X
──────────
Restore Me
──────────
***
X
***
"Wait─tunggu gue mau bicara sama lo─"
"Nggak ada!" Kaia melepaskan cekalan tangan Zac pada lengannya. "Lo mau bicara apa lagi? Soal yang dulu-dulu? Kan gue udah maafin!"
Zac terlihat terengah-engah, padahal Kaia pikir dia tidak jalan terlalu cepat tadi, tapi kenapa Zac sampai kelihatan lelah seperti itu?
Zac menurunkan pandangannya dan memejamkan matanya menyalurkan segala rasa frustrasi. "Please, gue cuman ingin bicara."
Untungnya basement terlihat sepi, dan Kaia merasa aman-aman saja untuk berdiri berhadapan dengan Zac. "Mau bicara apa? Sekarang, gue nggak ada waktu lagi, mau fitting kebaya!"
Biar saja, karena kabar pernikahannya sudah diketahui banyak orang, Kaia tidak akan malu mengakui bahwa dia adalah wanita yang punya pria, dan sudah sebaiknya pria seperti Zac mundur dari seorang wanita yang akan dipersunting oleh pria lain.
"Lo mau menikah? Serius?"
Apa?
Kaia merasa perlu meluruskan sesuatu, apa Zac baru saja bertanya padanya? Untuk apa? Untuk mengkonfirmasi? Atau justifikasi?
"Iya," jawab Kaia.
"Kenapa lo tiba-tiba akan menikah?"
Apa itu pertanyaan yang harus Kaia jawab? "Because I can, apa lagi?" jawabnya dengan songong.
Zac tahu, kepribadian Kaia memang keras, tapi dia tidak menyangka kalau dia akan menghadapi Kaia yang keras kepala dan bersikap aneh─berubah, dan tidak seperti Kaia yang dia kenal sebelumnya.
Kaia yang Zac kenal adalah perempuan kasar yang jelas tidak mendambakan kisah cinta romantis. Kaia yang Zac kenal terlalu kuat dan rasional hingga gaya pacaran yang mereka anut dulu membuat Zac yakin kalau Kaia bukan perempuan yang baik untuknya.
Tapi sekarang? Zac bahkan menyadari kalau Kaia sudah melepas kebiasaan buruknya di kelab. Setiap minggu, Zac akan datang dan cek kelab favorit Kaia bersama teman-temannya. Dan sudah beberapa bulan ini, Kaia benar-benar absen dan menghilang begitu saja. Apa yang sudah pria lain lakukan hingga membuat seorang Kaia yang keras hingga lunak seperti ini?
"Lo yakin dia satu-satunya bagi lo?" tanya Zac meragukan kesetiaan Kaia.
Kaia mengangkat alisnya dan merasa tertantang ingin menjawab pertanyaan mantannya ini. "Iya, dia satu-satunya bagi gue."
"Kenapa? Apa yang dia lakukan buat lo? You have sex with him? Apa dia memuaskan lo?!"
Sialan, pertanyaan Zac sangat kurang ajar dan Kaia tidak tahan untuk tidak menamparnya.
Tangan kanannya terasa perih setelah berhasil menampar Zac. Bagaimana bisa Zac berkata seperti itu padanya? "Itu jawaban gue, Zac. He's the one, dan dia nggak kurang ajar kayak lo!"
"Kai─Kaia." Zac mencegah Kaia untuk pergi. "I'm sorry, I'm so stupid."
Kaia tidak peduli. "Go away from my way!" pintanya dengan pelan namun penuh akan sarat tegas.
Apa dia selama ini Zac memandangnya dengan rendah? Kaia tidak habis pikir, bagaimana bisa dia dulu mengagumi seorang iblis seperti Zac?
"Minggir!" pinta Kaia lagi, dan Zac masih menghalangi jalannya.
"Sebentar, Kaia, maafin gue.. Gue salah." ucap Zac cepat dan tetap menghalangi jalan Kaia.
"GUE NGGAK PEDULI!" teriaknya kali ini di hadapan wajah Zac. "Bisa lo jangan ganggu gue lagi? Gue perempuan yang akan menikah, Zac. Dan ada seseorang yang harus gue jaga hatinya, so please─be happy with your own life, dan gue pun akan melanjutkan hidup gue, Zac. Lo dan gue, bukan apa-apa lagi, mengerti?"
"Kai, please.." kali ini Zac terdengar lebih memohon kepadanya.
Kaia tidak mengerti apa mau pria itu sebenarnya. "Lo mau apa dari gue, Zac?" tanya Kaia terus terang.
"..."
"Satu-satunya harapan gue sudah lo bunuh ketika lo menunjukkan bahwa Kristie, adalah cewek yang lebih baik daripada gue."
Kaia mengulas senyumannya pada Zac. "Lo sekarang nggak berarti apa-apa lagi buat gue."
"But you did." balas Zac tak mau kalah. "Lo berarti buat gue."
"Nggak," Kaia menggeleng. "I have someone I loved, and he's not you."
And he's not you. Zac meradang ditempat, tanpa dia sadari tangannya mengerat dan jutaan rasa penyesalan membuat Zac tahu kalau apa yang dia dapatkan setelah menyakiti perempuan yang telah menghabiskan waktu tiga tahun dengannya ini bisa membuangnya dengan mudah.
"Nggak ada lagi kesempatan untuk gue, Kaia?" tanya Zac penuh harap.
Kaia menggeleng. "Not, I'm sorry. I'm really loves my man, he's really kind dan gue nggak mau membuatnya kecewa, Zac."
How a lucky bastard. Zac menahan perasaannya yang ingin memeluk Kaia sedari tadi. Tapi, Kaia dengan tegas menjelaskan bahwa dia adalah milik seseorang. Kenapa baru sekarang? Kenapa baru sekarang Zac menyadarinya? Pada akhirnya, perempuan yang pernah Zac pikir paling complicated dan susah dihadapi ini, akhirnya memilih menunjukkan bahwa Zac sama sekali bukan apa-apa dalam hidupnya.
Kristie hanya mengubahnya secara sesaat. Tapi selama tiga tahun yang pernah dia lewati bersama Kaia, Zac sadar bahwa Kaia adalah sesuatu apa yang dia cari.
Lalu, bagaimana dengan dirinya kini?
"Bye, Zac."
Kaia masuk ke dalam mobil dan mulai meninggalkan Zac di tempatnya. Betapa buruknya dia telah memperlakukan Kaia di masa lalu, dan ketika rasa penyesalan telah menghampirinya, kini tinggal kenangan yang tersisa yang dia miliki.
Dan Zac hanya bisa terdiam di tempat.
***
Kaia memutuskan untuk menuruti saran dari Tante Mila dan Mamanya tentang urusan kebaya. Dia tidak mau ambil pusing, karena bagaimana pun kebaya tetaplah kebaya, tidak akan berubah menjadi pakaian lusuh. Terkecuali, akad memang diprioritaskan memakai kebaya putih.
Indra belum datang, padahal dia sudah mencoba dua kebaya untuk dipakai nanti dan Indra masih belum membalas pesannya. Apa segitu sibuknya Indra sampai melewatkan jadwal fitting kebaya mereka?
"Indra masih meeting kayaknya." kata Tante Mila mengusir keresahan hati Kaia.
Setelah pembicaraannya dengan Zac tadi, moodnya hancur, parah.
Memang apa urusannya juga kalau dia dan Indra having sex? Apa itu mengganggu Zac? Setahu Kaia, dia sudah pergi meninggalkan ceritanya dengan Zac di belakang. Apa yang pria itu lakukan sudah jelas memilih Kristie pada saat mereka masih bersama. Lalu? Kenapa kini Zac melayangkan sebuah protes setelah tahu bahwa dia akan mengambil keputusan besar dalam hidupnya yaitu menikah?
Omong kosong, kalau memang Zac merasa menyesal, memang itu yang harus dia rasakan. Kaia memang pernah berkata, kalau pernikahan bukan sesuatu yang dia inginkan, terlebih pada saat itu, Kaia merasa bahwa dia harus bisa melindungi Mamanya lebih dari pada apa pun.
Ada prioritas yang harus Kaia utamakan dibandingkan sebuah pernikahan yang kenyataannya pahit.
Lalu, kini dia akan menikah? Bersama Indra? Lihat, Tuhan bisa merubah hati seseorang kapan saja, bukan?
"Hai semuanya, maaf aku telat."
Suara Indra menyadarkan Kaia dari lamunannya. Dia melihat Indra masuk bersama personal asistennya, Reksa yang tersenyum menyapa Mamanya dan Tante Mila.
Indra mencium pipinya sekilas dan mengusap pelipisnya. "Sori, kelamaan tunggu aku, ya?"
Kaia menggeleng dengan senyuman tipis. "Nggak kok, kamu bisa mulai, Mas. Aku udah coba tadi."
"Oh ya? Aku nggak lihat kamu fitting," protesnya.
"Ya suruh siapa telat." ledek Kaia dengan senyuman jahil. "Biar aja, biar jadi surprise nanti."
Indra menghela napasnya pasrah menerima kekalahan. "Oke," putusnya.
Setelah benar-benar mencocokkan seluruhnya, Kaia masih tetap bergeming. Sesekali, dia melihat Indra yang terus menggenggam tangannya, mengelusnya bahkan tak jarang melemparkan senyuman padanya.
Apa Mas Indra bahagia?
Sepertinya iya, kalau begitu dia berhasil membuat Indra bahagia dengan eksistensinya, kan? Berarti dia sangat diinginkan oleh Indra, bukan?
Di sini, tidak hanya dirinya yang hanya menginginkan Indra. Perasaannya berbalas, meskipun Kaia tak yakin apa dia bisa jadi seseorang yang sempurna dan cukup bagi Indra?
"Hei.."
"Ya? Kenapa, Mas?"
Indra menatapnya dengan cara yang tidak biasa. Kaia sampai-sampai menyentuh wajahnya sendiri dan mengangkat alis. "Ada yang salah?"
Indra mengangguk. "Mm, ada."
"Kenapa? Apa dandananku terlalu over?"
"No," jawab Indra dengan tegas. "This is not about your make up."
"Terus?"
"Kamu.. kenapa diam saja? Apa kamu lelah? Apa kita terlalu terburu-buru menyiapkan ini semua?"
Kaia menggeleng, entah, rasanya pikirannya penuh. He's into me, pikir Kaia. "Mas.."
"Ya?"
Mobil Indra akhirnya berhenti di depan rumahnya. Mamanya sudah menepi sejak beberapa jam lalu, sementara Kaia dan Indra menghabiskan waktu berdua cukup lama setelah meeting dengan wedding organizer di restoran tadi.
Kaia menarik napasnya, dia tersenyum sekilas dan berkata. "Tadi mantanku datangin aku."
Indra mengerjapkan kedua matanya lambat. "Mm, mantan yang mana?"
"Mantan terakhirku, sebelum sama kamu, aku sama dia menjalin hubungan tiga tahun."
"Mm, ya.." Indra mengulum senyumnya. "Satu kantor dengan kamu? Siapa namanya, aku lupa.. Zac?"
"Ya, Zac."
"Apa dia ganggu kamu?"
"Secara detailnya, iya." jawab Kaia jujur. Apa setelah ini Indra akan memintanya berhenti bekerja? Astaga, jika benar, Kaia tidak sanggup diam di rumah terus menerus.
"Kamu nggak nyaman dengan sikap dia? Memang dia kenapa?"
"He's just asking me, kenapa aku memutuskan menikah sama kamu, dan dia tanya apa aku udah berhubungan seks dengan kamu sampai-sampai aku memutuskan untuk menikah." Kaia terkekeh pelan, pahit rasanya ketika dia sadar, bahwa selama ini mungkin pria hanya menganggap dirinya sebagai wanita murahan yang mudah ditiduri.
Padahal, Kaia tidak pernah sembarangan tidur dengan pria mana pun, apa lagi dalam konteks status tidak jelas. Dia bukan pecinta one night stands, meskipun zaman sekarang berkenalan bisa dengan mudah berakhir di atas ranjang.
"Aku berpikir, apa yang aku lakukan di masa lalu bakal berdampak sama kamu, Mas." ujar Kaia melanjutkan lagi keresahannya. "Aku nggak bisa mengubah masa lalu aku, but I'm trying to do the best for you. Memang salah, ya? Kalau aku juga menginginkan yang terbaik buat kehidupan aku? Meskipun aku pendosa sekalipun?"
"Kaia.." Indra merangkum wajahnya. "Aku nggak pernah mempermasalahkan masa lalu kamu, apa yang kamu lakukan sebelum bertemu denganku it's your life─not mine." jelasnya, kedua matanya menatap Kaia dengan teduh. "Terkecuali, ketika kamu sudah memutuskan untuk mencoba bersama aku, dan aku rasa kamu milik aku─aku jelas nggak akan membiarkan kamu melakukan hal-hal yang berpotensi merusak hubungan kita. Ingat? Aku tetap mengizinkan kamu hangout bersama teman kamu, tapi tidak untuk kelab. Kamu tahu kenapa? I'm just wanna try to give you a comfort, aku mau melindungi kamu sebagai wanita aku."
Kenapa Indra selalu berhasil membuatnya seperti manusia buruk, sih? Pertama kali dia menceritakan segalanya tentang Zac, Indra bahkan memperlakukannya seolah ia adalah fragile.
"Kamu memang sudah terbiasa terluka, Kaia. Tapi, nggak seharusnya luka itu dibiasakan dan nggak diobati sama sekali? Terbiasa bukan berarti kamu harus terluka terus menerus, bukan?"
Saat itu, Indra mengubah pandangannya. Kaia sadar, pria yang akan menjadi suaminya ini adalah pria matang yang bersikap hati-hati dalam menjaga dirinya. Dia punya kekurangan, dan Indra pun punya kekurangan dalam porsinya sendiri. Tapi kenapa Indra selalu berhasil membuatnya takut bahwa suatu saat dia tidak akan diinginkan dan dibuang begitu saja seperti yang Zac lakukan padanya.
Kaia, Indra bukan si brengsek Zac!
"Mas, I'm sorry.." Kaia tertunduk lemas, kenapa kekuatannya mendadak hilang di saat seperti ini? Kemana dirinya yang dulu?
"Kamu nggak salah, buat apa minta maaf?" tanya Indra dengan senyumannya. "Mau peluk?" tawarnya lagi.
Ah, satu lagi.. Pelukan Indra memang bisa mengobatinya. "Maaf," gumam Kaia lagi.
Indra mengusap rambutnya dengan perlahan, Kaia menikmati seluruh sentuhan pria itu dan membenamkan wajahnya di bahu Indra. "Mau menikah itu memang ujiannya banyak." cetus Indra tiba-tiba.
Kaia membuka matanya, dia tersenyum perlahan dan memandang Indra yang tak kalah menawannya malam ini hanya dengan balutan work attirenya. "Kenapa? Takut?"
Indra mengangguk. "Takut, soalnya kamu masih belum stabil dan menganggap semua pria brengsek seperti Zac. But I'm not him, kamu bisa percaya sama aku."
Kaia mengerlingkan matanya. "Percaya, ya?"
"Iya, harus percaya."
Kaia menarik napasnya, lalu dia mengangguk. "Oke, aku percaya."
"Sini," Indra menarik tubuhnya lagi dan kini pipi kanannya dicium oleh pria itu.
It's just a sweetest kiss yang pernah Kaia dapatkan. Indra memang tidak pernah absen mencium pipinya jika bertemu.
Kaia memejamkan matanya, meraih rahang Indra dan mengusapnya, ciuman Indra pada pipi kanannya masih belum lepas dan pria itu menurunkan ciumannya menuju rahangnya.
Namun, gedoran kaca mobil Indra membuat keduanya terkesiap. Sialan, tidak lucu pikir Kaia kalau dia digerebek.
Kenyataannya, saat Indra menurunkan kaca jendela mobil, pelaku yang mengetuk kaca jendela mobil Indra adalah adiknya Kalya.
"Kak─eh, Mas Indra." ujarnya tidak enak dengan senyuman sok manis, Kaia ingin mencubit adiknya itu sekarang. "Mama nggak masak, pengen beli nasi goreng."
"Lah?!" Kaia beringsut mundur dan menatap Kalya dengan sangsi. "Terus?"
"Beliin!"
Dasar adik sontoloyo itu.. Kaia menahan emosinya dan buru-buru keluar dari mobil Indra setelah berpamitan.
No, everything is fine. Indra, selalu bisa menenangkannya.
*
**
a/n:
Kaia ini adalah suatu contoh nyata yang aku lihat di lingkungan. Perempuan yang susah buat jalani komitmen, kerjaan main-main, kalau hubungan sama cowoknya kelihatan nggak serius, itu kenapa Zac sampai berpikir kalau Kaia nggak pantas buat jadi perempuan yang dia pertahankan.
Eh, turn out si Kaia berubah... jadi lebih baik, nggak pencicilan, nggak pernah absen kelab, nurut sama calon suaminya. Kira-kira gimana perasaan Zac nggak ketir-ketir lihat perubahan Kaia, wkwkwk.
Jadi yah, sulit yah, namanya juga udah putus Kaia udah seyakin itu sama si Indra Kesuma;')
5 Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro