Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XVIII

──────────
Restore Me
──────────

***

XVIII

***

Kaia menerima usapan lembut di keningnya, dia tetap memejamkan mata meskipun keinginan di dalam hatinya ingin menyapa seseorang yang tengah bersenandung lagu yang entah apa itu bisa dikategorikan nyanyian? Kenapa orang itu begitu buruk dalam bernyanyi?

Tidurnya sudah terganggu akibat suara usil itu. Lagu nina bobo yang tidak enak maki Kaia dalam hatinya.

Dia membuka matanya dan melihat kedua alis tebal, hidung bangir dan mata yang teduh milik Indra. Wajahnya begitu dekat dan Kaia langsung mendorong wajah itu dengan segala rasa kesal yang ada.

"Kok wajah suaminya di dorong gitu, sih?!" protes Indra pada Kaia.

Kaia menyipitkan matanya dan menyadari kalau tangan kirinya masih terpasang infus. "Kamu bawa racun apa sih dari Singapore? Lagunya nggak enak didengar!"

Indra merengut, tapi dia tidak mendengarkan keluhan Kaia dan tetap mendekatkan wajahnya hingga mencium pipi kanan Kaia dengan gemas.

"Mas..." erang Kaia gemas dan ingin menjauhkan diri dari Indra. "Sana mandi ih!"

"Nggak mau,"

"Nggak mau?!" Kaia membulatkan matanya, bagaimana bisa Indra tidak mau mandi, dia bisa saja membawa banyak virus. "Aku nggak mau dekat-dekat kamu, Mas!"

Indra semakin menekan ciumannya di pipi kanan Kaia dan sedikit menggigitnya di sana. "Mas..." rengek Kaia lagi.

Indra tetap tidak melepaskannya, Kaia menahan napas mengerang frustrasi menerima serangan ciuman seperti ini.

"You're pregnant, right?" gumam Indra di pipinya.

Kaia tersenyum lalu mengangguk, akhirnya Indra menjauhkan wajahnya dan memberikan senyuman paling lepas dan ikhlas yang pernah Kaia lihat. Kedua matanya berkaca-kaca, sudut bibirnya bergetar menahan sesuatu yang bisa pecah di depan Kaia. Tapi Kaia tahu, Indra tidak akan menangis, pria itu pasti malu jika harus menunjukkan emosinya secara langsung.

Diagnosis yang puluhan dokter lakukan pada Indra terbukti salah. Semua salah.

Kaia mengusap sisi wajah Indra, cintanya, yang pernah Kaia rasakan, tidak pernah sebesar ini, pada siapa pun. "You're un-infertile, kamu bisa jadi seorang Ayah, Mas."

Indra terkekeh pelan, mengalihkan tatapan yang sudah mulai mengabur dan menunduk kembali mencium pipi kanan Kaia kembali. "For seven years, I waiting this moments for seven years, Kaia."

"And that's me, takdir membawa aku pada kamu, Mas. Cuman aku yang kasih kamu anak, benar?"

Indra mengangguk, menurunkan ciumannya pada sudut bibir Kaia. Kaia memejamkan matanya dan mengusap surai hitam Indra yang tebal. "She or he, I don't care, selagi senyumnya mirip kamu, dan wajahnya mirip kamu, I'll admire my child."

"Then same goes to you," balas Indra. "Aku mau dia juga mirip kamu,"

"Really?"

Indra mengangguk, kali ini memagut bibir Kaia dengan begitu lembut. Kaia memejamkan matanya, jari-jarinya masih menyisir rambut Indra dengan teratur. Indra terlena dengan semua sentuhan Kaia pada rambutnya yang berhasil membuat kepala Indra terasa ringan.

Ciuman itu tidak lepas, saling bertukar saliva dan lidah yang saling bertaut, Kaia menahan erangannya ketika tangan Indra turun menyentuh perut bagian bawahnya, mengusapnya dengan cara melingkar di sana, tarikan napas Indra begitu dalam di lehernya dan Kaia merasakan hawa panas yang dia tahu akhirnya akan kemana.

Indra mengangkat wajahnya dan tersenyum teduh sekali lagi pada Kaia. "We can't do that for a while.. ya? Besok, Mama bilang kita temui SPOG, Ivory udah merekomendasikan dokter kandungan yang bagus."

Kaia mengangguk. "Kamu harusnya mandi, Mas."

"Kamu.." Indra menyipitkan matanya. "Apa aku bau?"

"Nggak," jawab Kaia dengan polos. "But you should, aku nggak suka lihat kamu kucel kayak yang nggak di urus."

"Aku nggak kucel?!" balas Indra tidak terima.

"Kamu kucel, Mas. Aku baru sadar malah."

"Apa?"

"Ternyata kamu nggak seganteng itu, kamu jelek."

Seumur hidup, baru kali ini Indra menerima ledekan yang begitu terang-terangan dari seorang wanita, apa lagi ini istrinya. Apa dia sejelek itu memang sampai-sampai Kaia tidak mau memandang wajahnya lagi.

"Tadi kamu baru aku cium, Kaia." jelas Indra mengingatkan kembali bagaimana dia dan Kaia membagi momen manis bersama.

Kaia mengangguk. "Iya tahu," kini dia membetulkan selang infus. "Aku mau cium kamu karena kasihan, Mas. Tadi wajah kamu kelihatan sedih, eh? Apa terharu, ya?"

"Kamu.." Indra kehilangan kata-kata untuk menggambarkan situasi saat ini. Apa yang terjadi dengan Kaianya?

"Kalau mau mandi, handuknya ada di lemari. Pakai yang baru, soalnya yang tadi pagi aku simpan di keranjang cucian. Dan, bajunya sudah disetrika sama Mbok Mirna. Duh, sebenarnya aku nggak enak sama Mama, kita udah satu bulan tinggal di sini. Apa nggak mau pulang, Mas?" tanya Kaia kini berusaha bangkit duduk.

Indra membuka kemejanya di hadapan Kaia sembari menahan dongkol. "Lebih baik kamu di sini, biar ada temannya sama Mama."

"Aku nggak apa-apa, kok."

"Nggak apa-apa?" tanya Indra sekali lagi. "Pulang kerja tadi kamu lemas, sampai nggak bisa apa-apa, di kasih cairan tambahan lewat infus dan kamu bilang nggak apa-apa?"

"Kok jadi marah?"

"Nggak marah."

"Kamu marah, Mas." keluh Kaia.

Indra menggeleng. "Aku nggak marah,"

"Tapi aku nggak mau repotin Mama, Mas."

"Mama nggak merasa direpotkan sama kamu, dan ya.." Indra berkacak pinggang dengan tubuh atasnya yang benar-benar sudah telanjang.

Kaia melirik jam dan melihat pukul satu malam Indra baru sampai di rumah, apa suaminya sudah makan?

"Kamu harus berhenti bekerja."

Kaia menolehkan wajahnya dengan tak senang. "Mas?"

"Nggak ada pengulangan,"

"Mas!"

"Besok aku akan bicara sama Arya, dan besok juga kita pindah ke kamar bawah."

Apa-apaan ini?

Kaia berdecak kesal, setelah Indra masuk ke kamar mandi, Kaia termenung. Melepas pekerjaannya? Yang benar saja. Akan jadi apa dia di rumah ini nanti bersama mertuanya?

***

Dokter Amira, adalah dokter spesialis kandungan yang direkomendasikan oleh Ivory. Kaia tidak menyangka kalau dia akan membawa satu rombongan keluarga hanya untuk USG. Tolong.. Sebenarnya dia tidak mau seperti ini, tapi Mamanya dan Mama mertuanya Kamila menginginkan agar dia juga bisa ikut serta melihat calon jabang bayi.

Saking bahagia Mamanya, dia memberitahu Papanya dan mereka akan segera menjadi kakek dan nenek. Agak geli juga, ternyata.

Indra tidak berhenti tersenyum sejak tadi, dokter Amira menjelaskan serangkaian pemeriksaan USG yang akan dilakukan ke depannya. Dokter Amira menganjurkan agar Kaia mulai rajin meminum tablet Fe, dan tidak membatasi cairan maupun makanan. Karena dilihat dari faktor kebiasaan, Kaia punya kebiasaan yang cukup bagus.

Keluhannya akhir-akhir ini, tidak jauh dari kata lemas. Lama-lama dia jadi pemalas juga, apa-apa maunya dilayani. Apa turunan Indra Kesuma memang seperti ini? Bapaknya saja tidak akan mau makan jika Kaia tidak mengambilkan nasi, ataupun duduk di samping Indra. Memang ketergantungan yang buruk.

"Selamat ya calon Mama.. tetap santai, dinikmati, tidak usah dijadikan pressure, masa kehamilan adalah masa-masa yang harus banyak diabadikan. Karena biasanya, setelah melahirkan, kondisi fisik, psikis ibu pun akan berubah." jelas dokter Amira.

Keadaan bayinya tadi sangat kecil, ternyata pembuahan zigot milik Indra sudah dimulai sejak awal. Buktinya, usia kandungan Kaia kini genap lima minggu. Anaknya itu sanga kecil, bahkan sebesar biji kacang yang Kaia pikir bahwa dia salah menelan makanan hingga berakhir di rahimnya. Tapi semua itu nyata, ada mahkluk yang belum mempunyai nama, anak Indra Kesuma yang bersemayam di dalam rahimnya.

"Nggak ada rekomendasi susu buat ibu hamil, Dok?" tanya Kamila pada dokter Amira.

"Kita lihat ke depannya, kalau pola makan Ibu sudah bagus, saya tidak menyarankan susu. Kebutuhan gizi harus dipenuhi ketika ibu mengalami sedikit masalah seperti mual-mual di awal kehamilan, dan menurunnya nafsu makan maka saya akan merekomendasikan susu ibu hamil. Tetap pada aturan pertama, catatan, tetap penuhi gizi sehari-hari."

Kaia tersenyum sekilas, setelah dia turun dari ranjang Mamanya berkata. "Kamu izin kerja hari ini, Kaia?"

"Nggak, Ma."

Baru saja Kaia akan membuka mulut, tapi itu Indra yang menjawabnya. "Kaia nggak kerja lagi, mulai hari ini."

"Lho? Kok bisa?" tanya Mamanya.

Indra tersenyum. "Saya bicara sama Arya Atmodjo, direktur FGM, jadi secara langsung Kaia sudah bukan lagi kreatif dari FGM."

Kaia melengos sebal, entah kenapa rasanya Kaia tidak suka dengan sikap Indra yang berlebihan. Bahkan, lihat saja, wajah Indra saja sudah seperti panekuk pancake yang gosong. Ah! Dia benci Indra!

Kamila, merangkul lengannya dan mengusap wajah Kaia yang masam. "Mau makan apa hari ini? Kamu kemarin nanya minuman markisa, Mama sudah minta Mbok Mirna belikan."

Kedua mata Kaia membulat. "Mama beli? Astaga.. aku, maaf ya, Ma.. padahal tadinya aku mau beli sendiri."

"Ah, kamu ini.. nggak usah kayak gitu dong, Kaia. Kita sudah satu bulan tinggal bareng, Mama nggak keberatan direpotkan oleh kamu sembilan bulan ke depan."

Kaia menggaruk pelipisnya. "Masalahnya, Ma.. aku takut anak Mas Indra makin manja, belum apa-apa badanku aja suka lemas, ngerasa capek nggak ketulungan padahal nggak melakukan kegiatan berat. Kayaknya memang turunan Mas Indra."

Indra mendelik dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Kok yang jelek-jeleknya mirip aku semua?"

"Kamu kan memang gitu, Mas. Selalu ingin dilayani, nggak mau makan kalau belum aku ambilin nasi!"

Kamila menyembunyikan tawanya, Mamanya hanya mengulum senyum malu. "Ya wajar, dong?" balas Indra. "Lagian, aku nggak suka makan sendirian."

"Alasan,"

"Kaia.. Indra dari kecil memang manja dan pemalas." sahut Kamila.

"Ma?" Indra tak percaya bahwa Mamanya akan bersikukuh menyudutkan dirinya juga. "Seriously?"

"Terimain aja, Ndra. Kalau anakmu banyak tingkah namanya juga turunan kamu." Kamila lanjut menggandeng tangan Kaia. "Ayok sayang, kita pulang ke rumah."

Kaia menoleh, melihat wajah sengak Indra yang tak suka dimusuhi seperti ini. Tapi anehnya Kaia suka, soalnya, tidak tahu kenapa Kaia benci Indra, sedikit.

***

Keadaan rumah menjadi ramai karena suara teriakan dan tawa Isla yang tengah bermain bersama Garfield, kucing Kaia yang akhirnya dibawa oleh Mamanya tadi, kucing oren satu itu mendadak laku, bahkan Mama mertuanya meminta agar Garfield di simpan di rumahnya saja agar dia ada kerjaan untuk mengurusinya.

Ternyata, masih ada juga yang ingin adopsi Garfield si kucing malas.

Wajahnya tengah dibekap oleh kedua tangan mungil Isla, tapi Garfield tidak protes ataupun menolak, entah dia mengalah karena yang ada di hadapannya adalah anak kecil. Jika Kaia yang melakukan itu, sudah jelas Garfield akan berubah jadi reog.

Kamila sempat menawarkan sesuatu, yang mana langsung Kaia tolak. Kamila menawarkan satu buah mobil SUV Lexus dan berkata bahwa ibu hamil pasti memerlukan ruang yang besar untuk pergi kemana-mana. Termasuk, jika cucunya lahir nanti.

Kaia langsung menggeleng, mobil Indra bahkan ada lima buah yang mana tidak pernah bisa dipakai berbarengan. Indra selalu memakai Audi kemana-mana. Jadi, untuk apa dia menerima tawaran mertuanya? Meskipun ya, mungkin.. rezeki anaknya, tapi tetap saja, Kaia tidak bisa menerimanya dengan mudah.

"Tante," panggil Isla.

"Ya?"

"My Mama told me, you gonna have a baby, apa dia masih di dalam perut?" tanya Isla dengan polos.

Kaia mengangguk. "Iya, masih sebuah kantung kecil, dan harus dilihat oleh dokter."

"Mm.." Isla mengangguk, lalu kedua matanya menatap perut datar Kaia. "Can I touch your belly?"

"Boleh,"

Isla mendekati Kaia, menempatkan telapak tangan kanannya di atas permukaan perut Kaia dan mengusapnya secara perlahan. Karena ketulusan gadis kecil itu, hati Kaia menjadi hangat, ada ribuan serangan manis yang tengah dia rasakan dalam kebahagiaannya saat ini. Kebahagiaan miliknya dengan Indra, dan semua orang terkena dampaknya.

"Hi, cousin?" ujar Isla dengan ragu. "Ya, kamu akan jadi sepupuku, nanti aku akan punya teman. Apa kamu bisa berjanji padaku?"

"Janji apa, Kakak Isla.." jawab Kaia.

Isla terkikik geli. "Janji untuk selalu sehat, kata Mamaku, seorang bayi akan tumbuh dan datang ke dunia kalau dia sehat di dalam perut. Itu artinya, Tante Kaia juga harus sehat."

Kaia mengangguk setuju. "Siap, Tante akan jaga kesehatan sekarang."

"Oh ya.. um, can I give you a kiss?"

Kaia tersenyum senang. "Where?"

"Di pipi Tante.."

Kaia mencondongkan tubuhnya lebih dulu pada Isla dan menunggu ciuman yang akan diberikan oleh keponakannya itu. "Here we go, Sayang."

Ketika Isla menciumnya, Kaia memberikan ciuman kembali pada Isla. Isla tersenyum senang, seakan tidak mau ketinggalan perhatian, kini Garfield naik ke atas pangkuannya dan menatapnya dengan kedua matanya yang bulat.

"Cium Garry juga Tante.." pinta Isla.

Kaia mencium kucingnya, dan dia mendapatkan pelukan dari Isla.

"Isla?"

Seseorang baru saja memanggil nama Isla. Kaia ikut menoleh, di saat bersamaan dia bingung dengan kehadiran wanita asing di rumah mertuanya ini. Apa dia tamu Ivory? Atau mungkin tamu mertuanya?

"Tante Desy!" pekik Isla dengan senang.

Desy?

Kaia langsung meneliti penampilan wanita bertubuh mungil dan manis itu. Wajahnya begitu anggun dan rambut pendek sebahunya membuat dia terlihat semakin muda. Apa ini Desy mantan Indra Kesuma? Oh Tuhan.. Jika Kamila melihat Desy di sini apa yang harus Kaia lakukan?

Lalu tatapan Desy kini beralih menatapnya selagi dia memeluk Isla. "Kamu istri Indra?"

Kaia mengangguk, dia lantas berdiri memandangi Desy dengan tatapan malasnya. "Ya, ada apa?"

Dan tanpa aba-aba, Desy mendorong tubuhnya sembari memberikan tatapan tajam. "KENAPA HARUS KAMU YANG MENGANDUNG ANAK INDRA?! KENAPA?!" teriaknya di hadapan wajah Kaia.

***

a/n:

Nggak ada hujan, nggak ada angin, badai datang:')

13 Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro