XXX
──────────
Restore Me
──────────
***
XXX
***
Satu bulan lebih Janaka di ruang NICU mendapatkan hasil yang signifikan. Kaia keluar dari rumah sakit lebih dulu dibandingkan Janaka, anaknya. Janaka masih terpasang ventilator saat itu, meskipun berat badannya berangsur-angsur naik hingga kini memiliki berat badan dua kilogram, dokter anak mengatakan bahwa Janaka sudah siap untuk mengenal dunia luar.
Pelepasan ventilator dilakukan secara bertahap, para tim medis melakukan beberapa upaya dalam mengembangkan sistem pernapasan terutama paru-paru Janaka yang terus dilatih secara mandiri agar bisa melakukan difusi atau pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan baik. Selain itu, reflek menghisap Janaka juga sudah ada, anaknya tidak lagi dipasang OGT dalam pemberian susu.
Kaia bahkan rela belajar IMD di ruang NICU dengan tubuhnya yang sudah steril, perawat dan dokter mendampingi Kaia untuk menggendong Janaka pertama kalinya saat itu, Kaia menyusui Janaka secara langsung dan betapa senangnya Kaia ketika Janaka mencari dan menemukan putingnya.
Melihat bagaimana pesatnya pertumbuhan Janaka, dokter benar-benar mempersilakan Janaka untuk pulang bersama dirinya. Indra, menyiapkan satu kamar yang tersambung dengan kamar mereka, meskipun masih ada perang dingin di antara mereka dan Kaia meminta untuk pisah ranjang, Indra tidak protes sama sekali. Bahkan, jika itu membahas persoalan Janaka, Kaia dan Indra akan mengesampingkan ego mereka.
Kalya, dan Mamanya membuat sambutan kecil dan hangat di rumah baru yang Kaia beli. Rumah itu memang tidak sebesar rumah Kamila dan Indra, tapi Kaia sangat puas, setidaknya ini adalah rumah Janaka. Bukan rumah dirinya.
Terkadang, Kaia berkata bahwa Indra tidak perlu memaksakan diri. Siapa yang akan percaya, sih? Beberapa bulan yang lalu, Indra mengatakan kalau dia masih mencintai Desy, lalu kini kembali padanya dan Janaka dengan cara yang memaksakan diri. Kaia tidak mau, lebih tepatnya dia sendiri pun bingung, apa Indra benar-benar mencintainya?
Keraguan itu kian membesar, dan Kaia rasa dia sangat wajar merasakan hal seperti itu. Lalu Indra mengharapkan apa darinya sekarang? Kalau dia berperan sebagai ayah dari Janaka, maka Kaia bisa menerimanya. Tapi jika Indra berperan sebagai suaminya, Kaia tidak bisa menerimanya.
Perlakuan Indra padanya memang kian menghangat. Tapi Kaia baru menyadari apa arti dari kata mempermainkan. Ini berbeda dengan hubungan yang dikatakan berpacaran, dia dan Indra sudah menikah, lalu dia dipermainkan hingga membuat Kaia sendiri takut dan ragu apa ini semua benar?
Maka dari itu, setelah tahu bahwa Janaka bisa dimanfaatkan oleh Indra lebih dulu, Kaia akan melakukannya lebih cepat.
Malam ini, Janaka tidur lebih cepat dari biasanya, dia telah digantikan pampers dan mengalami food comma setelah menyusu begitu banyak darinya tadi.
"Mas," panggil Kaia pada Indra yang berdiri di sisi nursery Janaka dan memandang anaknya.
Kian hari, wajah Janaka memang mirip dengan Indra, bahkan potongan rambut dan wajahnya pun sama. Kaia tidak mendapatkan bagian apa-apa!
"Ya?" Indra menoleh kepadanya dengan wajah kalem, lelah karena menjaga Janaka saban hari karena memaksakan diri berperan sebagai ayah, tapi tidak apa-apa karena itu cukup membantu Kaia. "Kamu tidur sana, biar aku yang jaga Janaka di sini,"
"Janaka nggak usah dijagain, Mas.." jawab Kaia lelah, dia hanya ingin Indra pergi dari pandangannya. "Kamu mau stay di sini sampai kapan?"
Indra mengajak Kaia keluar dari nursery room Janaka dan menutup pintunya dengan begitu pelan. "Kaia, kamu mengusir aku sekarang?" tanya Indra dengan terang-terangan.
Kaia mengangguk dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi, dia tidak mau bermanis-manis pada Indra. "Ini rumah Janaka, bukan rumah aku, bukan rumah kamu,"
"Tapi Janaka—"
"Kamu nggak harus tinggal di sini, Mas.." Kaia mengalihkan tatapannya, lalu dia melipat pakaian-pakaian Janaka yang tertumpuk di atas ranjang. "Aku nggak mau memaksakan diri bersikap manis-manis pada kamu, Mas.. Aku sebal, aku nggak suka,"
Kaia berbicara terus terang sambil melipat pakaian Janaka, Indra melangkah mendekati dirinya dan membuat Kaia tersenyum tipis mengetahui karakter Indra yang mungkin akan menentangnya.
"... kamu tahu sendiri aku udah nggak bersikap baik sama kamu, aku bahkan nggak bisa menghormati kamu sebagai suami aku. Mungkin, kamu juga bisa merasakannya kan, Mas?" Kaia masih dengan tenang membicarakan keinginannya. "Aku nggak akan larang kamu buat ketemu Janaka, kamu bisa ketemu Janaka kapan aja, Mas."
"Kaia aku nggak bisa meninggalkan kamu berdua saja dengan Janaka di rumah ini, Kaia.."
"Nggak apa-apa, Mas.. minggu depan kan ada Sri, dia bakal bantu aku hire semua pekerjaan rumah, urusan Janaka dia urusan aku."
"Nggak—"
"Mas.." Kaia menoleh dan mendapati Indra sudah bersimpuh di atas lantai dengan wajah yang memelas. "Kamu mau apa lagi dari aku? Kamu yang buat aku begini, aku udah nggak bisa percaya sama kamu, gara-gara kamu dan Desy—tiap aku lihat kamu, aku berpikir kalau aku nggak pantas buat kamu, Mas? Aku meragukan kamu tiap waktu, mungkin kamu bisa bersikap jujur pada Janaka karena dia anak kamu, tapi aku... aku.. siapa kamu?"
Kaia melipat pakaian Janaka diiringi tangisannya yang terus turun, Indra masih menatap wajahnya yang menangis di hadapan pria itu. Tapi, apakah Indra mengerti kalau Kaia tersiksa dengan perasaannya sendiri?
"Kamu bersikap baik, perhatian, seakan kita nggak punya masalah. Sebenarnya kita ini apa, Mas? Aku, orang lain yang kebetulan kamu nikahi, lalu jadi istri kamu, mengandung anak kamu, melahirkan anak kamu. Udah, kita bua itu sesimpel mungkin, tapi jangan lagi kamu tunjukkan bahwa kamu mencintai aku. Jangan ya, Mas.." pinta Kaia dengan memohon. "Jangan lagi, aku nggak mau dicintai lagi—atau mungkin memang kamu nggak pernah cinta sama aku karena kamu cinta Desy,"
Indra menggeleng, meraih kedua tangan Kaia dan menciumnya. "Kaia aku cinta kamu, kamu istri aku, Kaia.. kamu pantas dicintai—"
Kaia menggeleng dengan tangisan kuat. "Nggak mau..."
Dia sudah seperti anak kecil sekarang, kenapa Indra tidak mengerti bahwa Kaia sudah tidak punya kepercayaan diri akan cinta yang pernah dia rasakan dari Indra. Bahkan, Kaia berpikir semua itu ilusi, kalau Indra berlaku baik dan tulus kepadanya itu hanya akan menyusahkan Kaia.
"Aku nggak mau.. Jangan, Mas.."
"Kenapa?" kedua mata Indra yang memerah masih menatapnya.
"Aku nggak bisa membedakan mana cinta kamu, yang kemarin itu apa.. terus kamu dan Desy—"
"Nggak ada Desy lagi," potong Indra dengan tegas. "Nggak ada, di sini," Indra meletakkan tangan Kaia di atas dada Indra tepatnya, jantung Indra yang berdegup dengan kencang. "Di sini cuman ada kamu!"
"Nggak!" lawan Kaia melepas kedua tangan Indra. "Aku.. aku... nggak, kamu bohong, Mas.. kamu bohong, kalau bisa aku mau lepas dari kamu aja, Mas. Berbulan-bulan kamu pergi, selama aku hamil, kamu datang cuman buat menyetubuhi aku aja, sisanya? Kamu usaha bersama Desy, kan?"
"..."
"Mengingat kamu sama Desy bikin aku sakit, Mas.. aku jadi tambah kelihatan lemah di mata kamu, aku lemah.. aku nggak punya apa-apa, tapi kamu memaksakan diri buat masuk seperti ini!"
"Maaf Kaia.. maaf.."
Kaia belum pernah merasa sesakit ini, tidak pernah! Pernikahannya dengan Indra bahkan akan menginjak usia satu tahun, tapi dia sudah menerima sakit sebanyak ini. Bagaimana cara Kaia untuk memaafkan Indra?
Banyak wanita lain di luar sana yang bertahan dan lebih memilih memaafkan suaminya hanya karena anaknya, tapi Kaia tidak bisa. Apa dia egois karena tidak bisa mempertahankan Indra sebagai suami di sisinya? Ataupun mempertahankan Indra sebagai Ayah Janaka?
Kaia mengusap air matanya dan menarik napasnya, memberikan udara masuk ke dalam paru-parunya agar memberikan rasa lega yang ingin Kaia dapatkan sejak tadi, tapi kenapa sialnya dia tidak merasa lega?
Bahkan, Indra yang duduk di bawahnya, menyandarkan kepalanya di lutut Kaia dan memohon maaf terus menerus sejak tadi. Apakah ini benar?
"Kaia," dengan suara lemahnya, Indra menatap Kaia kali ini. "Aku memang nggak tahu diri karena nggak mau pergi dari kehidupan kamu, tapi tolong... izinkan aku sekali lagi, menebus kesalahan, memberikan cinta yang aku punya untuk kamu. Kamu nggak usah melakukan apa pun, biar aku yang melakukan segalanya untuk kamu, Kaia..."
Kaia menggeleng. "Nanti aku bakal jadi orang paling jahat buat kamu, Mas..."
"Nggak apa-apa," Indra memaksakan senyumannya. "Aku nggak akan maksa kamu, aku juga nggak akan minta kamu untuk melakukan apa pun yang aku mau, aku cuma mau jadi suami kamu, jadi ayahnya Janaka.."
Permintaan Indra begitu sederhana dan itu adalah yang Kaia butuhkan. Tapi apakah memberikan persetujuan sekarang akan menjadi langkah yang benar? Zac bilang, kalau Kaia harus memberi maaf pada Indra karena Indra adalah ayah dari Janaka. Karena Indra lah yang membawa kehidupan untuk Janaka hingga Janaka ada di dunia ini, karena Indra juga yang berperan penting untuk kehidupan Janaka sebagai seorang ayah dan laki-laki.
Lalu, apakah permintaan hati dan logika bahwa Kaia sudah terlalu banyak menerima rasa sakit hingga dia tidak bisa mempercayai Indra sekarang ini kebenaran? Dia meragukan Indra lebih dari sebelumnya, memikirkan terburuknya bahwa Indra hanya ingin dekat dengan Janaka.
"Aku sayang kamu, Kaia... Gimana mungkin aku bisa melepas kamu?" Indra mengusap wajahnya yang basah dan mencium kening Kaia.
Untuk sesaat, Kaia menyatakan ini benar, getting hard for happiness itu memang butuh usaha yang besar, dan Kaia rasa mungkin Tuhan sengaja menguji pernikahannya sampai seberat ini di awal kehadirannya anggota baru.
Janaka harusnya disambut lebih hangat, dengan situasi yang baik, bukan situasi yang suram seperti ini.
Indra mengusap pelipisnya, ciumannya turun pada pipi kanan Kaia dan pria itu memberikan senyuman yang pernah Kaia kenal sebagai senyuman miliknya.
"Aku pulang, tapi besok aku ke sini lagi, ya?"
Kaia tidak menjawabnya, Indra mencium keningnya sekali lagi lalu pergi keluar dari kamarnya. Tanpa harus menunggu lama, Kaia bisa mendengar deru mesin mobil Indra yang menyala. Indra telah pergi, dan Kaia merasakan episode baru pada pernapasannya.
Tidak lagi satu ruangan bersama Indra adalah sebuah kenikmatan, Kaia bisa mencintai dirinya sendiri, Kaia bisa meyakinkan dirinya bahwa dia layak.
***
a/n:
Aku akan buat Indra menjadi pria paling cengeng di dunia perhaluan ini wkwkwkwk. Menurut kalian gimana, guys? Kasih waktu dulu nggak sih, buat Kaia dan Janaka? Tapi aku lebih kasihan sama Janaka yang nggak punya bonding time sama Bapaknya sendiri.
Lima part ke depan, udahan ya, tamat ya, setuju nggak?
25, Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro