tidak mendengar ucapan Indra padanya. "Mikirin apa, sih?!"

"Aku nggak mau ke NZ," jawab Kaia. "Kamu aja, Mas. Sama Janaka, sana berdua,"

"Gimana bisa aku ke NZ berdua sama Naka? Ngaco banget.."

"Ya habis.. aku lagi pusing! Mikirin masalah Kalya─"

"Bukannya sudah selesai?"

"Nggak, Mas.. anaknya tadi datang ke rumah, masalahnya makin membesar, dosen dia ngajak Kalya nikah."

Indra membelalak terkejut mendengar ucapannya. Sama kok, dia juga shock mendengar apa yang Kalya katakan padanya.

"Ngaco!" sembur Indra tak kalah setujunya. "Kalya masih harus kuliah, lagian dosennya juga udah mengklarifikasi, bukan? Mereka berdua udah membuktikan segalanya? Kok masih jadi permasalahan?"

"Itu masalahnya.." Kaia meremas selimut dengan kesal. "Tapi kayaknya omongan orang yang ada di sekitar Kalya yang bikin anak itu stres, kasihan tadi.. jadi, aku putuskan aku minta dosen dia buat temuin aku."

"Kamu serius?"

"Serius, Mas.. jangan bilang dulu sama Mamaku, ya.. soalnya aku nggak mau Mamaku tahu tentang masalah Kalya, seenggaknya, kita harus bisa handle masalah Kalya."

Indra mengangguk. "Aku ngerti, ya udah kita tunda ke NZ, Mama dan Papa bisa ngerti, kok. Lagipula, aku jadi penasaran sama dosen Kalya itu."

"Hah!" Kaia memutarkan bola matanya dengan malas, dia berusaha tenang meskipun kesal, lalu suara anaknya yang membuat Kaia teralihkan.

Janaka bergeser mendekati dirinya, meskipun sudah bisa berjalan, Kaia selalu merasa lututnya lemas kalau melihat Janaka berjalan di atas permukaan kasur.

"Mamam! Mamam!" ucap Janaka.

"Mamam?" Kaia terperangah, "Lagi? Tadi kan sudah minum susu, Sayang.."

"Mamam!"

Kaia meraih Janaka ke dalam pelukannya, lalu lengan atasnya digigit begitu saja oleh Janaka. "Aw! Sakit, Nak.. kenapa gigit tangan Ibu?"

"... Buuuu! Bu!"

Kaia tertawa melihat reaksi Janaka, Indra tak mau kalah dan memeluk dirinya. "Ini ibu Naka, iya?"

"Yayah!"

"Oh?" Kaia tercengang untuk sesaat, ini adalah pertama kalinya Janaka memanggil Ayah pada Indra.

Indra juga ikut terkejut dan tidak menyangka Janaka akan memanggilnya dengan sebutan Ayah. "Apa, Nak? Sekali lagi.." pinta Indra.

"... Yayah! Yayahhhh..."

Wajah Janaka terlihat senang, senyuman dan gigi susunya membuat Janaka terlihat semakin tampan, dan baru kali ini Kaia sadar senyuman Janaka adalah senyuman milik Indra.

Kenapa dia tidak mendapatkan bagian sama sekali?

Indra meraih Janaka ke dalam pelukannya dan memeluk Janaka dengan erat. Menciumi ubun-ubunnya dan gelak tawa Janaka membuat Kaia ikut tersenyum. Janaka benar-benar sebuah buntalan kebahagiaan yang Kaia terima dari Tuhan. Siapa tahu? Anak ternyata bisa memberikan kebahagiaan yang tidak bisa dikirakan.

Mengingat bagaimana perjuangan Janaka saat bayi hanya untuk bertahan hidup, Kaia merasa sakit untuk pertama kalinya dia tidak bisa menyusui Janaka secara langsung. Satu bulan itu waktu yang lama, satu bulan itu Janaka tertahan di NICU dan dia bertahan hingga kini.

Anaknya akan menjadi kuat, bukan?

"Aku mau punya anak lagi.." gumam Kaia.

Indra menoleh terkejut, bersamaan dengan Janaka yang kini menatapnya dengan penuh rasa penasaran.

"Apa kamu bilang?" tanya Indra tak percaya dengan apa yang dia dengar.

"Aku mau punya anak lagi, Mas. Kali ini, harus mirip aku! Lihat Janaka mirip banget sama kamu bikin aku iri tahu, nggak?" protes Kaia pada Indra.

Indra mengangguk kaku. "Tapi kamu kan baru sesar tahun kemarin, Janaka juga belum dua tahun, Sayang.."

"Mau anak lagi, Mas.."

"Kaia.."

"Mas.. kamu nggak mau kasih aku anak?" minta Kaia dengan tatapan memohon.

Indra mengangguk cepat. "Mau! Aku mau buat kamu hamil terus anak aku, tapi Sayang.. aku juga pikirin kondisi kamu,"

"Kita mulai konsul gimana?"

"Ke dokter Amira?"

"Iya, kita konsul gimana baiknya. Lagian ya, Mas.. aku nggak mau jarak umur Janaka sama adiknya jauh. Bagus-bagus, kita dapat cewek."

Indra sontak menggeleng dengan raut wajah panik. "Aku nggak, jangan anak cewek dong, Sayang.."

"Kenapa?"

"Aku takut,"

Takut? Kaia memiringkan wajahnya. "Takut apa sih, Mas?"

"Aku nggak mau, Kaia. Punya anak cewek tuh harus jagainnya ekstra, aku takut karma. Aku percaya karma. Dan aku bukan laki-laki yang baik, kalau anak aku nanti─"

Kaia menggenggam tangan Indra dan meyakinkan Indra. "Mas, kita kan punya waktu yang panjang buat ajarin dia, buat awasi dia, buat jaga dia. Aku mau anak cewek,

"Kaia, anak cowok lebih baik.."

"Nggak, Mas! Kan aku yang hamil, gimana aku dong?!"

Indra tahu kalau dia tidak akan bisa mendebat Kaia. Lantas dia menarik lengan Kaia agar bisa dipeluk olehnya, Janaka sepertinya sudah mulai terkena badai mengantuk, kedua matanya yang bulat mengerjap lambat dan lama kelamaan, tubuhnya lunglai di atas dada Indra.

"Mau cewek, mau cowok─we should happy dengan kehadiran anak-anak kita nantinya, Kaia."

"Aku mau anak!" pinta Kaia lagi.

Indra mencium keningnya. "Oke, Ibu. Kita kontrol dulu, dan aku akan kasih kamu anak. Kita harus kerja keras, bukan?"

Mendengar kata kerja keras, Kaia mengangkat wajahnya. "Kita belum pernah honeymoon, ingat?"

"Ingat, Nyonya." jawab Indra dengan patuh. "Mau kemana?"

"Tuscany, Itali."

Indra meraih wajah Kaia dan mencium bibirnya, Kaia menerima ciuman Indra yang melenakan, membuat dirinya tak kuasa menahan rasa senang karena Indra menuruti keinginannya. Indra kembali padanya, dan Kaia berharap, dia akan selalu menjadi tempat Indra untuk pulang.

***

END

***

======================================

a/n:

Tolong... Ini beneran END wkwkwk, belum ada epilognya yaaa.

Akhirnya, drama Kaia dan Indra selesai juga, Kaia dan Indra ini aku buat karena, pertama; lika liku pernikahan di awal tahun memang sangat berat. Ada yang di uji keimanan, masa lalu, ekonomi, perasaan, cinta, kesulitan, kesakitan, dan segala masalah yang diberikan pada manusia ataupun pasangan biasanya di pukul rata dengan; kesedihan, bahagia, senang, tangisan, kemarahan, dan kekecewaan.

Kayanya cerita Kaia dan Indra ini sangat lumrah ditemui ya, makanya itu kenapa sebelum menikah kita memang diharuskan tahu masa lalu si suami (bukan dalam artian menyelami lalu mengobrak-abrik ya) lebih jelasnya, agar semua itu clear.

Bayangkan, menikah dengan seseorang yang punya masa lalu yang bahkan belum selesai, masih tertinggal bahkan nggak mau dilepaskan. Kalau kasusnya dapat duda kayak Indra ya bakal sulit, karena Kaia nggak akan pernah bisa jadi yang pertama di hati Indra.

Egoisnya, si Kaia bisa aja pergi kabur, dan menceraikan Indra wong kalau dipikir-pikir apa sih yang Kaia nggak bisa lakuin? Beli rumah pakai duit Indra yang harganya milyaran aja bisa kok, cuman Kaia ini masih belum bisa dan nggak tahu aja cara memanfaatkan duit dan kekayaan si Indra Kesuma wkwk. Tadinya mau buat skenario jahat, tapi aku masih kasihan sama pembaca yang takut bosan.

Belum lagi, aku takut... overthinking gitu ini cerita Kaia sama Indra sebenarnya absurd nggak sih? (tolong, kalian harus berkomentar dan memberikan saran kepada aku agar aku bisa kembali melahirkan cerita yang lebih baik lagi!)

Dan lagi, kalau dibandingkan sama cerita-cerita yang lain, Kaia dan Indra ini masalahnya satu, dan jalan terus sampai akhirnya nemuin titik terang. Setelah dipikir-pikir, kok gue bisa bikin cerita seaneh ini? Kalian merasa aneh nggak sih?:')

Tapi, first of all karena ini ending; aku mau ucapin TERIMA KASIH dan MAAF pada pembaca kisah Kaia dan Indra. Maaf, kalau selama aku menulis cerita Kaia, ada kekurangan ataupun ekspektasi yang kalian inginkan nggak kalian temukan di cerita ini.

Namanya juga novel:') (EKHEM)

Buat para pembaca setia Kaia dan Indra yang selalu stay tune dari episode pertama, aku cuman mau bilang (AKU SAYANG KALIAN) yang rela menunggu cerita on going ini. Kalian hebat, kalian orang-orang terpilih dan lulus seleksi dalam ajang PENANTIAN UPDATE! Wkwkwkwk, tau nggak sih rasanya aku pengen apresiasi pembaca yang sabar bangetttttt, sayang banget!

Jadi, karena cerita Kaia dan Indra telah selesai. Tunggu cerita aku selanjutnya ya, thanks for once again!

Mana update-nya telat lagi. Sore. Biasanya siang.

Hahahaha....

Best Regards,

Ayang Jaehyun.

Xoxo♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro