XXXIV
──────────
Restore Me
──────────
***
XXXIV
***
Kaia dan Kamila pergi menuju sebuah tempat yang sudah Kamila reservasi dua jam yang lalu. Tempat itu adalah sebuah restoran jepang tepatnya di Enmaru The Plaza Jakarta, meskipun restoran itu terdapat di lantai empat puluh enam dan langsung memberikan pemandangan kota Jakarta, Kaia merasa tidak rugi.
Pasalnya, dia membawa Nanny─Kanti, wanita asal Madiun yang membantunya mengurus Janaka, dan mertuanya Kamila yang mengajaknya untuk makan makanan Jepang. Katanya, mumpung Indra pergi ke Singapura dan Indra pasti tidak akan pulang dengan cepat.
Padahal, Kaia memang tidak pernah meminta izin jika dia akan pergi kemana pun. Entah kenapa, setelah pernyataan cinta Indra kepadanya, Kaia merasa bahwa dia butuh effort dari kesabaran yang Indra miliki. Sejak dulu, pertama kali Kaia mengenal Indra dan menilainya, Kaia menilai bahwa Indra memiliki kepribadian yang sabar.
Sabar dalam menghadapinya, tersenyum melihat tingkahnya, ataupun tertawa menanggapi ucapan konyolnya. Semua itu terasa indah saat belum menikah. Percaya lah, sesuatu hal yang Kaia idam-idamkan tadinya malah hilang entah pergi kemana setelah Desy datang. Itu artinya, Desy memang sudah merusak kebahagiaan yang Kaia idamkan.
Lalu, apa salah jika Kaia meminta Indra menunggu dirinya untuk siap menerima pria itu sebagai suaminya lagi?
Kaia tidak bohong, dia tidak akan munafik bahwa setiap dia melihat Indra berkeliaran di rumah yang sama dengannya, pamit kerja mencium kening dan pipinya, pulang dengan membawa senyuman teduh yang Kaia tahu hanya milik Indra seorang dan berhasil membuatnya jatuh cinta. Tapi disadari, Kaia menikmati itu semua.
Rasanya, Kaia seperti kembali pada masa-masa dimana dia dan Indra belum memiliki goresan pahit dalam sebuah hubungan. Dan jika kenyataan mengembalikan Kaia pada hal yang membuatnya sakit, dia akan membenci Indra kembali. Apa semua ini benar?
Tapi kini, entah kenapa mertuanya membuat hati Kaia tergerak. Setelah bertahun-tahun Kamila berpisah dengan suaminya, ini adalah pertemuan perdana yang mereka lakukan sebagai pasangan suami istri, namun hubungan yang mereka miliki begitu chaos karena mantan menantunya.
Setelah tahu apa rencana yang Kamila katakan, sebenarnya Kaia agak excited meskipun tetap saja yang dia utamakan adalah menikmati makanan restoran karena rasa laparnya yang kian tumbuh setiap jam karena harus menyusui Janaka.
"Nggak apa-apa," ujar Kamila setelah salah satu dessert matcha datang dan Kamila tahu menantunya tidak bisa lagi menahan lapar. "Makan duluan, lagian orang itu nggak sepenting itu buat ditungguin."
Orang itu yang Kamila maksud adalah suaminya. Papa Indra Kesuma. Setelah sekian bulan purnama, akhirnya Kaia akan bertemu dengan Papa mertuanya.
Entah kenapa, Kamila memutuskan menyetujui pertemuannya dengan suaminya. Ya, secara agama dan negara, Kamila masih tetap memiliki suami, bukan seorang janda.
"Ma, ini sushi rollnya enak banget," puji Kaia pada makanan yang terhidang di hadapannya.
Kamila mengambil foto Kaia yang tengah makan sushi dengan mulutnya yang tengah terbuka lebar, begitu lucu dan menghibur melihat ekspresi wajahnya lalu dia sengaja mengirimkannya pada Indra.
"Kamila,"
Suara bass pria tua membuat Kaia mengangkat wajahnya dan bisa melihat seorang pria dengan rambut yang mulai memutih, wajahnya masih sama seperti di foto yang ada pada dinding rumah mertuanya, wajah Indra dan Papanya itu hampir serupa. Terkadang, Kaia berpikir apakah jika Indra menua bersamanya nanti akan setampan Papanya juga?
"Frans,"
Untuk pertama kalinya, Kaia mendengar suaminya menyebut nama suaminya. Frans Kesuma adalah pria yang terlihat berkharisma meski usianya telah menginjak angka tujuh puluhan lebih, tubuhnya masih bugar dan wajahnya tidak terlihat suram meskipun keriput telah menghiasi sisi matanya.
Pria tua itu melirik pada stroller yang berisikan anaknya yang tengah tertidur tenang tanpa terganggu dengan suasana restoran.
Kaia bangkit dari duduknya, mencium tangan Papa mertuanya sebagai bentuk hormat, Frans tersenyum padanya. "Kaia, istri Indra?"
"Iya, Papa.." jawab Kaia.
Kamila tersenyum simpul. "Duduk, Frans.." titahnya lagi.
Agak aneh bagi Kaia mendengarkan mama mertuanya memanggil suaminya dengan sebutan nama. Dia saja, tidak pernah berani menyebut nama Indra secara terang-terangan.
"Thanks for inviting me, aku senang bisa ketemu dengan kamu dan menantuku, serta cucuku.." ujar Frans pada Kamila.
Kamila tersenyum simpul dan tetap bertahan untuk terlihat elegan. "Ah kayak ke siapa aja, udah makan? Aku dan Kaia pesan makanan random aja, nih.."
"Oh, don't worry about me, kamu gimana? Sehat?" tanya Frans pada Kamila.
"Sehat dong.. sudah punya dua cucu aku harus tetap sehat, kan."
"Ya, you're happier more than we were together."
Uhuk! Sangat menohok..
Kaia membuang wajahnya ke sembarang arah dan fokus pada sushi roll-nya lagi. Untung saja, Nanny Janaka tengah ikut makan dengan tenang, tapi Kaia tidak mungkin untuk mengajaknya berbicara karena ini waktunya sangat tidak pas.
"Then, same goes to you, Frans.. gimana? Kamu betah di New Zealand?"
"Ya begitu saja.." jawab Frans dengan senyuman. "Terakhir kali, Indra datang ke New Zealand sendirian dan dia menceritakan segalanya. Tapi mungkin.. aku kira, Indra sudah berbaikan dengan menantuku," ujar Frans melirik Kaia.
Kaia mengangguk malu. "Kami berdua memilih berdamai, Pa."
"Good, di antara kalian ada Janaka, tentu saja.. sebagai orang tua pemula akan banyak cobaannya, tapi semoga Indra bisa berubah dan memberikan kamu banyak kebahagiaan sesuai janjinya, Kaia."
"Iya, Pa.." jawab Kaia dengan rikuh.
Kamila hanya bisa tersenyum lalu menoleh memperhatikan wajah suaminya. "You need.." kata-katanya tergantung begitu saja di udara ketika suaminya membalas tatapannya dengan tak kalah sama dengannya, jawabannya adalah sebuah kerinduan. "Nevermind,"
"Kamila, I know what you thinking off.."
"I bet.." Kamila tersenyum malu. "Nggak baik kalau membahasnya di depan Kaia,"
Kaia langsung terkekeh pelan. "Apa Papa dan Mama butuh privasi? Aku sama Nanny bisa pergi dulu kok sambil bawa Janaka keluar─"
"No, you stay here.." pinta Kamila dengan tegas. "Mama tahu kamu lagi makan, tenang aja.. kita berdua bukan orang yang bakal keep persoalan hubungan kami, lagian kamu sudah tahu, Kaia."
"Oh ya.." mendadak Kaia nyengir malu, papa mertuanya tersenyum melihat tingkah polos Kaia.
"Indra beruntung punya kamu, Kaia.. percaya sama Papa, Indra head over heels karena kamu."
Apakah ini sebuah jurus? Jangan-jangan Indra menyabotase Papanya sendiri?
"Udah, jangan bahas Kaia." Kamila mengibaskan tangannya. "Kamu pulang ke Jakarta dan mau bertemu denganku mau bahas soal perceraian kita kan, Frans?"
Frans menggelengkan kepalanya dengan senyuman penuh kesabaran, sama seperti apa yang Kaia lihat pada Indra. "Nggak pernah sedikit pun aku berpikir untuk menceraikan kamu, Kamila. You're my love in my life, for the rest of my life you always be my Kamila."
So sweet.. Kayaknya Indra turunan Bapaknya juga nih.
Kamila berdeham dan berusaha mencairkan suasana. "Kita berdua kayaknya happy dengan kehidupan masing-masing,"
"Nggak dengan aku." jawab Frans dengan cepat. "New Zealand tampak sepi karena nggak ada kamu di dalamnya."
Slebew, quotes of the year nggak tuh?
"Frans,"
"I miss you Kamila, more than you know.. aku cuman manusia yang punya banyak kesalahan sama kamu, dan jika waktuku untuk hidup sebentar lagi─aku mau Tuhan kasih kesempatan buatku untuk hidup bareng sampai akhir sama kamu,"
Tolong.. kenapa mendadak suasananya jadi mellow begini? Indra kapan pulang dari Singapura ya, tanya Kaia dalam batinnya.
"Frans," Kamila malah tertawa. "Kita ini udah tua, udah punya dua cucu pula,"
Frans mengangguk setuju. "Ya, aku pernah gagal jadi suami kamu, tapi aku nggak mau gagal jadi suami kamu untuk kesekian kalinya, menjadi kakek buat kedua cucu aku, dan setelah dipikir-pikir aku suka Jakarta karena ada kamu di dalamnya."
Wah.. Kalau begini Indra Kesuma sih kalah pamor sama bokapnya sendiri.
Kaia menghalau senyumannya dengan menelan makanan yang tersedia di depan matanya. Sementara itu, papa mertuanya tengah mengusahakan cintanya kembali bersama istrinya. Apa kabar si Desy, ya?
"Frans.." Kamila sudah terlihat menahan tangis sekarang, Kaia masih diam, menikmati pertunjukkan yang ada di depannya.
Selama hidup, Kaia tidak pernah melihat Papanya sendiri bermanis-manis pada Mamanya, memohon maaf pada Mamanya jika melakukan kesalahan, ataupun menyakiti dirinya, bahkan Kaia belum pernah melihat Papanya menangis karena cinta pada Mamanya. Mungkin, selera Mamanya juga agak aneh karena menyukai lelaki keras kepala seperti Papanya.
Dan sekarang, dia selalu dihadapkan dengan lelaki yang begitu mudahnya mengatakan maaf, memohon, mengiba, berlutut, bahkan menangis di pangkuannya seperti Indra Kesuma. Dan sekarang pun, Frans Kesuma, Ayah dari Indra Kesuma tengah memohon dan mengiba pada istrinya sendiri.
What's wrong with Kesuma generation? Astaga, jangan sampai Janaka seperti kakek dan ayahnya nanti. Kaia harap, Janaka menjadi pria yang pintar dan tidak mempermainkan hati wanita.
Dan sepertinya, Kaia pikir mertuanya akan membuka lembaran baru. Hari tua, bagi Kamila dan Frans memang nyata, sudah ada di depan mata malah, ketakutan akan kematian dan perpisahan ataupun dilupakan pasti dirasakan oleh keduanya. Apa lagi, jika cinta itu masih ada diantara mereka.
Namanya juga cinta, ya buta.
"Kamila.. can you accept me for the last?" pinta Frans dengan penuh harap. "I will be a husband what you want, be a good Grandpa for my Grand daughter and my Grand Son.. dan, menikmati waktu tua bersama kamu, Kamila."
Indra Kesuma skip! Out of my league pokoknya, bokap Mas Indra lebih keren! Jerit Kaia dalam hatinya.
Tanpa disangka-sangka Kamila mengangguk, Kaia sontak berdiri dan menjerit senang ketika melihat respon yang mama mertuanya berikan pada papa mertuanya.
"YASHHH! I'M NOT EXPECTED MA, YOU SUCH UNBELIEVABLE OH MY GODNESS─" dan suara tangis Janaka terdengar lebih nyaring dari pada biasanya karena baru saja terkejut dengan suara teriakan Kaia.
"Kaia!" Kamila menipiskan bibirnya kesal karena malu. "Janaka kaget dengar suara kamu lho, Sayang.."
"Maaf, Ma.. tapi aku senang banget gimana dong? Akhirnya Mama dan Papa... duh, terharu banget," Kaia mengusap sudut matanya yang basah lalu meraih Janaka ke dalam gendongannya. "Sayang.. it's okay, maaf ya kamu pasti kaget, please say hi to your Grandpa, akhirnya Gema maafin Grandpa, Nak.."
Frans tertawa melihat tingkah menantunya itu, sementara Kamila menyembunyikan wajahnya dengan malu.
Ketika Frans mengambil alih menggendong Janaka, Kaia mengangkat jempolnya pada Frans dan memuji kepintaran papa mertuanya itu. "Papa keren, lebih keren Papa daripada Mas Indra, serius deh.."
"Astaga.. Kamila, menantu kita ternyata.."
Kamila mengangguk paham. "Indeed, Kaia is such a bundle of joy, aku bersyukur punya menantu seperti Kaia, anakmu aja yang kurang bersyukur,"
"Sepertinya Indra memang terlalu lama menyadari bahwa istrinya seunik ini. Kaia, apa kamu mau hadiah? Papa bisa memberikannya untuk kamu, bilang sama Papa mau hadiah apa?"
Rezeki anak sholehah memang tidak kemana, pikir Kaia. Yang rujuk mertuanya, eh dia kena getahnya juga. Maksudnya, dapat hoki..
Siapa sangka, Kaia akan mendapatkan hadiah spektakuler karena telah menjadi menantu favorit Kamila? Jangan bilang-bilang pada Indra, soalnya Kaia punya rencana untuk kabur.
***
Kaia merebahkan Janaka di tempat tidurnya setelah memberikan susu, anaknya itu terkapar nyenyak karena kekenyangan, suara napasnya begitu tenang dan Kaia yakin Janaka tidak akan terbangun untuk empat jam ke depan.
Kaia memutuskan untuk mandi, dia belum mandi sejak pulang tadi dan sepertinya Indra tidak akan pulang cepat.
Mengingat soal urusan mertuanya yang berjalan lancar tadi siang, Kaia mendengar kabar terbaru bahwa Desy ternyata sudah menikah lagi dengan pria asal Brazil. Entahlah, karena tiba-tiba pembahasan Desy mengalir begitu saja dari papa mertuanya yang mengucapkan maaf pada Kamila dan Kaia secara tidak langsung.
Untungnya, pembahasan tentang Desy tidak se-sensitif dulu, Kaia juga tidak memedulikannya lagi karena ya.. Janaka lebih penting daripada apa pun, dan kebahagiaan tentang dirinya dan Janaka harus menjadi prioritas utamanya.
"Kaia!"
Kaia mematikan shower karena mendengar panggilan Indra. "Lagi mandi, Mas!"
"Can I join with you?"
Indra membuka pintu kamar mandi dan Kaia tersenyum, mengajak Indra untuk bergabung dengannya. "Sini!"
Indra tanpa sungkan membuka seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam shower room, Kaia menarik Indra agar berdiri di bawah guyuran air. Tawanya meledak begitu saja ketika tahu Indra belum sepenuhnya siap.
"Nakal!"
Indra dan senyumannya, Kaia menarik tengkuk Indra dan menciumnya. Dia merindukan Indra, entah kenapa banyak kejadian yang begitu membahagiakan hari ini.
"Ow─ow," Indra menahan wajah Kaia yang terus menciumnya. "Kenapa tiba-tiba?" tanya Indra.
Kaia menggeleng dengan senyuman, dia menggigit bibirnya dan menarik Indra mendekat padanya. "Nggak apa-apa, kangen aja."
"I miss you too, Darling.." ujar Indra dengan suaranya yang berat.
Indra membalas ciuman Kaia dengan dalamnya, mengusap wajah Kaia yang basah dan menciumi seluruh sisi wajah Kaia. Ini adalah rasa yang baru, rasa yang Indra rindukan Kaianya.
"I love you, Sayang.. capeknya kerasa hilang karena dicium kamu," balas Indra melepaskan ciuman mereka.
Tangan Kaia tidak tinggal diam, kini tangannya mengelus milik Indra memainkan jemarinya di sana dan membuat Indra memejamkan matanya. "Kalau aku tempat buat kamu pulang, jangan sekali lagi kamu berani buat cari tempat pulang yang lainnya, mengerti?" pinta Kaia dengan tegas.
Indra mengangguk, meraih wajah Kaia dan mencium dagu wanita itu. "Ya, you is my real home, Sayang.."
"Good," kali ini, Kaia meminta Indra untuk turun dan berlutut di hadapannya, mengelus belakang kepala Indra dan mencium puncak kepala pria itu yang basah.
Kaia melihat senyuman Indra dan Indra tampak mengerti apa kemauan Kaia saat ini, pria itu mendekatkan wajahnya dan mencium milik Kaia.
He used his tongue, Kaia menarik rambut-rambut Indra yang tebal dengan jari-jarinya menahan erangan nikmat yang bisa keluar saat ini. Gerakan Indra dibawah sana membuat Kaia menahan napasnya dan menyandarkan tubuhnya pada dinding yang dingin dan basah.
Seluruh uap telah memenuhi shower room, napas mereka sama begitu terengah-engahnya, Kaia menarik Indra untuk berdiri dan mencium bibir pria itu.
"Let's get some bed for us. I need you in my arms and under me, Sayang." bisik Indra di telinganya.
Kaia tidak menyangka bahwa saling bersentuhan dengan Indra akan senikmat ini, Indra memuja tubuhnya dan tidak memedulikan bekas jahitan sesar yang melintang di bagian perut bawahnya.
Kaia memastikan Indra mendapatkan pemuasannya, tapi ternyata Indra lebih memuaskan dirinya.
Napasnya Indra masih berperang dengan kulit lehernya, suhu tubuhnya sama dengan suhu tubuh Indra, tubuh mereka bahkan masih begitu basah karena keringat.
Kedekatan seperti ini, belum pernah Kaia rasakan sebelumnya, Indra menjadi berubah, sering menyentuhnya, dan tidak meninggalkan satu inci tubuhnya dari sentuhan tangannya.
"Berat, Mas.." rengek Kaia.
Indra mengangkat tubuhnya dan bertumpu dengan kedua lengannya. "Masih kangen.."
"Dih, bentar lagi Janaka bangun pasti, tadi ASI aku tumpah kemana-mana kena badan kamu,"
"Nggak apa-apa," Indra mencium keningnya dan berpindah tidur di sisinya.
"Aku baru tahu kalau kerangsang ternyata ASIku ikut keluar juga,"
Indra malah tertawa dan mengusap pelipisnya. "Naka belum bangun,"
"Untungnya,"
"Tadi sama Mama habis makan dimana?"
Kaia mengerutkan keningnya bingung. "Kok tahu?"
"Mama kirim foto kamu lagi makan sushi."
"Ah.. di resto Jepang, lagian Mama juga sekalian ketemu sama Papa kamu."
Kini giliran Indra yang terkejut. "Papaku datang? Kok dia nggak kasih tahu?"
"Mm, itu juga mungkin jadi salah satu alasan kenapa Papa kamu ajak Mama berbaikan, and praise the lord, semua berjalan dengan baik. Mama mau kembali sama Papa kamu, Mas."
Indra bangun dan menatap Kaia tidak percaya. "Kamu nggak lagi bohong, kan? Masa iya Mama luluh secepat itu?"
"Aku juga kalau jadi Mama bakal luluh secepat itu, Mas.. habis, Papa kamu keren,"
"Excuse me?"
Kaia mengerutkan keningnya. "Kenapa respons kamu begitu? Papa kamu memang keren, Mas.."
"Nggak kamu, nggak Desy bilang begitu, Papaku berbuat apa lagi?"
"Oh.. jadi Desy juga bilang Papa keren?" ujar Kaia mengusap dagunya sembari berpikir. "Tapi memang kenyataannya, sih, Mas.. meskipun udah tua, kharismanya itu lho yang bikin aku kesemsem.."
"Kaia.." suara Indra terdengar resah sekarang, kan tidak lucu juga kalau jatuhnya Indra cemburu sama Papanya sendiri.
Kaia tertawa. "Tenang, aku bukan Desy yang bakal menyimpan rasa buat mertuanya, gila aja kali.. oh iya, aku tahu dari Papa, Desy ternyata udah menikah lagi, ya?"
Indra mengangguk dengan wajah datar. "Mm, bulan lalu,"
"Oh? Jadi kamu tahu?"
"Ya tahu, di kasih tahu Papaku. Papaku kan nggak lepasin Desy karena setelah tahu hubungan kita sempat... hancur─"
"Bukan sempat lagi," ralat Kaia. "Memang hancur, Mas."
Indra hanya tersenyum simpul, Kaia tahu betapa besarnya Indra menahan malu. "Iya, aku yang buat hancur,"
"Nah! Akhirnya sadar!"
"Tapi kamu terima aku lagi? Kenapa? Udah mulai cinta lagi sama aku?"
"Nggak tahu ya.." Kaia berpikir sesaat mengenai hatinya, apa dia benar jatuh cinta pada Indra kembali? "... kata Zac sih, kayaknya iya─"
"Kok kata Zac?" tanya Indra tidak terima.
"Aku sama dia teman, memutuskan untuk berteman. Mas, Zac itu banyak bantu aku waktu hamil.."
"Iya dan kamu nggak minta apa pun sama aku waktu hamil," cetus Indra dengan ketus.
Kaia memutarkan bola matanya dengan malas. "Boro-boro mau minta segala sesuatu sama kamu, ya, Mas.. bawaannya tiap ingat kamu tuh kesal, aku selalu bilang dalam hati masa iya aku benci sama ayah dari anakku sendiri. Tapi kenyataannya memang begitu lho, Mas.. benci banget, sampai ke taraf dimana wajah Naka sekarang mirip kamu banget, aku nggak kebagian apa-apa."
Indra mendekat dan mencium bahunya. "Maaf, maaf.. maaf.."
Mau minta maaf sejuta kali pun memang sudah kejadian, mau diapakan lagi pikir Kaia. "Lupain, sekarang.. aku mau mandi, nanti kalau aku nggak mandi, kasihan Naka kena keringat kita berdua,"
Indra menegakkan tubuhnya kembali. "Bareng?"
"Nggak ya, Mas.. jangan aneh-aneh kamu!"
"Galak!" desis Indra.
"Aku memang galak, apa lagi kalau urusannya menyangkut kamu. Asal kamu tahu, aku menerima kamu bukan karena keinginan remeh seperti saat kita belum menikah. Nggak ya, Mas." tekan Kaia dengan sungguh-sungguh. "Sekarang, aku punya Janaka, dan kalau kamu memang berniat buat aku merasakan sakit yang sana lagi, lain kali aku benar-benar akan membuat kamu jera."
Indra memeluk tubuh Kaia dan mengangguk. "Ultimatum kamu aku terima,"
"Ya, soalnya... akhir-akhir ini aku pikir, poliandri nggak buruk juga. Dan aku, bisa ambil opsi itu."
Setelah mengatakan semuanya Kaia pergi meninggalkan Indra yang masih berusaha mencerna kata-kata Kaia yang tidak masuk akal baginya.
Dan setelah ini, Indra masih harus mendapatkan sikap ketus dari istrinya sendiri.
***
a/n:
Akur hore!
Mertuanya bawa dampak baik nih? Ya gimana ya, ngomongin soal hati mah susah. Hati sama otak tuh memang nggak pernah sinkron, sekarang ngomong nggak besoknya lain lagi. Memang sih, hati meresahkan banget. Kalau udah cinta kan yang bertindak hati ya.
Ini yang kesal sama Indra, nanti dibuatin POV Indra, kalian boleh kutuk dia dengan bebas.
Hahahaha
29, Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro