XXIV
──────────
Restore Me
──────────
***
XXIV
***
Kalya membawa pengaruh buruk!
Adiknya yang gila itu mengajak mertuanya Kamila untuk menjadi fangirl dari Boyband Kpop BTS. What the hell—anehnya, Kamila malah terkena pengaruh itu dan berkata kalau cowok berambut gondrong yang bernama V itu sangat tampan. Bahkan, Indra yang katanya anak kandungnya saja jelek, dan tidak setampan Gayung, Tahu, Tahyung, Payung? Ah! Entahlah! Kaia tidak bisa menghapal nama-nama mereka.
Grill di depan TV plasma yang menyala, memperlihatkan konten konser BTS di Stadium yang besar, dimana semua fans memenuhi kursi yang ada di stadium itu. Gila juga pikirnya, untuk Kalya adalah fans yang tidak bermodal, kalau Kalya memiliki modal, pasti adiknya sudah gila keliling dunia demi menyenangkan diri di dalam konser Boyband itu.
Pagi ini, Kaia disibukkan oleh seorang instruktur senam hamil yang sengaja didatangkan oleh Kamila. Menurut Jia, sang instruktur, tubuh Kaia sangat kaku, bahkan permukaan perutnya pun sangat tegang, Jia tidak tahu saja kalau dia stress memikirkan kelakuan suaminya yang seperti dakjal!
"Jangan stres-stres, bawa santai aja.." kata Jia dengan entengnya.
"Susah, Mbak. Maunya gue garuk muka suami gue pakai gergaji!" gerutu Kaia.
Jia malah tertawa mendengarnya. "Sudah enakan? Gimana hasil yoga hari ini? Nggak apa-apa, masih permulaan nanti juga bakal terbiasa."
"Yah.. Semoga aja, lagian gue nggak mau sesar, Mbak."
"Pasti sih, sesa ribet pemulihannya. Tapi ya, tergantung kondisi juga."
Kaia bangkit berdiri, dia merasa tubuhnya kaku dan sulit digerakkan benar apa kata Mama mertuanya, Kaia kurang gerak, dan pikirannya selalu penuh.
"Kak!" panggil Kalya lagi.
"Apa, sih?! Jangan ajak gue ribut bahas si Gayung pagi-pagi, ya!"
"Bukan Taehyung ini.. sini, ada berita!"
Kaia mendekat ke arah Kalya, di sana, nama Papanya masuk ke dalam berita harian Bali. Papanya baru saja merampungkan proyek besar bersama Gubernur Bali. Kaia langsung tersenyum ketika membacanya.
"Kenapa, nih?" tanya Kamila yang baru saja datang di ruang dapur. "Oh ya, Kalya mau buat bubur sumsum sekarang?"
"Iya, Tante.. ini lagi buat, Tante suka, kan? Semalam ada yang ngidam mau bubur sumsum, Tante.. jam tiga pagi masa." sindir Kalya pada Kaia.
Kaia menjitak kepala Kalya dengan gemas. "Lo ini.."
"Ada berita apa, Kai? Senang banget kayaknya." cetus Kamila yang ikut bergabung duduk di sisi Kaia.
"Ini, Ma.. Berita Papa, Papaku masuk berita harian Bali dan katanya sudah menyelesaikan proyek besar di Bali dengan Gubernur sana."
"Wah.. Syukurlah.. Mama senang dengarnya, lihat rezeki dan kabar baik untuk anak kamu selalu datang tiap hari, Kaia. Nggak harus melulu si Indra aja."
Kaia mengangguk dan tersenyum setuju. "Iya, Ma."
"... LEPASKAN!"
"... TAPI DEN, IBU BILANG─"
"... SAYA MAU KETEMU ISTRI SAYA! BRENGSEK KALIAN!"
Kaia dan Kamila mengernyitkan keningnya dengan bingung ketika mendengarkan keributan.
"KAIA!"
Kaia tahu itu suara siapa, dia menegakkan tubuhnya dan melihat Indra yang tergesa-gesa masuk ke arah dapur. Penampilannya begitu acak-acakan.
"OALAH BOCAH GENDHENG!" maki Kamila pada putranya sendiri.
Kamila sudah pasang badan lebih dulu pada di hadapan Kaia mencegah Indra datang mendekat padanya. "SURUH SIAPA KAMU MASUK, HAH?!"
"Ma, aku mau ketemu Kaia─"
"NGGAK ADA!" Kamila mengeluarkan suara stereonya.
"Ma!" balas Indra tak mau kalah. "Ini jadwalnya Kaia cek kandungan."
"Sudah dilakukan kemarin, dasar bodoh!"
Indra terdiam ketika mendapatkan jawabannya. Kaia hanya bisa menghela napasnya dengan begitu berat, ya apa lagi? Memang dia harus mengharapkan apa dari seorang Indra Kesuma?
"Kaia.." Indra yang melangkah, langsung dihadang oleh Kamila.
"Ma!"
"Urus istri keduamu! Jadi bayi tabung nggak?!"
Kaia terkejut, tapi sepertinya mertuanya sengaja menyinggungnya langsung di hadapan Indra.
Bayi tabung? Desy dan Indra? Kenapa tidak dilakukan sejak dulu? Dasar pasangan bodoh.
"Sudah punya istri baru, malah mau program bayi tabung. Kamu sama si Desy itu sama-sama gila dan oon!" bentak Kamila dengan tegas. "Harapkan anak dari bayi tabung sana, biar kamu dan Desy semakin lengket.. dan semakin rasakan cinta karena menunggu kehadiran bayi yang kalian inginkan." ledek Kamila.
Kaia tahu, mama mertuanya sudah sangat keterlaluan, tapi Kaia menikmatinya. Bagaimana, dong?
"Kaia, dengar.. Aku mau bicara sama kamu," pinta Indra dengan permohonan.
"Pulang sana!" usir Kamila lagi. "Kamu mau Mama buatkan surat pengajuan cerai atas nama Kaia? Atau atas nama kamu, hah?!"
"Ma!" bentak Indra dengan frustrasi. "Sudah berapa kali aku bilang, aku nggak akan menceraikan Kaia!"
"Wong Kaia mau cerai sama kamu, Ndra." decak Kamila dengan prihatin.
Kini, Indra malah memandangnya. "Apa itu benar, Kaia? Kamu mau bercerai dengan aku?"
Skip, no comment. Kaia bangkit dari stool pakaian yoga yang begitu ketat membuat Kaia tak betah dan ingin segera mandi. "Pulang sana, Mas."
"Ini rumahku, Kaia!" balas Indra tak suka dengan pengusiran Kaia padanya.
"Oh?" Kaia tercengang dan tersenyum mencemooh. "Jadi, kamu mau aku keluar dari sini?"
"Bicara apa kamu?!" lawan Indra.
Kamila menggeleng. "Yang harusnya keluar rumah itu kamu, Ndra.. ngapain kamu masih sibuk datang ke sini."
"Aku benar-benar harus bicara sama Kaia, Ma. Tolong, beri aku waktu."
Kaia tahu dia dan Indra belum benar-benar bicara dengan baik, harusnya mereka bicara dengan kepala dingin. Bukan keributan seperti ini.
"Ya udah, Ma. Biarin, aku mau bicara sama Mas Indra." putus Kaia.
"Kamu yakin?" tanya Kamila yang terlihat ragu.
"Ya, Ma. Aku juga mau bicara sama Mas Indra soalnya."
Kamila menghela napas, kalau itu keputusan Kaia memangnya dia bisa apa. "Ya sudah, Mama kasih kalian ruang untuk bicara."
Indra mengikuti Kaia menuju kamar mereka. Kamar yang sudah lama Indra tinggalkan. Tatapan matanya, tidak lepas sama sekali dari sosok Kaia. Hari ini, Kaia terlihat tidak seperti biasanya.
"Kamu baru olahraga?"
"Ya," jawab Kaia dengan singkat.
Kaia membuka baju di hadapan Indra dan mengambil satu bathrobe yang dia pakai. Indra benar-benar takjub dengan perubahan yang terjadi pada tubuh Kaia, perut perempuan itu benar-benar sudah besar, Indra penasaran apakah gerak bayi di dalam kandungan Kaia sudah aktif? Apakah anaknya mengganggu Kaia? Atau mungkin menyakiti Kaia?
"Dibuat cepat, Mas.. aku nggak tahan satu ruangan sama kamu, bau kamu kayak laki-laki brengsek." maki Kaia tepat di hadapan wajah Indra.
Indra menarik napasnya putus asa. "Bisa kamu dengar semua ucapan aku tanpa menyela."
"Ya."
"Oke.." Indra mendekati Kaia, duduk di sisi perempuan yang kini tengah memakai bathrobe dan bersiap untuk mandi. "Aku menikahi Desy karena aku merasa bersalah."
"..."
"Dia menuntut jawaban, kenapa kamu berhasil mengandung anak aku sementara dia nggak. Dan Desy merasa semuanya nggak adil buat dia." jelas Indra.
Bodoh. Kaia mengumpat kebodohan Desy dan Indra.
"Aku merasa bersalah, Desy.. aku tahu, aku lebih salah sama kamu, Kaia. Kamu istri aku, dan seharusnya aku lebih menghargai kamu, tapi aku nggak bisa menutup mata begitu saja karena Desy kelihatan lebih frustrasi dan sedih setelah tahu kabar kehamilan kamu."
"Jadi.." lirih Kaia dengan mata berkaca-kaca. "Apa anak ini kesalahan, Mas?"
"Nggak!" jawab Indra cepat. "Anak kita bukan kesalahan, dia adalah berkat dari Tuhan.. so please Kaia, percaya aku.. aku cinta kamu."
"Cinta tapi menduakan, cinta tapi membohongi?" tanya Kaia balik.
"Aku salah untuk itu, aku minta maaf." Indra meraih kedua tangannya dan menciumnya begitu dalam. "Aku nggak bisa menutup mata atas Desy, Kaia.."
"Itu artinya, kamu masih cinta sama dia?"
Indra terdiam mendapatkan pertanyaan darinya. "Iya."
Mampus aja lo berdua.. Mati setan! Kaia mengucapkan doa dan ucapan serapah dalam hatinya dengan mudah, ia tidak mau anaknya tahu kalau dia sering mengucapkan kata kasar.
Kaia melepaskan kedua tangannya dari genggaman Indra. "Kalau begitu, aku udah nggak punya apa-apa lagi, Mas. Kamu udah hina aku sekian rupa, menyakiti aku sampai buat aku gila sendirian di masa kehamilan aku. Dan buat aku kelihatan semakin tidak berharga dibandingkan Desy yang kamu takutkan─kamu nggak memikirkan bagaimana dampaknya aku, sakitnya aku, begitu?"
"Nggak," Indra menggeleng, merangkum wajah Kaia dengan penuh rasa kerinduan. "Nggak, kamu berharga buat aku."
Kaia tertawa dengan jengah, bisa-bisanya Indra Kesuma memainkan perasaan Kadek Ayu Kaia Maharani? Dia bisa membuat Indra menjadi Babi Guling sekarang bersama Desy.
"Ngawur.." jawab Kaia dengan tawanya. "Not bad lah, Mas. Seenggaknya, sekarang aku udah menerima keadaan. Lihat kamu sama Desy aja aku udah biasa, jadi.. for the first time aku mau ngaku."
"Apa?"
"Aku juga menjalin hubungan sama seseorang, Mas." bisik Kaia memberitahu kabar terbaik bulan ini.
Indra ingin menulikan apa yang dia dengar sekarang, tapi Kaia menjawabnya dengan begitu mudah dan tanpa beban. "Kamu.."
"Apa? Mau bilang aku istri kamu? Hamil anak kamu? Terus aku nggak boleh menjalin hubungan sama seseorang? Kamu salah, Mas.. ada orang yang lebih tergila-gila sama aku, dan itu bukan kamu."
"Kaia, kamu nggak benar-benar melakukannya, bukan? Aku cuman mau minta kamu ngerti posisi aku─"
"Then, kamu juga harus mengerti posisi aku!" potong Kaia dengan tegas. "Ini mau kamu, bukan? Kita jalani hubungan rumah tangga ini layaknya opera sabun. Kamu tahu sinetron? Ya, sama kayak cerita hidup kita. Bedanya, aku bukan istri yang menderita, Sayang..."
"Kaia, aku nggak mau, dengar.. aku sayang kamu─"
"Aku juga sayang kamu," balas Kaia dengan tawanya. Mari kita anggap Indra Kesuma sebagai lelucon. "Tapi, Zac Pradipta lebih memuja aku daripada kamu, lho, Mas. Padahal, aku lagi hamil begini, dan dia masih mencintai aku!"
Indra menggeleng tidak percaya, Kaia tersenyum senang sembari meraih ponselnya dan menghubungi Zac Pradipta yang pernah dia blokir.
Sambungan videocall itu tersambung, di seberang sana, Zac Pradipta terlihat baru saja bangun tidur dan suaranya begitu husky.
"Morning, Babe.."
Kaia tersenyum dengan lepas, ya, bagus.. Zac Pradipta memang harus tergila-gila padanya. "Morning too, lo tahu kan, kalau suami gue udah mati?"
"Mm, you said it before. Kenapa? Mau diantar ke makamnya?"
Rahang Indra terlihat mengeras dan betapa marahnya dia ketika Kaia sudah menganggap dirinya mati.
"Nggak, bukan soal itu.. gue cuman mau memastikan, lo benar menerima gue dan anak gue kalau dia nanti lahir?"
"Babe?" Zac terlihat bingung namun secara bersamaan pria gila itu mengangguk. "Anak yang keluar dari rahim lo, jelas dia juga anak gue. Kenapa? Are you afraid? Gue nggak akan meninggalkan lo, eh by the way─lo habis mandi? Apa mau mandi?"
"Mau mandi," jawab Kaia dengan riang. "Mau mandi besar, soalnya mau menghapus jejak sentuhan suami gue dulu."
"I can touch you as what you want, seperti yang lo minta dulu."
"Mm, really?" Kaia benar-benar sudah tidak memedulikan Indra.
Tapi saat Indra merampas ponselnya dan membantingnya ke dinding hingga membuat ponsel miliknya hancur. Kaia tertawa dengan sangat puas dan menunjuk Indra.
"Gila ya lo?! Kenapa? Baru tahu gue juga pemain? Eh─salah.." Kaia tertawa lagi dan mengusap sudut matanya yang basah. "Gue adalah pelatih, dan lo harus tahu, pelatih tidak bermain. Dia hanya mengawasi."
Indra meraih Kaia dan ingin memeluknya, tapi Kaia mendorong dengan keras dua tangan Indra yang mampir di tubuhnya. "Coach doesn't play, darling. You have to know that, dan aku.. bakal buat kamu menjadi ayah paling buruk di dunia buat anak kamu sendiri!"
Kaia tertawa lagi, sementara Indra bersikeras membujuk Kaia dan membuat wanita itu agar mau mendengarkannya. Kaia pikir, Zac Pradipta adalah yang terbodoh, tapi ternyata adalah lelaki yang paling bodoh yang pernah dia kenal. Namanya, Indra Kesuma. Laki-laki itu berstatus sebagai suaminya, dan tidak tahu dan tidak bisa membedakan mana jalan yang benar dan jalan yang salah.
He's really bad. Really bad.
***
a/n:
Yachhhhh marah...
Aku pendukung Zac Pradipta, maaf ya Mas Indra..
Tapi kalau dipikir-pikir nggak ada yang waras dong kalau begini? Gimana jadinya sih, rumah tangga kok begini? Aku tuh pengen buat rumah tangga Kaia sama Indra langgeng:')
19, Agustus 2022.
p.s:
Jam couple apa kabar? Belum dikasih
ke Indra, keburu ribut gara-gara Desy:)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro