XXXI
──────────
Restore Me
──────────
***
XXXI
***
"Anak Ibu mau mandi, ya? Iya, Nak?"
Kaia tak bosan mencium ketiak Janaka pagi ini yang belum dimandikan, rencananya Janaka akan berjemur di teras belakang bersama Kalya. Kalya sudah sibuk datang sejak pagi dan mengatakan bahwa dia akan mengurus Janaka seharian ini sebagai refreshing dari tugas kuliah.
"Oh, udah resmi nih panggil Ibu?" tanya Kalya yang tengah menyandarkan tubuhnya diambang pintu.
Kaia mengangguk. "Iya, dong.. ini anak Ibu, ya, kan, Nak? Mau mandi ya, habis itu jemur sama Ate Kalya, iya?"
"Your pronounciation.." protes Kalya ketika mendengar bagaimana nada Kaia menyebut Ate yang ditujukan untuknya.
Ate yang Kaia maksud adalah Tante, namun panggilan lebih singkat yang sering dilakukan oleh suku Melayu. Kalau begini ceritanya, Kalya merasa jadi Ate-Ate Minang.
"Kata lo pacar lo si Fahmi kan orang Padang, ya cocok lah, Ate." ledek Kaia lagi.
Lihat? Bagaimana tidak menyebalkannya ibu-ibu satu itu. Jika bukan demi keponakannya, Kalya tidak akan mau bersabar menerima ledekan kakaknya.
Setelah Janaka dimandikan, Kalya membungkus Janaka dengan handuk, dibawanya Janaka ke teras belakang dekat kolam renang. Matahari pukul delapan pagi memang sangat pas, ditutupi oleh eye sleep wear, Janaka menggeliat dipangkuan Kalya dan Kalya tak kuasa menahan tawa.
"Naka! Awas aja kalo Onti dipipisin!" ujarnya mengingatkan Janaka agar tetap menjaga burungnya.
Untungnya, Kaia datang membawa pampers dan segera memakaikannya pada Janaka. "Pipisin Ate ya, Sayang.. mau eek juga nggak apa-apa,"
"Ya jangan!" sembur Kalya dengan tawanya. "Onti datang jauh-jauh sudah cantik begini masa di kasih pup sama pipis?"
"Cantik muatamu!"
Kalya mencubit Kaia dengan kesal. "Sirik aja lagian!"
"Gue mau mandi, abis itu mau pumping jaga anak gue baik-baik!" teriak Kaia.
Kalya mendengus sebal, menciumi ruas jari Janaka dan mengusapnya secara lembut. "Naka.. kalau sudah besar nanti, jangan jadi cowok playboy, jangan berani-beraninya nyakitin perempuan ya?" ujarnya bermonolog sendirian.
Janaka masih menggeliat di pangkuannya dengan nyaman karena menerima terpaan sinar matahari yang begitu nyaman. "... Ayahmu itu jahat, bikin Ibu kamu nangis.. tapi ibu Naka nggak pernah nunjukin, sampai sekarang kayaknya ibu Naka masih cinta sama si Ayah cuman masih marah aja.."
Kalya lalu tertawa melihat bagaimana kedua sudut bibir Janaka tertarik hingga membuat senyuman. "Kalau sudah besar, kamu pasti bisa bela Ibu, tapi kan kamu masih kecil.. nggak apa-apa deh, yang penting, kamu harus jadi lelaki yang cukup, jangan selalu merasa tamak. Naka harus jadi orang yang bersyukur, biar dimana pun Naka hidup, Naka bisa selalu merasa bahagia."
Keponakannya itu seakan mengerti apa yang Kalya ucapkan dan lagi-lagi tersenyum. "Ngerti nggak Onti ngomong apa sama Naka?"
"Ngerti Onti..."
Suara bass lain mengejutkan Kalya hingga membuat Kalya menoleh. Di belakangnya, ada Zac Pradipta mantan kakaknya yang baru saja datang. Pria necis, tinggi dan tampan itu memberikan senyuman yang meledek kepada Kalya karena Kalya baru saja berbicara pada keponakannya sendiri.
"Kakak lagi mandi, mau pumping ASI juga, paling baru bisa ditemui satu jam kemudian." katanya memberitahu Zac.
Zac melengkungkan senyumannya ke bawah memperagakan bahwa dia kecewa mendapatkan jadwal Kaia yang tidak sesuai dengan keinginannya. "Thanks judes buat infonya,"
"Aku nggak judes!" balas Kalya dengan sewot.
Baru saja Kalya menaikkan nada suaranya dan Zac hanya bisa tertawa. "Terus, kalau bukan judes apa dong?"
Zac membungkukkan wajahnya karena ingin melihat wajah Janaka yang tertutupi oleh penutup mata itu, namun Kalya langsung memukul punggung tangannya.
"Jangan pegang-pegang! Tangannya kotor dari luar, kan?!" bentaknya kini.
Zac melirik pada Kalya dan menyipitkan matanya. "Sadis... kakak sama adik nggak ada bedanya. Sama-sama garang, rawwwrrr!"
Kalya menggelengkan kepalanya merasa kesal dan benci karena Zac senang meledeknya. "Umur Bang Zac tuh berapa, sih?! Kayak bocah banget!"
"Kenapa? Penasaran,ya?"
"Iya!"
"Mm, 31."
"Wah.. sama kayak Mas Indra berarti, ya?"
Zac mengangguk. "Ya, segitu.."
"Tapi masih belum nikah?" tanya Kalya lagi dengan wajah polosnya.
"Oalah, kurang ajarnya.." Zac berkacak pinggang menatap Kalya dengan gelengan kepala. "Bapaknya kemana?" tunjuk Zac pada Janaka.
Kalya menggeleng sembari mengangkat bahunya. "Nggak tahu, kata Kakak semalam habis di usir,"
"Terus, dia pergi? Lemah amat bapak lo, Naka."
"Ih!" Kalya menyipitkan matanya lagi. "Jangan lo-lo dong! Yang sopan dikit, Naka ini bayi!"
"Ya memang gue ajak dia bicara kotor apa?" balas Zac dengan tawanya, Kalya ini memang aneh.
"Tapi Bang.." Kalya memerhatikan wajah Zac untuk beberapa saat. "Setelah dipikir-pikir, wajah Abang ganteng juga, kayak idol Kpop."
"TOLONG!" Zac langsung menutup kedua telinganya karena merasa menyesal mendengarkan pujian itu.
"Ih beneran.. kayak siapa ya, kayak Mingyu Seventeen tahu, nggak?"
Mana mungkin Zac tahu? Kalya ini bercandanya gila juga. "NGGAK LAH!"
"Ya udah, nggak usah ngegas." cibir Kalya dengan bibirnya yang maju.
"Ya habis lo aneh banget, nyama-nyamain gue sama Tomingseu."
"Mingyu! Bukan Tomingseu, Tomingseu mah F4, Meteor Garden!"
"Bodo amat! Memangnya gue peduli?!"
"Ih Bang Zac! Dasar jelek!"
"Lah, tadi lo bilang gue ganteng, gimana sih nggak konsisten?" protes Zac.
Kalya pening, kenapa juga dia jadi berdebat dengan manusia setengah gila seperti Zac? Lebih gilanya lagi, yang Kalya tahu Zac berniat merebut kakaknya dari Indra Kesuma. Ck, memang bisa?
***
Kaia sekali lagi merasa puas dengan ASI yang telah dia berikan pada Janaka. Hanya sedikit yang terbuang, dan setidaknya Kaia tidak merasa nyesek amat kalau membuangnya karena memang kemampuan Janaka dalam menerima ASI memang belum bisa banyak, tapi Kaia tahu kalau ASI nya cukup melimpah akhir-akhir ini hingga Kaia sadar kalau dia tidak bisa terus menerus pumping ASI miliknya.
Tapi, payudaranya terasa kencang dan nyeri, Janaka juga akhir-akhir ini lebih sering tidur dan tidak mau menyusu, apa mungkin Janaka bosan dengan ASI miliknya? Padahal, Kaia sudah berusaha menjaga asupan makanannya, bahkan tidak jarang dia menerima segala asupan makanan yang enak karena dengan begitu mind set Kaia terbentuk; gue makan enak, Janaka juga pasti bisa rasain makanan enak yang gue makan.
Tapi ternyata tidak ya.. Janaka malah lebih mudah kenyang akhir-akhir ini. Akhirnya, Kaia hanya bisa menyalurkannya dengan mesin pump, tapi salah satu payudaranya membengkak. Kamila, tadi meminta Kaia untuk mengompresnya dengan air hangat, cukup membantu tapi ternyata payudaranya membengkak kembali.
Akhirnya Kaia konsultasi dengan konsultan laktasi yang mengatakan bahwa itu adalah mastitis. Payudara kanannya terasa sangat nyeri sekarang dan Kaia berusaha meredam nyerinya sendirian. Akhirnya, Janaka rewel.
Kaia mencoba menyusui Janaka, tapi ternyata Janaka malah memperburuk kondisi payudaranya. Karena terjadinya peradangan di bagian puting, lidah Janaka terasa lebih kasar daripada biasanya dan menimbulkan lecet hingga berdarah.
Tidak ada ASI yang keluar melainkan itu hanyalah darah. Kamila mengambil alih Janaka dan untungnya stok ASI masih banyak, terpaksa lah Janaka memakai botol untuk meminum susunya.
Masih belum di situ saja, karena mulai terjadi pembengkakan, suhu tubuh Kaia naik. Kaia merasakan hawa panas dingin yang membuat ngilu tulang-tulang pada tubuhnya, untuk sementara waktu akhirnya Kaia terpaksa mengkonsumsi paracetamol demi menurunkan rasa nyeri dan demam yang dia rasakan.
"Malam ini Janaka tidur sama Mama dulu deh, ya.. kamu kan belum bisa menyusui Janaka juga," ujar Kamila.
Kaia menggeleng dengan wajah pucatnya. "Ma, maaf ya, aku repotin Mama.."
"Nggak Sayang, nggak sama sekali, kamu istirahat, ya?" pinta Kamila pada Kaia.
Kaia mengangguk, mencoba untuk istirahat tapi tidak bisa. Kaia bahkan membaca cara-cara mengobati mastitis dari artikel, namun usahanya tidak ada yang membuahkan hasil.
Masih merasa sakit, Kaia mengisi bathub dengan air hangat. Suhu tubuhnya kian meningkat dan Kaia tidak mau dia sampai harus dilarikan ke rumah sakit, jahitan sesar saja bahkan baru kering lalu harus kembali ke rumah sakit? Tidak, terima kasih. Lama-lama, Kaia jadi trauma dengan kata rumah sakit.
Apa lagi, jika mengingat masa-masa dimana dia dan Janaka terpisah lama karena Janaka yang harus dirawat di NICU.
Berendam dengan air hangat hanya mampu memberikan distraksi dan relaksasi sementara, ada bagian yang ingin Kaia ambil dari payudara kanannya, sumbatan yang menyebabkan mastitis.
Rasa itu begitu sakit, Kaia berpikir apa semua ibu menyusui merasakan hal yang sama?
"Ya Tuhan.. sulit amat, gue cuman mau ibadah kasih anak gue makan lho.." Kaia terisak sembari mengompres payudaranya.
"Kaia,"
Kaia yang tengah berdiri di hadapan wastafel bisa melihat seseorang yang baru saja memanggilnya dari pantulan cermin.
Di belakangnya, Indra baru saja datang. Entah darimana tapi penampilan Indra yang begitu rapi membuat Kaia malu. Indra memakai tuxedo hitam dengan dasi pita yang terikat di kerahnya. Apa Indra baru saja menghadiri acara resmi?
Sedangkan Kaia? Dia melihat dirinya di pantulan cermin, rambut panjangnya yang basah, kusut dan kacau. Di bawah kedua matanya terdapat lingkaran hitam yang membuat Kaia terlihat seperti Panda, bibirnya kering dan pucat, dia tidak bisa disebut dalam kondisi manusiawi.
Kaia menutupi kembali seluruh tubuhnya dengan bathrobe berbalik menghadap Indra yang terus menatapnya sejak tadi.
"Kenapa datang, Mas?"
Pertanyaan itu bukan pertanyaan yang ramah, tapi Indra tidak menggubrisnya, dia mendapatkan pesan dari Mamanya yang mengatakan bahwa Kaia sakit. Indra langsung pulang dari acara penggalangan dana yang baru saja dimulai tadi.
"Mana yang sakit?" tanya Indra pada Kaia.
Kaia menatap Indra dengan kedua matanya yang kebingungan. "Apanya?"
Tanpa banyak basa basi, Indra menempelkan punggung tangannya di kening Kaia. "Kamu demam, kenapa mandi malam-malam?"
"Aku nggak mandi, Mas.. tadi cuman berendam aja, sekarang lagi kompres payudara─"
"Aku beli nipple cream," Indra mengeluarkannya dari saku celana. "Mama bilang puting kamu berdarah, mau aku bantu?" tawar Indra.
Kaia mengangguk kaku, dia bukan malu, tapi.. entah kenapa ya, mungkin, dia sedikit grogi dan minder dengan penampilan Indra yang rapi malam ini.
Kaia membuka bathrobenya kembali dan memperlihatkan payudara kanannya yang bengkak dan putingnya yang membengkak, Indra bahkan mencuci tangannya lebih dulu, merasa malu Kaia tidak melepaskan pandangan matanya dari gerakan Indra yang begitu cekatan membuka salep.
"Tapi Mas─" cegah Kaia.
"Ya? Kenapa?"
"Itu.. putingku, ada sumbatan di lubangnya itu yang bikin ASI aku nggak bisa keluar, Mas.. kalau ditambah nipple cream nanti malah menutup sumbatan ASI itu,"
"Oh.. gitu, ya?" Indra kini menutup salep itu kembali dan memandangi payudara kanan Kaia yang bengkak. "Mau ke dokter?"
"Tadi aku udah tanya-tanya sama konsultan laktasi waktu itu, Mas.."
"Terus, harus gimana?"
"Kompres.. atau nggak paksain menyusui, tadi aku coba Janaka tapi malah berdarah,"
Indra mengangguk kebingungan. "Kita pindah ke ranjang, oke? Kamu pusing? Aku ambilkan baju, ya?"
Kaia mengangguk, tidak menyangka bahwa dia akan dilayani oleh Indra. Mengingat bagaimana dulu dia yang melayani segala kebutuhan Indra, dan sekarang kondisinya berubah.
Indra membawakan satu setelan panjang kimono, itu adalah pakaian khusus menyusui dan Kaia tak terpikir untuk membelinya. Jadi, siapa yang membelinya? Tentu saja Kamila, mertuanya.
"Pakai dulu baju kamu, oke? Setelah itu aku bantu kamu kompres lagi─"
"Mas.. Jas kamu," cegah Kaia, dia justru mengkhawatirkan tuksedo Indra yang bisa kotor.
Indra mengangguk. "Alright," tanpa kata Indra melepasnya, tak lupa dengan dasi pita yang terpasang rapi itu, kedua lengan kemeja yang sudah digulung hingga ke siku.
Indra mengambil sisir di atas meja rias dan mulai menyisiri rambut Kaia. Tolong... Kalau gini, iman gue jadi lemah. Kaia memejamkan matanya karena dia merasa Indra sangat menyayanginya? Eh, apa dia salah?
"Mau diikat?" tawar Indra padanya.
Kaia membuka matanya dan mengangguk. Dan anehnya lagi, entah darimana Indra memiliki scrunchie yang keluar dari saku celananya.
"Scrunchie punya siapa, Mas?" tanya Kaia curiga, jangan-jangan punya Desy.
"Punya Isla, tadi Isla digendong aku, anaknya nggak mau diam, ngamuk dan nggak suka rambutnya diikat," jawab Indra.
Kaia mengulas senyum tipis, Indra tidak ada bakat menguncir rambut tapi melihat usahanya Kaia berusaha menghargai pria itu.
"Makasih, Mas.."
"Kaia, udah mendingan─lho, ada kamu toh?"
Pintu kamarnya yang tidak tertutup itu membuat Kamila bisa melihat ke dalam sepenuhnya. "Ma, aku baru datang,"
"Baguslah, kalau gitu kamu bantu Kaia, Ndra." cetus Kamila.
Bantu apa? Batin Kaia dengan heran. "Ma, dari tadi Mas Indra udah bantu aku kok,"
"Bukan.." Kamila datang mendekati Kaia dan Indra. "Kamu," tunjuknya pada Indra, "Mama siapkan wadah nanti,"
Kening Indra berkerut tak mengerti. "Buat apa, Ma?"
"Lemesin payudaranya, Kaia." jawab Kamila enteng.
Eh, main sembarang lemesin aje... "Ma, kayaknya nggak usah─"
"Mau sembuh nggak?" potong Kamila dengan tegas. "Mama dulu pernah kayak kamu, dibantu sama suami Mama ya gimana lagi, jijik nggak jijik Indra harus mau bantu,"
"Tapi kan, Ma─"
"Ya udah, Mama kasih tahu caranya biar aku bantu Kaia, Ma." putus Indra.
Kaia menoleh cepat pada Indra. "Nggak usah, Mas.."
Kamila mengangguk. "Kamu, menyusu di payudara Kaia, Ndra. Kasih pelumas, bukan untuk having fun─tapi puting Kaia tegang dan biar sumbatannya bisa keluar, kamu harus memancingnya sampai ASI Kaia bisa keluar,"
"Berapa lama?" tanya Indra.
"Ya sampai keluar ASI, dong, Ndra.."
"Oke, kalau gitu Mama kasih aku waktu sama Kaia biar aku bisa bantu dia." putus Indra yang sudah siap.
Kamila mengangguk antusias. "Butuh wadah nggak? Takutnya kamu muntah,"
"Nggak, Ma." jawab Indra dengan percaya diri.
Kaia hanya bisa meringis, membayangkan Indra akan menelan darah yang bisa saja keluar dari payudaranya seperti Janaka tadi. Ah, manusia satu ini.. usaha cari perhatian darinya sampai segininya amat, kalau Kaia memaafkan Indra dengan mudah bagaimana jadinya?
*
**
a/n:
Awokwokwok.. drama menyusui itu luar biasa hebatnya lho, teman-teman. Nggak sedikit yang mengeluh kalau ibu yang menyusui tidak bisa merasa fine dan have fun karena bisa menyusui anaknya.
Ada yang nggak bisa makan, nggak bisa tidur, sakit badan, sakit payudara, puting lecet, berdarah, mulas saat menyusui, mastitis, luar biasa sekali. Salut deh sama ibu-ibu yang menyusui anaknya, rela membagi sumber makanan dengan anaknya.
Dan mastitis adalah masalah yang paling sering ditemui, rasa ganjelnya itu yang katanya bisa bikin sakit, ngilu, bengkak, demam, dan rasanya bukan main. Aku tuh lebih sering dapat keluhan mastitis karena apa, nggak semua bayi rutin mau minum susu setiap dua jam sekali, atau tiga jam sekali. Bahkan, ada bayi yang kerjaannya tidur terus.
Dan Janaka adalah salah satu contoh bayi kalau udah kena food comma, dia pasti tidur lama, anteng... sampai lupa nggak mau nyusu.
Jadi, apakah drama mastitis ini bisa memberikan kesempatan pada Indra? Enak ajeee wkwkk.
Maaf banget aku update pagi, soalnya siang ini si aku Yudisium! Yeay, finally!
Happy reading ya!
Thanks God its Friday!
26, Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro