Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXVIII

──────────
Restore Me
──────────

***

XXVIII

***

Indra Kesuma tidak pernah merasa sekesal ini di dalam hidupnya, tapi ketika tamu yang tidak di undang itu datang dan membawa hadiah untuk istrinya rasanya darah yang ada pada tubuh Indra menggelegak dengan penuh rasa amarah.

Indra tahu, hubungannya dengan Kaia belum baik-baik saja, bahkan.. sangat buruk. Apa lagi, setelah dia sadar bahwa urusan Desy bisa mengandung atau tidak bukan tanggung jawabnya. Awalnya, Indra merasa bersalah, wanita yang sudah di kenal selama sepuluh tahun dan hidup bersamanya. Siapa yang bilang begitu mudah melupakan Desy? Tentu saja tidak.

Indra merasa bersalah setelah Desy mempertanyakan bahwa Kaia bisa mengandung anak Indra, lalu kenapa dia tidak bisa? Tapi, apakah Indra bisa mengatur itu semua? Tidak. Itu semua adalah kehendak Tuhan.

Menjalani pernikahan rujuk dengan Desy pun terasa buruk. Indra kehilangan penopang hidupnya, semua akses tentang Kaia ditutup oleh Mamanya dan Indra benar-benar berang.

Di setiap harinya Indra hanya bisa mendapatkan kabar dari ART yang bekerja di rumahnya, itu pun jarang, karena dia cukup sibuk bekerja di rumah. Apa lagi, Kaia yang jelas tidak seterbuka itu, sering mengurung diri di kamar, akan keluar jika Mamanya mengajak makan dan mengobrol saja.

Frustrasi, Indra sangat frustrasi. Dan puncak kebodohannya adalah kemarin. Indra tahu, Kaia yang dia kenal adalah wanita keras kepala yang pantang disakiti oleh orang lain. Dan Indra mendadak bodoh karena telah berani-beraninya menyakiti Kaia hingga wanita itu bersikap keras kepadanya.

Dan sekarang? Apa Zac Pradipta ini kurang kerjaan sampai harus datang menjenguk istrinya? Indra akan berbicara pada Arya Atmodjo untuk karyawannya yang satu ini.

"Babe.. kemarin kan nggak jadi beli sandal karena lo keburu melahirkan, jadi.. sekarang gue beliin lo sandal ternyaman ini." ujar Zac yang membawa sepasang sandal Crocs berwarna hitam untuk Kaia.

"Gue udah bilang! Gue nggak mau Crocs!" keluh Kaia pada Zac.

"Lo belum coba, Kaia. Percaya sama gue, lo bakal jatuh cinta sama sandal ini. Mungkin.. bisa jatuh cinta lagi sama yang kasih sandalnya ke lo."

Indra menahan dirinya untuk tidak menonjok Zac sekarang juga. Indra tahu, bahwa dia tengah diabaikan secara sengaja oleh Kaia. Tapi jika melihat istrinya digoda oleh pria lain..

"Sayang, sebentar lagi konsultan laktasi bakal datang buat ketemu."

Kaia mengerutkan keningnya menatap Indra yang duduk di sofa. "Buat apa?"

Indra malah tersenyum. "Kamu bilang ASI kamu belum keluar, biar kamu juga tahu gimana nanti jaga-jaga menyusui anak kita secara langsung."

Sebenarnya, hati Kaia terenyuh, dia tidak expect kalau Indra akan mendengarkan keluhannya tadi pagi pada Mamanya tentang susu formula yang Indra berikan untuk anaknya. Sementara itu, payudaranya terasa kencang dan membengkak, tapi belum ada tanda-tanda ASI nya akan keluar.

"Mm, ya.." Kaia berdeham dan menggaruk kepalanya dengan canggung, lalu dia menatap Zac kembali. "Lo.. mau ketemu anak gue, nggak?"

"Nggak boleh!" timpal Indra tiba-tiba.

Kaia melongo mendengar protes yang Indra layangkan. "Kenapa juga Zac nggak boleh ketemu sama anak aku?!"

"Ruang NICU harus steril, Kaia." balas Indra dengan rasional.

"Tapi Zac juga bakal di kasih gown kok!"

"Tapi tetap aja, kita nggak tahu Zac bisa aja bawa kuman dari kantornya?"

"Kamu memang sengaja, kan? Aku itu mau berbagi kebahagiaan sama mantan aku!" jelas Kaia tak mau kalah melawan Indra.

Indra tetap menggeleng. "Nggak boleh, dia boleh jenguk anak kita nanti aja, kalau udah stabil dan boleh keluar dari ruang NICU."

"HADEUH!" sambar Zac lelah mendengar keributan alay ini. "Lo berdua alay kabangetan, daripada sibuk berantem siapa nama anak lo?" tanya Zac pada Kaia.

Kaia menghela napasnya pasrah namun masih tetap menatap Indra dengan sengit. "Janaka,"

"Doang?"

"Janaka Nawasewa,"

"Siapa yang kasih nama anak kita?" tanya Indra dengan wajah yang hendak protes.

Kini, Indra berdiri di sisi kanannya, sementara Zac berdiri di sisi kirinya.

"Papaku yang kasih nama anak aku."

"Anak kita, Kaia," ralat Indra dengan senyuman. "Ya udah, aku suka kok nama Janaka."

Mendadak Kaia pening, maunya kan dia membuat Indra sedih. Kok Indra tidak sedih ketika tahu dia tidak mendapatkan bagian namanya?

"Janaka aja?" kini Indra kegirangan memegang kedua tangannya. "Janaka Kesuma, aku suka. Kita bisa panggil dia Naka."

"Cuih!" sambar Zac.

Kaia melepaskan kedua tangannya lalu meraih kaus Zac dengan tangannya. "Lo mau kemana?"

"Pulang,"

"Kok pulang?" tanya Kaia dengan manja.

Indra langsung memutus cengkeraman tangan Kaia pada kaus Zac. "Aku ada di sini, Kaia.."

"Mas!" dengan berang, Kaia mendorong kedua bahu Indra. "Mau kamu itu apa sih, Mas?"

"Mau aku? Aku mau kamu." jawab Indra dengan enteng.

Zac menguap dan akhirnya dia berkata. "Gue ke kantin dulu deh, malas banget denger omongan suami lo,"

Setelahnya Zac benar-benar sudah keluar dari ruang rawat inap Kaia. Kaia menahan napasnya hanya karena Indra kini meraih tangannya dan mulai menciuminya.

"Maaf, aku minta maaf.. maaf.."

Nggak semudah itu bangsat! Kaia ingin memaki Indra sekarang. Tapi dia ingat, dia baru saja melahirkan, wanita yang baru saja melahirkan menjadi manusia suci yang dosanya sudah luruh di hapus oleh Tuhan. Iya, kan?

Jadi, kalau buat dosa sedikit boleh lah, ya? Setelah ini, Kaia akan insyaf menjadi ibu yang baik untuk Janaka.

"Mas," kata Kaia dengan serius.

Indra mengangkat wajahnya. "Mm?"

"Mau kamu itu apa sih, Mas? Aku itu udah nggak punya kekuatan apa pun lagi buat hadapi kamu. Capek, maunya kamu pergi, mundur, kalau perlu kita cerai aja. Aku percaya, kalau kita cerai kamu nggak akan lupa sama Janaka, kan?"

Indra malah menggeleng dengan wajah memelas. Ini kenapa Indra mendadak sok polos kayak anak anjing, sih? Padahal, kelakuannya kayak setan.

"Nggak mau, aku nggak mau cerai, Kaia. Berapa kali aku bilang?" balas Indra.

Kaia menggelengkan kepalanya tanpa berusaha mengalihkan tatapan matanya dari Indra. "Padahal, niatku mau cerai dari kamu biar jadi janda kaya. Seenggaknya, dengan cerai aku bisa dapat harta gono gini buat hidup sama Janaka. Aku udah mimpi jadi janda kaya Indra Kesuma. Kenapa sih, susah banget cerai sama aku?"

Indra tidak tahu apa yang salah dengan otaknya atau mungkin dengan otak Kaia. Bagaimana istrinya bisa.. Ya, ini adalah Kaia. "Kaia.. yang aku punya semuanya milik kamu, tapi nggak dengar perceraian." tegas Indra.

Kaia tertawa meledek Indra. "Nggak mau, kamu udah bagi hati kamu kemarin sama Desy. I was fool, karena jatuh cinta dengan mudah sama kamu, memuja kamu sebagai suami aku, ternyata kamu yang injak-injak aku seperti tai."

"Kaia!" Indra menggeleng dengan wajah tidak suka. "Sudah berapa kali aku bilang kamu lebih berharga daripada apa pun!"

"Males banget dengar kamu ngomong begitu, Mas!" bantah Kaia dengan menggosok telinganya. "Aku tuh udah capek, ketemu sama kamu aja kerjaannya ribut, udah bener kamu nggak usah temui aku, gara-gara kamu, anak aku harus lahir sebelum waktunya!"

"..."

"Aku ngerasa gagal melindungi dia, Mas.." Kaia tidak bisa menahan air matanya sekarang. "Tadinya, aku sama Mama mau bikin rencana acara tujuh bulanan, aku kira, semuanya bakal baik-baik aja.. aku kira, dia masih bisa tumbuh di dalam perut aku, tapi dia.."

Kaia menangis, sial dia benci menjadi lemah seperti ini apa lagi di hadapan lelaki. Pride yang Kaia miliki rasanya sudah tercoreng karena kelemahannya. Memang ya, segarang apa pun seorang wanita jika urusannya sudah menyangkut anaknya, tidak akan ada ibu yang tahan.

"Anak aku harus bertahan hidup dengan ventilator, napas Janaka cepat banget, berat badannya bahkan kurang.. kemarin, badannya masih kecil," Indra mengusap air mata yang terus turun dari kedua mata Kaia. "Aku ngerasa bersalah banget, dia lemah banget, gimana kalau dia nggak kuat? Aku selalu berdoa setiap menit dan memastikan kalau Janaka nggak akan kenapa-napa diawasi oleh perawat di ruang NICU, aku─"

Indra tidak tahan untuk tidak memeluk Kaia, Kaia membuang semua tangisannya hingga membasahi kemeja Indra. "Kamu jahat, Mas.. apa salah aku sama kamu? Gara-gara kamu, kehamilan yang harusnya aku jaga benar-benar malah terbengkalai."

"..."

"Aku berusaha nguatin diri aku, biar tetap waras selama hamil Janaka, tapi dia malah... lahir sebelum waktunya dan sekarang─"

"Ssshhhh, Sayang.. maaf, aku minta maaf.." Indra memeluk Kaia dengan erat, mencium Kaia di pelipisnya, turun menuju pipinya dan bibirnya.

Indra merindukan Kaia lebih daripada apa pun, istrinya, dan sekarang waktunya dia meminta maaf pada Kaia dengan baik.

"Aku minta maaf, Kaia. Aku memang lelaki bodoh, aku nggak bisa membuka kedua mataku dengan baik, kamu istri aku. Seharusnya, aku memilih kamu, mendampingi kamu tanpa keraguan. Aku tahu, aku pengecut."

Isak tangisan Kaia membuat Indra memejamkan matanya. "Kamu boleh hukum aku kayak gimana pun, tapi tolong.. jangan ceraikan aku, atau minta cerai sama aku, aku nggak bisa─" Indra menahan napasnya, menatap kedua mata Kaia yang basah oleh air matanya dan mencium kedua mata itu. "... aku butuh kamu, aku butuh Janaka, aku mau menghormati kamu sebagai istri aku, aku mau seluruh yang kamu punya Kaia, aku mohon.. untuk aku.."

Kaia menggeleng, kenapa Indra meminta sesuatu yang berat dan menuntut dirinya? Kenapa?

"Lepas, Mas.." pinta Kaia menjauhkan wajahnya dari Indra.

Indra mengusap sudut matanya yang basah, Kaia tersenyum sinis ketika tahu ternyata Indra juga menangis. "Kamu tahu, Mas? Poin bangsat yang udah kamu torehkan sama aku? Kamu buat aku kehilangan pegangan, dan langsung buat aku jatuh sendirian. Tapi sekarang, aku udah bisa berdiri di kedua kaki aku sendiri, bukan masalah aku butuh perceraian, aku kira itu cuman status."

"Kaia─"

"Diam!" Kaia membentak Indra dengan seluruh tenaganya. "Aku, udah nggak butuh kamu, Mas. Benar-benar nggak butuh kamu."

Indra menggeleng dengan wajah ketakutan. "Tapi aku butuh kamu!"

"Aku nggak!" lawan Kaia menarik tangannya yang digenggam erat oleh Indra. "Dasar bodoh, udah aku bilang aku nggak butuh kamu, Mas. Jalani aja rumah tangga yang udah kamu hancurkan, aku nggak mau berbaikan sama kamu."

"Kaia, please.." Indra memohon pada Kaia. "Aku mau mempe─"

"Tadi kamu bilang apa?" todong Kaia pada wajah Indra. "Aku boleh hukum kamu gimana pun? Ini hukuman yang aku kasih, hidup masing-masing tanpa perceraian, status kita masih menikah, aku nggak berkewajiban melayani kamu, dan fokusku hanya Janaka. Gimana?"

Kaia merasa gila, kenapa juga dia menawarkan tantangan segila itu pada Indra. Apakah Indra akan menyetujuinya?

"Itu mau kamu?" tanya Indra memastikan.

Kaia mengangguk. "Iya,"

"Tapi aku nggak akan bisa mengabaikan kamu, kapan pun kamu butuh aku atau nggak, aku bakal ada buat kamu. Itu keputusan finalku."

"Hei!" hardik Kaia dengan kesal. Kenapa dia malah diberi ultimatum oleh Indra? "Di sini yang marah itu aku, Mas. Bukan kamu."

"Iya.." Indra menghela napasnya lelah, dia mengambil tangan kanan Kaia dan keningnya dijatuhkan di atas punggung tangan Kaia. "Aku turuti, tapi kamu bakal lihat usahaku, kan? Aku lagi berusaha menarik hati istri aku lagi, Kaia."

Kaia menyipitkan matanya dengan curiga, pembahasan ini jelas tidak akan selesai. "Dimana konsultan laktasinya?"

"Sebentar lagi paling,"

"Pergi sana!" usir Kaia.

Kaia baru saja akan bangun dari ranjang, namun Indra segera menahannya. "Mau kemana?"

"Mau pipis! Kenapa?! Mau lihat aku pipis?!"

"Aku antar kamu, Sayang.. kamu masih lemas, nanti kalau jatuh gimana?"

"Najisnya.."

***

a/n:

Tolong, aku pusing kalau Kaia bakal sekeras ini, apa luluhin? Tapi keenakan si Indra donggg ...

23 Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro