XVII
──────────
Restore Me
──────────
***
XVII
***
Kaia melamun, tubuhnya lunglai di atas sofa dan pikirannya tetap bekerja meskipun dia baru saja pulang dari kantor. Hari ini, Arya Atmodjo telah memecat seseorang karenanya. Di catat, Arya Atmodjo baru saja memecat seseorang, dan itu adalah Kristie.
Arya Atmodjo bersikap keras ketika tahu bahwa Kristie telah menyinggung Kaia lewat kata-katanya yang tidak pantas, pertanyaan yang Kristie berikan pada Kaia itu bukan urusannya dan sama sekali tidak berhak untuk dipertanyakan.
Itu kenapa, ketika Arya Atmodjo tahu permasalahan Kristie, akhirnya sentimen Kristie pada Kaia pun diketahui. Wanita itu kesal karena selama berhubungan dengan Zac, pria itu tetap tidak mengalihkan perhatiannya pada Kaia. Lalu, apa itu menjadi urusan Kaia? Jelas bukan.
Kristie secara tidak langsung memperlihatkan kebodohannya pada semua orang yang ada di ruangan Arya Atmodjo. Mungkin, setelah ini juga, Kaia akan membuat aturan baru agar tidak memperbolehkan setiap staf di FGM untuk menjalin hubungan dengan sesama rekan.
Yah, Kaia sudah merubah sejarah FGM mulai hari ini.
Ketika Kristie meminta maaf padanya, dan sadar akan kesalahannya, Kaia lagi-lagi malah bersikap sensitif. Sial, kenapa dia akhir-akhir ini tidak bisa bersikap tega pada orang lain, sih?
Dia meminta pada Arya Atmodjo agar tidak membahas persoalan masalah ini dengan Indra karena, pembahasan infertil itu akan sangat sensitif. Untungnya, Arya Atmodjo memahami soal kecemasan Kaia.
"Kaia? Sudah pulang? Kok Mama nggak dengar suara kamu datang tadi─astaga!" Kamila langsung berlari mendekati Kaia dengan kedua tangannya yang masih memakai handscoon karena baru saja memindahkan bibit tanaman. "Kamu kenapa pucat sekali? Kaia, kamu sakit? Bilang sama Mama, mana yang sakit, kita ke rumah sakit sekarang─Mbok Mirna!" teriak Kamila memanggil asisten rumah tangga.
Astaga.. Ini lagi, batin Kaia, kepalanya terasa akan pecah dan bagaimana bisa mertuanya panik seperti ini?
"Ma, Kaia nggak apa-apa kok, kayaknya pusing aja karena banyak deadline tadi."
Karena kesal persoalan dengan Kristie, dia bahkan mendadak rajin merencanakan rundown internal Today Talkshow untuk satu minggu ke depan.
"Iya, Bu?" tanya Mbok Mirna yang baru saja datang.
"Buatkan teh manis buat Kaia, astaga.. menantu Mama." Kamila sudah membuang handscoon dan menyemprotkan hand sanitizer pada tangannya sendiri. "Mama cek suhu tubuh kamu dulu, ya? Sebentar."
Kaia mengangguk, dia meraba kulitnya sendiri dan memang terasa hangat. Tapi itu bukan demam yang bisa membuat Kaia merasa sakit, badannya memang terasa berat, dan kedua kakinya mendadak sakit. Kaia tidak tahu kenapa dia mengalami perubahan pada tubuhnya hanya karena masalah hari ini.
Apa gue terlalu stres, ya?
"Ndra!" sembari mengapit ponsel dengan bahunya, Kamila mendekati Kaia dan mulai mengecek suhu Kaia dengan termometer tembak. "Kaia sakit, iya, kamu cepat pulang, bisa? Kita ke rumah sakit, ada baiknya mencegah─wait nggak terlalu demam kok, tiga puluh tujuh it's okay, right? Wajah menantu Mama pucat, Ndra! Okay, call Ivory then."
Kamila menarik napasnya, ketika Mbok Mirna datang membawa secangkir teh hangat untuk Kaia, Kaia dibantu untuk meminumnya secara perlahan. "Pelan-pelan, Nak.. Sebentar lagi Ivory datang, Indra masih di Singapore."
Kaia mengangguk, dia tahu kalau Indra terbang ke Singapore tadi pagi, dia bilang hanya perjalanan satu hari, yang artinya tidak akan menginap.
"Iya, Ma.."
Kaia benar-benar heran, kenapa dia lemas seperti ini, sih? Ah entahlah..
***
Ivory, dengan anaknya yang baru berusia enam tahun itu datang ke rumah menemui Kaia yang terbujur lemas di atas sofa, Mamanya panik setengah mati melihat keadaan Kaia yang sepucat mayat.
Kaia merasa lengannya disentuh seseorang, dia adalah keponakan Indra bernama Isla. Gadis kecil berusia enam tahun itu kelihatan sangat penasaran akan respons Kaia.
"Tante," panggilnya pada Kaia.
Kaia membuka kelopak matanya secara perlahan. "Iya, Sayang?"
"Are you sick?"
Kedua mata bundar dan sklera jernih itu menatap Kaia dengan sungguh-sungguh, rambutnya yang sedikit ikal mengingatkan Indra pada Kaia. "Iya.. Tante lemas sayang,"
"Mm," Isla menunjuk dagunya sendiri dan terlihat berpikir. "I think Mama will moved hospital here at Gema's house, Tante if you're feel sick, just tell me. My Dad is Doctor, my Mama tho."
Kaia terkekeh pelan dengan sisa tenaganya yang ada. Kaia tahu kalau Ivory adalah seorang dokter, begitu juga dengan suaminya. Dan kini, paramedis baru saja datang dari rumah sakit, Kaia menolak dipindahkan ke kamar karena tidak mau berjalan, sofa membuat Kaia nyaman tapi dia juga tidak mungkin diperiksa oleh Ivory di ruang keluarga.
"Thanks, Sayang.." ucap Kaia sembari memejamkan matanya. "I'm so glad that I have a private doctor like your Mom."
Isla tersenyum setelahnya, lalu dua perawat perempuan mengecek tanda-tanda vital Kaia. Kamila masih terlihat panik, sementara Ivory menugaskan kepada perawat agar Kaia diberikan terapi cairan melalui IV saja.
"Di infus nggak apa-apa, ya? Kamu merasa lemah seperti ini dan aku yakin kamu akan merasa intoleransi terhadap aktivitas." jelas Ivory padanya.
Kaia mengangguk. "Iya, aku nggak tahu kenapa, Iv.. My bad, rasanya nggak ada tenaga banget."
Ivory mengangguk kembali dan mengecek tekanan nadi Kaia. "Lemah sekali, kamu nggak punya riwayat jantung, kan?"
Kaia menggeleng kemah. "Nggak,"
Seorang pria dewasa, kakak iparnya, suami Ivory─Dokter spesialis jantung paru ternama itu menatap Kaia dengan sama khawatirnya. "Iv, we can call doctor Amira, right?" tanya Krishna Indradjaja pada istrinya.
Ivory terlihat kebingungan seketika. "Babe, dokter Amira is SPOG."
"Iya," jawab Krishna Indradjaja dengan santainya. "Just my intuition, bisa saja Kaia lagi isi, Iv."
Ivory langsung tercengang, Kamila juga ikutan syok setelah mendengarnya. "Krishna," tegur Kamila, mertuanya. "Kita semua tahu kalau Indra itu.."
Kaia memejamkan matanya, merasa lemah saat jarum infus masuk pada vena. Sementara itu, dia baru saja mendapatkan hinaan hari ini dari Kristie bahwa dia tidak hamil, sementara suaminya infertil.
Can you guys stop it?
Kaia mengerang frustrasi di dalam batinnya. "Kita nggak bisa menebak keberuntungan, Ma." jawab Krishna Indradjaja dengan positif. "Itu hanya diagnosa, dan kemungkinan dulu bisa saja masalahnya ada pada Desy. Atau memang karena ketidakberuntungan. Tapi sekarang?"
"Babe.." Ivory menggeleng dengan wajah tak suka. "Bukan waktunya menebak-nebak,"
"Kaia apa kamu sudah menstruasi bulan ini?" tanya Kamila kini.
Kaia membuka kelopak matanya dan tersadar.. Bahwa bulan ini, dia tidak mendapatkan menstruasi sama sekali, terakhir dia menstruasi adalah satu minggu sebelum pernikahan. Dan saat akad, Kaia ingat dia mandi besar karena tahu haidnya sudah berhenti. Apakah mungkin...
"Belum, Ma. Bulan ini aku belum haid."
Kamila menutup mulutnya dan merasa tidak bisa bersikap tenang saat ini, apa lagi ketika Krishna Indradjaja mengatakan harapan-harapan kecil itu.
"Can we test it?" tanya Ivory kini. "Mau USG atau testpack, Kaia?"
Kaia memaksakan diri untuk bangun setelah terapi cairan masuk ke dalam tubuhnya, lalu dia menatap ketiga orang dewasa itu satu persatu. Kamila, Ivory, dan Krishna.
"Testpack." putus Kaia.
***
Kaia pikir, akan lebih mudah jika dia melakukan testpack daripada USG. Setidaknya, jika hasilnya negatif, Kaia tidak akan merasa terlalu kecewa dan bisa membuang hasilnya nanti. Terlepas Indra yang tidak ada di rumah, dan meskipun dia punya harapan besar bahwa rahimnya kini di isi oleh mahkluk kecil yang belum diberi ruh oleh Tuhan, Kaia akan berusaha sekecil apa pun untuknya.
Ivory bilang, kehamilan bisa diketahui dari air kencing karena satu, faktor ibu hamil yang mudah diketahui adalah dari hormon HCG yang bisa dideteksi oleh testpack.
Tadi, perawat sudah memberikan dan bahkan mengajarkan Kaia untuk menggunakan testpack, menunggu hasilnya dengan tidak karuan, rasanya Kaia ingin menangis.
Dia tidak pernah setakut ini dalam hidupnya, bahkan ketika dia berada di titik terendah dalam hidupnya pun Kaia masih bisa menahan rasa takut yang sering memeluknya.
Tapi hari ini dia lemah.
Dia lemah akan pertanyaan dan hinaan Kristie yang Kristie berikan padanya.
Dia lemah dan takut menghadapi kenyataan bahwa dibalik pintu toilet ini ada harapan besar yang keluarga Indra inginkan darinya.
Lalu, bagaimana jika Kaia tidak bisa memberikannya?
Tapi, Kaia membayangkan Indra yang bahagia jika mendengar kabarnya. Kaia tahu, dia pendosa, bahkan bisa dihitung kali dia mengingat Tuhan. Tapi, apakah sebuah harapan itu tidak pantas untuk sang pendosa sepertinya?
Kaia hanya ingin membuat orang yang dia cintai merasakan kebahagiaan. Tidak ada hal lain lagi.
Pregnant?
Kaia menatap testpack itu berkali-kali, mengangkatnya tinggi-tinggi dan menjaga agar selang infusnya tidak lepas.
Pregnant? Ini testpack nggak kibulin gue, kan?
Kaia hampir saja limpung, tapi seorang perawat menahan berat tubuhnya di belakang dan berkata. "Hati-hati, Bu."
Kaia meringis tergugu. "I-iya, Sus.. tolong lihat ini, benar apa nggak? Saya beneran hamil? Ini hasilnya di sini pregnant."
"Oh.." Perawat itu malah tersenyum pada Kaia. "Sudah keluar ya hasilnya, iya, Bu.. Ibu positif, selamat, ya."
"Saya hamil, Sus?" tanya Kaia seperti orang bodoh lagi.
Perawat itu terkekeh pelan. "Iya, Bu. Yuk, kita kembali ke ranjang lagi, ya?"
Ketika perawat itu membuka pintu kamar, Ivory dan Kamila menunggu dengan harap-harap cemas.
"How, Sus?" tanya Ivory pada sang perawat.
"Positif, Dok. Kayaknya karena hormon kehamilan yang membuat Ibu Kaia keletihan."
Kamila, mertuanya baru saja menjerit, membuat Ivory, perawat dan Kaia terkejut akan responsnya.
"Kaia hamil?!" tanyanya dengan kedua mata membulat. "Menantu saya hamil?! Ah... Sayang!"
Kaia mendapatkan pelukan, tubuhnya masih lemas dan untungnya dia sudah terduduk di atas ranjang. Sementara itu, Ivory tersenyum kepadanya dan mengusap sudut matanya yang basah.
"You're a woman who give Indra a child, Kaia. You're a keeper." puji Ivory pada Kaia.
Kaia menerima ciuman di seluruh wajahnya dari Kamila. Dia menahan tangisannya sekuat tenaga, tangan kanannya yang tidak terpasang infus mengusap permukaan datar perutnya itu.
Sayang.. You're my love in my life, dan di kehidupan Papa kamu juga sayang. Kita bertahan bareng-bareng ya, Nak? Oma bahagia banget, Tante Ivory juga. Semua orang bahagia dengan kehadiran kamu, kita kasih tahu Papa ya?
Setelah menerima ucapan selamat dari Ivory, Kaia merebahkan tubuhnya. Dia menyadari, arti sebuah hinaan yang Kristie berikan padanya bukan apa-apa ketika Tuhan mendengarkan doanya.
Ternyata, gue lebih besar dari apa yang gue bayangkan. Gue akan menjaga dia, anak gue.
"Mama sudah minta Indra buat pulang, dia harus tahu soal ini!" Kamila dengan senang memeluk Ivory.
Kaia menahan semua rasa haru, tapi untuk saat ini kepalanya mendadak pusing, sepertinya dia harus istirahat sebelum menyambut kedatangan Indra nanti.
***
a/n:
Kata anaknya Indra Kesuma in the future:
"Mamaku aslinya orang Bali."
1
2 Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro