Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XI

───────────
Restore Me
───────────

***

XI

***

Pernikahannya sudah di depan mata dan Kaia masih belum cuti. Andrea sudah resign, dia kehilangan teman polos tanpa dosa seperti Andrea di kantor dan rasanya menyebalkan. Dia biasanya akan naik ke studio sepuluh hanya untuk menggoda Andrea, ataupun mengganggu pekerjaan sahabatnya itu.

Ya, kalau dipikir-pikir, kalau dia jadi Andrea juga tinggal ongkang-ongkang kaki di rumah menunggu suami pulang kerja. Punya suami kaya raya seperti Arya Atmodjo, memang apa lagi yang dibutuhkan Andrea?

"Oy, calon pengantin!"

Kaia baru saja membuat kopi di pantry dan terkejut kesal karena Kenang yang baru saja menyapanya. "Mbak! Bikin kaget aja!"

"Lo.." Kenang sambil mengangkat kartu undangan darinya. "Gue kira bakal menikah di Bali, terus gue di kasih free tiket bulak-balik gitu buat jadi brides maid lo. Cih, gagal deh impian gue berlibur."

Soal rencana itu.. Ck, Kaia dan Indra mengubahnya. Jadwal Indra bulan ini sangat sibuk, bahkan pria itu harus terbang ke Moskow seminggu setelah pernikahan mereka. Sedihnya, Kaia akan banyak ditinggalkan oleh Indra.

Tapi untungnya, Indra sama sekali tidak melarang Kaia untuk bekerja. Anyway, keinginannya untuk menjadi Ibu Rumah Tangga bisa dilakukan nanti-nanti saja.

"Calon suami gue banyak kerjaan, kalau ke Bali jatuhnya honeymoon, nggak cukup kalau cuman sehari, dua hari di sana."

"Dih paling juga malam pertama nanti mau di Jakarta, mau di Bali lo bakal langsung kimpoy!"

Kaia tergelak puas mendengar ucapan Kenang, Kenang ini memang satu dari sekian juta manusia aneh. "Kimpoy banget bahasa lo, Mbak. Ya jelas lah, malam pertama langsung gas, test drive."

"Terus udah kayak gitu, biasanya hasil malam pertama bakal langsung jadi. Gue nih buktinya, setelah nikah kebetulan gue beres haid, namanya pengantin baru kan main hajar, nggak selang sebulan gue hamil!" gerutunya.

Kaia terdiam, mengingat kembali vonis yang Indra katakan bahwa dia mandul. Apa itu benar? Dia sudah cek kesehatan dan terbukti dia sehat secara fisik dan siap untuk dibuahi jika memang berencana ingin memiliki anak.

Namun, diagnosa infertil yang diberikan pada dokter pada Indra itu apakah benar? Bagaimana jika kenyataannya Indra tidak infertil? Bisa saja, mantan istrinya yang infertil?

Membayangkan itu semua, mendadak Kaia ciut. Dia juga ketakutan bahwa dia tidak akan bisa mengandung, sejatinya dia adalah perempuan dan tetap memiliki cita-cita menjadi seorang ibu.

"Mbak," tanya Kaia pada Kenang.

Kenang yang membuka bungkus nasi padang itu menoleh. "Kenapa? Mau tanya cara kimpoy? Lo udah tahu kali, barangkali lebih pintar daripada gue?"

Ish, sial. "Bukan soal kimpoy, gue mau nanya kalau gue misalnya, nanti nggak langsung bisa hamil, gimana ya, Mbak?"

Kenang mengerutkan keningnya menatap Kaia. "Lo? Kena issue apa nih sampai mikir nggak bisa hamil langsung?"

"Mbak..." erang Kaia frustrasi. "Lo kan udah nikah bertahun-tahun, lo yang sudah berpengalaman, gue cuman takut aja.. gimana kalau gue nggak bisa hamil─"

"Lo takut sama stigma orang," potong Kenang cepat. "Anak itu rezeki, Kaia. Lo nggak bisa tawar menawar urusan rezeki, Tuhan yang lebih tahu lo pantas, dan diizinkan mendapatkannya."

"Jadi.." tatapan Kaia mengambang dan menatap hamparan gedung Jakarta dari jendela pantry. "Kalau gue nanti nggak hamil itu artinya gue nggak pantas?"

"Bukan nggak pantas, tapi belum. Tuhan yang tahu kita siap atau nggaknya, Kaia. Manusia itu banyak berencana, kayak ada pasangan yang sudah siap secara finansial, hidup enak, eh.. dia yang nggak siap memiliki anak sampai menunda momongan. Ada lagi, yang sudah siap tapi finansial belum menjamin, tetap saja mereka harus menghadapi banyak keadaan di depannya. Ada lagi, yang udah sempurna secara lahir batin, eh susah juga buat dapat anak. Itu namanya memang cobaan pernikahan, setiap pasangan kan diuji nya berbeda-beda."

"..."

Kenang tersenyum menepuk pundak Kaia. "Kalau gue, manusia yang kurang edukasi. Gue sama suami gue memang kurang dalam menghadirkan sebuah planning, eh, tiba-tiba hamil aja. Mana gue sama suami gue nikah muda, ujiannya banyak juga, Kaia. Karena gue nggak punya pengalaman baik tentang anak kecil, sempat kena baby blues. Lihat? Banyak tantangan yang ada, tapi percaya aja lo juga bakal bisa melewatinya kok, selagi suami lo suportif."

Mudahnya, Kaia juga berpikir seperti itu tadinya. Tapi, apa hidup berdua saja dengan Indra tanpa anak akan membuat hidupnya lengkap dan bahagia? Lalu bagaimana dengan permintaan mertuanya nanti?

"Nggak usah dipikirin, Kaia." jelas Kenang berusaha menenangkan. "Jalani aja, jangan stres-stres menjelang pernikahan nih, nanti sayang kulit lo kalau kena break out. Udah cek kesehatan belum?"

"Udah,"

"Terus gimana hasilnya?"

"Gue fine-fine aja."

"Terus calon suami lo?" tanya Kenang.

Kaia memandang Kenang. Kenang adalah satu dari sekian orang yang tahu cerita hidupnya. "Mbak, calon suami gue di diagnosa infertil, dia mandul."

Kali ini, Kenang benar-benar terdiam. Pandangannya lurus dan bahkan tersirat emosi khawatir yang menatap dirinya. "Jadi, lo tanya soal kehamilan tadi─"

"Iya, itu soal gue.. ketakutan gue, Mbak."

"Ya Tuhan," Kenang buru-buru memeluk Kaia dengan erat. "Kenapa lo sebaik ini? Lo menerima calon suami lo dengan apa adanya, Kaia? This is you? Kaia gue berubah sangat drastis? Kenapa?"

Gue berubah? Kaia tidak merasa dirinya berubah. "Mbak, setiap orang punya kekurangan, kan? Tapi gue percaya kekurangan suami gue bisa gue benahi. Tadinya. Tapi.. ketakutan gue, kalau akhirnya gue nggak bisa dapat anak dari dia gimana, Mbak?"

"Nggak," Kenang menggeleng dan merangkum wajah Kaia.

Kaia adalah junior yang sudah dia anggap sebagai adiknya sendiri. Bagaimana bisa Kaia baru bercerita sekarang? "Itu semua diagnosa dokter, itu semua ucapan manusia, Tuhan yang bisa mengubahnya. Lo percaya sama mukjizat Tuhan kan, Kaia?"

Kaia mengangguk, dia ingin menangis sekarang dan alangkah buruknya dia jika dia meragukan Indra sekarang. Di saat ia akan menikah dengan pria itu?

"Lo secinta itu sama calon suami lo, ya?" tanya Kenang dengan senyumannya.

Kaia terkekeh pelan, mengusap air matanya dan mengangguk. "Dia baik, menerima gue dengan sangat baik, bagaimana bisa gue nggak cinta sama dia?"

"Ya ampun.. Kaia gue sudah insyaf." Kenang memeluk Kaia sekali lagi.

Entah kenapa, keyakinan Kaia kini meningkat, jadi satu-satunya harapan yang dia punya untuk dirinya dan Indra adalah pada Tuhan?

Tanpa Kaia sadari, Zac mendengarkan semua pembicaraannya dengan Kenang. Pria itu termenung melihat perubahan Kaia yang drastis, kenapa Kaia bisa bersikap seperti itu? Kenapa Kaia bersikap legowo dan menjadi wanita yang sangat Kaia inginkan untuk dimiliki sebagai istrinya?

Kaia benar-benar berubah.

***

Alam sadar Kaia baru saja menyala ketika dia mendapatkan perhatian lebih karena sentuhan seseorang yang baru saja membangunkannya.

Indra mengusap keningnya dan membuat Kaia tersenyum saat melihat Indra yang baru saja sampai di rumahnya. Dia ketiduran setelah menonton acara Running Man yang dipilih Kalya karena ada Idol Kpop kesukaannya yang menjadi bintang tamu di acara itu.

Kalya memang seorang Kpopers. Si alay itu, batin Kaia, belum lagi poster-poster yang memenuhi kamarnya. Speaker besar, dan anehnya sejak kapan Kalya selincah itu sampai bisa membuat Kaia menganga melihat ke dance yang Kalya lakukan?

"Hai," sapa Indra mencium pipinya. "Ngantuk banget, ya? Sampai TV yang nontonin kamu akhirnya."

Kaia mengulat, dia mengangkat kedua tangannya dan membuat kausnya terangkat hingga perutnya terlihat oleh Indra.

Indra terkekeh pelan dan menurunkan kaus Kaia. "Mas," desah Kaia.

"Mm?"

"Mau seafood."

Indra mengangkat alisnya menatap Kaia dengan heran. "Setahu aku, semalam ada yang bilang mau diet karena takut kebaya kekecilan nanti?"

"Duh, Mas..." rengek Kaia.

"Apa, Sayang?"

"Mau seafood. Aku nggak akan makan pakai nasi, cuman seafood tok."

"Nggak ngenyangin, Sayang." Indra mengusap keningnya. "Nggak apa-apa, makan yang banyak, kalau kebaya kekecilan, aku belikan gaun Elie Saab yang kamu mau."

Kaia menyipitkan matanya. "Telat, harus pre order tahu!"

"Apa yang telat, sih? Aku akan suruh Reksa─"

"Jangan repotin orang," Kaia memotong, lalu kucing Garfield miliknya mengeong dibawah kaki Indra.

"Meong!"

Indra terkejut sebentar, kedua matanya menelisik makhluk berbulu berwarna oren itu. Kaia terpaksa bangun dan meraih Garfield ke dalam pelukannya. "Garry, are you hungry? Same with Mamo, Sayang... Mamo juga lapar, pengen seafood."

Indra terkekeh pelan, tak menyangka dia melihat sisi manis Kaia yang seperti ini pada kucingnya sendiri. "Ini kucing kamu?"

Kaia mengangguk. "Iya, dia anak aku, Mas."

Indra mengulum senyumnya malu. "Kalau gitu, dia juga anak aku."

"Dih.. Ngaku-ngaku?" Kaia dengan sangsi memberikan Garfield di atas pangkuan Indra. "Kalau ngaku jadi Papo Garry, kamu harus gendong dia."

"Like what─oh my GodnessKaia," seru panik dari Indra yang kelimpungan menerima Garfield di pangkuannya.

Kaia tertawa puas, Indra mungkin tidak takut, tapi pria itu jarang kontak langsung dengan hewan seperti kucing. "Kaia, dia nggak mau diam─astaga!"

Garfield memang tidak mau diam dipangkuan Indra karena merasa tidak nyaman. "Yang benar dong pangkunya, Garry nggak nyaman itu, Mas."

"Astaga!" Indra masih heboh sendiri, akhirnya kedua tangan Indra meraih kedua kaki Garfield dan mengangkatnya. Kucing itu memberikan ekspresi datar tanpa ekspresi. "Kaia, apa dia marah?"

Kaia tertawa lagi, kenapa tingkah Indra dan Garfield sangat lucu di matanya. "Dia memang kucing songong, bukan marah. Yang bener dong, dipeluk!" Kaia memaksa mendorong tubuh Garfield menempel pada dada Indra.

"Kaia!" cegahnya heboh. "Nanti dia cakar aku, oh sori─Garry, hai─it's me, I'm your Papo."

Gemasnya.. Kaia tertawa lagi, dan segera Garfield mengeluarkan suara menyapa Indra. "Meong," katanya dengan tatapan penuh penasaran.

Indra menarik napasnya dan tersenyum. "Yap, meong, I'm your Papo. Stop, looking at me like that, Garry. Oh my Godness, you're so cute."

"He's a boy." kata Kaia mengklarifikasi jenis kelamin Garfield.

Indra mendengus. "Hah, aku tiba-tiba jadi seorang Ayah karena kamu Mama dari hewan berbulu ini?"

"Iya, kenapa?" tantang Kaia. "Nggak mau terima Garry? Yo wes..." Kaia hendak mengambil Garfield dari pelukan Indra.

Namun Indra buru-buru mencegahnya dan memeluk Garfield lebih erat dan mulai menciumi puncak kepala Garfield hingga kucing itu kembali mengeong.

"Dia anakku sekarang." ujar Indra dengan tegas, dan tiba-tiba, Indra memberikan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk Garfield. "Ayok, beli seafood."

***

Anak Mamo Kaia dan Papo Indra

6 Agustus 2022.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro