Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XXII

──────────
Restore Me
──────────

***

XXII

***

Kabar rujuknya Indra secara siri sudah terdengar oleh Mama dan Papanya yang ada di Bali. Mereka berdua sangat marah, apa lagi Papanya meminta agar Kaia pulang ke Bali. Yang mana, Kaia tolak. Setelah beberapa bulan tinggal bersama mertuanya Kamila yang sendirian, Kaia merasa lebih kasihan. Tapi di sisi lain, dia sudah bertekad bulat bahwa dia ingin menjadi pelaku, bukan korban seorang pecundang layaknya Indra.

Dia sudah tidak bertemu dengan Indra selama dua minggu. Indra tidak diberi akses masuk oleh Kamila, penjagaan ketat di luar rumah di lakukan, bahkan satpam cluster pun di bayar oleh Kamila agar menolak kedatangan anaknya sendiri Indra Kesuma.

Ivory bahkan menghajar Indra beberapa kali, dari informasi yang Kaia dapatkan, Ivory bahkan menemui Desy dan menuntut kewarasan dari seorang Desy yang jelas positif gila.

Anehnya, Kaia sangat bahagia. Karena fokus hidupnya yang sudah berubah, tujuannya berubah demi anaknya, Kaia merasa bebas. Entah karena apa, tapi dia membeli rumah di Cipete seharga enam belas koma lima milyar rupiah dengan uang Indra.

Rumah yang dia beli berada di dalam cluster dengan keamanan yang tinggi, luas tanah empat ratus meter persegi, sedangkan luas bangunan lima ratus meter persegi dengan lima kamar tidur, lima kamar mandi, dua kamar pembantu, satu kamar mandi pembantu, swimming pool, garasi dua mobil, dan carport muat untuk dua mobil. Kaia pikir, rumah itu akan cukup ditinggali untuk dirinya dan anaknya nanti.

Untungnya, apa yang Kaia lakukan didukung keras oleh Kamila dan Ivory. Bahkan, Ivory meminta agar Kaia lebih banyak menuntut kepada Indra agar Desy tidak mendapatkan bagian apa-apa.

Yah, persetan. Setidaknya, Kaia dan Indra punya perjanjian pre-nup sebelum menikah. Benar ya, zaman sekarang wanita tidak bisa diam dan iya-iya saja karena cinta. Dan hebatnya, cinta Kaia bisa hilang setelah tahu Indra mengecewakannya. Apa arti cinta sebenarnya? Apa memang cinta adalah sebuah kata semu yang bisa hilang dan digantikan oleh apa saja?

"Rumahmu yang baru masih kosong," kata Kamila meletakkan buah melon yang baru diiris olehnya. "Nggak mau beli barang? Mama punya teman, dia punya perusahaan yang furniture cukup bagus juga, sih. Kadang nilai jualnya sampai eropa sana lho, Kaia."

"Oh iya, Ma? Rumah baru di isi ranjang aja tiap kamar. Kemarin, penjualnya bilang aku dapat bonus lemari. Di walk in-closet sudah ada lemari khusus juga kok aku lihat."

"Mama nggak sabar mau pindah ke sana, boleh Mama ikut sama kamu?" tanya Kamila dengan penuh harap. "Mama nggak yakin bisa hidup kalau nggak lihat cucu Mama lahir nanti."

"Ya ampun Ma.." Kaia terkekeh pelan. "Kayak ke siapa aja, aku senang Mama mau ikut sama aku. Lagian, Mamaku sama Kalya betah di rumah mereka,"

"Oh iya, Mama sama Papa kamu nggak ada niat rujuk, Kaia?"

Kaia menggeleng. "Nggak, Ma. Mama bilang dia sudah cukup tua kalau harus balik sama Papa, terus kayaknya Papa juga nggak kepengen rujuk, tapi mereka berdua untungnya menjaga hubungan dengan baik."

"Mama kamu dan Papa kamu adalah orang dewasa, mereka menyelami kehidupan pernikahan lebih lama. Mungkin, kalau Mama saat ini masih dengan Papa Indra, Mama nggak tahu bisa sebahagia ini atau nggak."

Kaia menyentuh punggung tangan Kamila. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa dia dan mertuanya akan menguatkan satu sama lain seperti ini. Dasar turunan Kesuma brengsek!

"Manusia punya jalan hidupnya masing-masing. Kayak apa yang Mama dan aku lakuin sekarang. Mama memperlakukan aku seperti anak Mama sendiri, makanya aku memperlakukan Mama seperti ibu kandung aku sendiri." ujar Kaia berusaha membesarkan hati Kamila. "Mama punya Ivory, punya aku juga. And the baby is on the way, cucu Mama. Aku nggak akan mungkin melupakan Mama, Mama harus dilibatkan sebagai Gema-nya cucu aku. Terlepas soal Mas Indra, terserah dia aja, aku lepas tangan, Ma."

"Kamu nggak lepas tangan, Kaia. Mama tahu kamu masih peduli sama Indra si bodoh itu, kamu masih mencintai anak Mama, kan?"

"Akan jadi kebohongan kalau aku jawab nggak, Ma. Mas Indra itu suami aku dan dia sudah menghabiskan waktu bersama aku, seenggaknya setengah tahun lebih, Ma."

"He's going out of character, kembalinya Desy ke dalam kehidupan Indra selalu merusak segalanya." cibir Kamila.

Kaia menarik napas lelah, dia rindu, hampir setengah gila setiap malam memikirkan bahwa Indra berbagi tempat tidur dengan mantan istrinya yang kini berstatus istri lagi, sementara dirinya tidur sendirian dengan kepala penuh.

"Kamu nggak boleh stress, soal Indra jangan dipikirin."

Kaia mengangguk. "Iya, Ma. Nanti sore, aku izin pergi sama Kalya ya, mau cek yang lagi pasang penutup kolam di rumah Cipete."

Kamila tersenyum. "Iya, pergi sana.. Hati-hati bawa mobilnya, Dito sudah jadi anak buah Indra yang sangat penurut, nanti Mama carikan sopir untuk kamu─"

"Nggak usah, Ma." cegah Kaia, merepotkan sekali kalau dia harus kemana-mana dengan sopir. "lagian, mobil Mama juga enak banget, aku nyaman bawanya."

Mobil Kamila adalah Lamborghini Urus berwarna putih. Kamila mendapatkan hadiah mobil itu dari Krishna, menantunya yang memberikannya sebagai hadiah ulang tahun. Tapi, karena terlalu nyentrik dan Kamila sadar bahwa dia sudah tua, Kamila jadi jarang memakainya.

"Ya sudah, pakai aja.. kasihan juga, bayar pajak mahal-mahal jarang dipakai. Krishna sih, kasih Mama mobil keren begitu." gerutunya.

Kaia tertawa menanggapinya. Siang hari, adalah waktu terbaik karena dia bisa melupakan Indra sejenak. Tapi malam hari, Kaia sudah tidak bisa mencegah dirinya.

***

Sesuai janji adiknya, Kalya, dia akan datang nyusul mengunjungi rumah Cipete setelah selesai kuliah. Kabar baiknya, Kalya sudah punya pacar, namanya Fahmi anak fakultas kedokteran. Hebat juga trik Kalya menggaet anak fakultas kedokteran.

Kelihatannya Fahmi ini anak baik, mungkin memang sedikit nyeleneh karena dia masih kelihatan kekanak-kanakkan. Tapi Fahmi ini, seperti apa yang Mamanya katakan, kalau Fahmi bisa berhasil membuat Kalya mati kutu jika menolak tawaran Mamanya. Anggap saja, Fahmi merubah Kalya menjadi anak penurut.

Memasuki carport rumahnya, Kaia menerima hasil bahwa pekerjaan sudah selesai. Dia bahkan ditunjukkan hasilnya bahwa penutup kolam renang itu dibuat seperti rolling door bahannya kuat dan elastis, lebih tahan lama jika harus terkena sinar matahari. Kaia merasa puas dengan pekerjaan tukang, dia bahkan memberikan tip khusus pada mereka.

Sebagai pemilik rumah yang sopan, Kaia mengantarkan mereka menuju gerbang. Sayangnya, kedua mata Kaia melihat seseorang yang kini baru saja turun dari mobil Audi yang sangat Kaia kenal.

Orang yang sudah lama tidak Kaia jumpai, yang selalu Kaia rindukan setiap malamnya hanya karena kepergiannya dan betapa egoisnya dia menduakan Kaia.

Kaia spontan mengelus perutnya, hamil menuju dua puluh minggu, sendirian, tanpa suami dan dia menebas semua rasa kesal, amarah, benci, depresi, kehilangan secara sendirian.

Indra berjalan menghampiri dirinya dengan penuh rasa percaya diri. Tahu darimana Indra rumah barunya ini? Apa agen rumah ini memberitahu keberadaannya kepada Indra?

"Kaia.."

Suara Indra masih sama. Penampilan Indra hari ini begitu rapi, jas biru navy itu begitu kokoh dan membuat seorang Indra Kesuma terlihat sangat berwibawa. Jas yang entah siapa yang menyiapkannya. Oh, pasti pakaian kerja itu disiapkan oleh Desy.

Indra pasti di urus dengan sangat baik oleh Desy. Secara, Desy lebih mengenal seluruh tabiat malas Indra yang harus serba dilayani.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Kaia dengan sengak.

"Kamu beli rumah baru? Bagus, kenapa nggak bilang sama aku?" tanya Indra mengalihkan pertanyaan Kaia.

Kaia tak habis pikir. "Menurut kamu? Ini rumah untuk anak aku! Bukan untuk aku!"

"Kurang besar," jawab Indra tanpa tahu malu.

Kaia ingin segera pergi dari rumah ini, Kalya belum juga datang dan sudah dipastikan Kalya akan telat.

"Pergi, Mas. Aku mau pulang."

"Pulang kemana?"

"Ke rumah Mama lah, bodoh kamu!" serang Kaia.

Indra terang saja terkejut dengan sikap Kaia yang lebih kasar padanya. "Aku mau bicara, bisa masuk dulu? Sekalian, aku mau lihat rumah anak kita."

"Nggak ada apa-apa, udah sana keluar!" usir Kaia lagi.

Dia maju melangkah hendak mengunci pintu rumah, yang mana ditahan oleh Indra dan Indra mendorong tubuhnya masuk ke dalam rumah.

"Mas─"

"Sebentar," bisik Indra di belakang tubuhnya.

Kaia merasakan Indra memeluknya dari belakang, pria itu mencium belakang kepalanya dengan sangat dalam.

"Lepas!" Kaia memberontak.

Indra menggeleng dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Kaia dan menghirupnya sepuas-puasnya. "I miss you, kamu nggak kangen aku?"

"Ya mikir dong, mana ada gue kangen sama lo!" balas Kaia dengan emosi.

Kaia melepaskan tubuhnya dari kungkungan Indra. Tapi Indra jelas tidak memudahkan dirinya bisa menjauh begitu saja. Indra meraih Kaia dan memeluk Kaia, namun karena ukuran perutnya yang kian membesar Indra tak bisa lagi dengan bebas memeluk Kaia.

Pria itu terlihat tercengang untuk sekian saat dan menatap Kaia dengan kedua mata yang berbinar. "Kamu makin besar," ujarnya mengusap perut Kaia yang buncit.

Si bodoh ini!

"Apa sih, Mas?" Kaia dengan kesal mendorong dada Indra agar menjauh.

Tapi sialnya lagi, Indra menciumnya. Di bibirnya.

Ketika bibir Indra menguasai bibir Kaia. Jawabannya ada satu; Kaia sangat merindukannya. Perlahan, Indra bergerak dan mencium dengan sungguh-sungguh, merasai segala rasa Kaia dan begitu juga dengan Kaia.

Kaia tak tahan untuk tidak membalasnya, ciuman itu menjadi ciuman yang sangat panas dan menggebu-gebu, kedua tangan Kaia tak tinggal diam karena kini telah sibuk menjambak dan memberikan pijatan yang membuat kepala Indra terasa kian ringan.

Indra masih melesakkan dirinya, dan entah dorongan darimana, Kaia melarikan tangannya mencari milik Indra dibawah sana yang sudah mengeras namun tertahan karena celananya. Dia mengusap bagian tersebut dan membuat Indra terengah dalam ciuman mereka yang dalam dan panas.

Kaia tak mau berhenti, begitu pun dengan Indra.

Jika Kamila tahu kelakuan putranya seperti ini pada menantunya, Kaia yakin Indra akan ditampar untuk ke sekian kalinya lagi oleh ibu kandungnya sendiri.

Tapi apa boleh buat? Indra merindukan Kaia.

Kaia melepaskan ciuman mereka, Indra terengah-engah menatapnya dengan pandangan yang begitu lusty. Jakarta hari ini sangat panas, dan AC rumah baru itu tidak terasa oleh keduanya.

"I miss you," lirih Indra kini menurunkan wajahnya dan mencium leher Kaia.

Beruntungnya Indra karena hari ini Kaia memakai boho dress berwarna jingga dan memudahkan Indra untuk menurunkan salah satu akses lengan baju Kaia hingga bisa mengecup salah satu pundak Kaia.

Kaia merasakan gigitan Indra di sana. "Mas.."

"Dimana kamarnya?" tanya Indra dengan suara tertahan.

Kaia menggeleng, Indra lalu menggandeng tangannya dan mengajak Kaia masuk ke dalam kamar yang ada di lantai satu. Kamar itu hanya ada satu ranjang, dan belum dialasi apa pun. Tanpa membuang banyak waktu, Indra membiarkan Kaia terlentang di atas ranjang polos itu, sementara dia sibuk membuka pakaiannya sendiri.

Ini adalah seks pertama semenjak kehamilannya setelah Indra memutuskan untuk menahannya demi menjaga kandungan Kaia.

Indra membuka kedua kaki Kaia dengan lebar, menaikkan dress itu hingga ke atas perut Kaia dan mengusap perut Kaia yang membuncit. Indra menunduk dan mencium perut Kaia dengan penuh hati-hati.

Kaia membiarkan Indra menurunkan celana dalamnya, dan ketika dia merasa siap, Indra benar-benar memasuki dirinya. Posisi Indra yang berdiri dan Kaia yang terbaring memudahkan akses penglihatan Kaia dan melihat bagaimana konsentrasinya Indra mengejar sekaligus memberikannya pemuasan.

Gila, ini gila. Kaia tidak tahu kalau seks saat hamil akan sangat nikmat seperti ini. "Mas.."

"Sayang..." Indra mengangkat satu kakinya dan mencium betisnya.

Kaia menggigit punggung tangannya menahan erangannya, setiap hentakan yang Indra berikan membuat Kaia ingin menangis. Indra menunduk memberikan usapan di atas permukaan perutnya, Kaia meraih kedua tangan Indra dan menggenggamnya erat-erat.

Di bawah sana, Indra masih menekannya dalam-dalam, dengan gerakan tempo lambat Indra dan Kaia saling membalas tatapan satu sama lain.

"I really miss you, Baby."

Bohong! Kaia ingin berteriak, tapi yang dia lakukan malah berteriak nikmat karena telah mendapatkan kepuasannya. Indra masih mengejar kepuasannya sendiri dan melakukannya lebih cepat.

Setelah selesai, Indra menunduk, mencium wajahnya, keningnya, pipinya dan bibirnya berkali-kali.

Kaia menangis, sial, dia menangis karena perbuatan menyenangkan Indra padanya. Setelah kesadaran mengumpul, Kaia mendorong Indra dan mencari celana dalamnya sendiri.

"Dasar bajingan!" maki Kaia dengan terangah-engah. "Aku benci kamu, Mas! Benci!"

Kaia memutuskan pergi meninggalkan Indra, persetan rumahnya dikunci atau tidak, dia bisa meminta tolong pada satpam cluster nanti. Yang penting, dia harus pergi dari hadapan Indra.

***

a/n:

Udah sih, aku pusing... Indra is definition of badjingan. Suami yang cuman cari jatah, kesannya ke sana sini, duh...

Mengcapekkkkkk teman-teman. By the way, happy independence day! 77 tahun Indonesia merdeka! Semoga, Indonesia menjadi negara yang kuat, dan terus berkembang menjadi negara yang besar. Nggak cuman negara yang harus merdeka, tapi merdeka yang nyata adalah─merdeka diri sendiri.

Mulai membiasakan diri, memerdekakan diri sendiri dari rasa nggak enak sama orang lain yang bisa memicu lelahnya hati. Memerdekakan diri, bahwa nggak ada satu orang pun yang bisa menjamin kebahagiaan selain diri sendiri!

Dan termasuk, Kaia. Semoga setelah ini, Kaia bisa memerdekakan dirinya dari Indra Kesuma.

Dah.. Segitu aja cuap-cuapnya.

17, Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro