VIII
─────────
Restore Me
─────────
***
VIII
***
"Kamu sudah menentukan tanggal pernikahan?" tanya Andrea dengan shocknya.
Terhitung jalan tiga bulan masa pengenalan bersama Indra Kesuma, dan Kaia maupun Indra masuk ke dalam tahap nyaman dimana keduanya merasa tidak ada perbedaan yang mencolok. Meskipun terkadang perbedaan itu ada, tapi tetap bisa di toleransi dan Indra maupun Kaia menyikapinya dengan dewasa.
Sumpah, bagi Kaia, berhubungan dengan Indra Kesuma menyehatkan mentalnya. Berbeda dengan Zac Pradipta dulu, yang hanya mementingkan kepuasan seks di atas hubungan mereka. Shit, kenapa lagi harus ingat Zac Pradipta kalau sudah ada Indra Kesuma yang hebat dan bisa menjadi cinta di hidupnya.
Duh, lama-lama Kaia geli juga sama sikapnya sendiri, dia juga tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak cinta Indra Kesuma yang ternyata.. cukup lihai bermain lidah.
"Iya, tiga bulan ke depan. Doain ya, Ndre.." kata Kaia pada Andrea.
Andrea menangkup pipinya dengan gemas. "Aku menikah dengan Arya satu bulan lagi, tiga bulan ke depan kamu nyusul aku dong? Senangnya..."
"Hm.." Kaia berdeham samar, dia melirik ke seluruh cafe yang dimana ada Kristie dan Zac yang tengah brunch bersama. "Calon suami gue baiknya kebangetan, gue takut berlaku jahat sama dia nantinya."
Andrea menepuk lengannya begitu saja. "Ya jangan dong.. kamu ini sudah berubah jadi lebih baik dan lembut, nggak bar-bar kayak dulu pertama awal ketemu denganku, meskipun aku nggak bohong kamu memang sebaik itu, Kaia."
Kaia tersenyum masam mendengar pujian itu. "Pasti kamu mau jadi istri yang baik, kan?"
Kedua matanya menyorot Andrea seketika. "Pertanyaan macam apa itu? Ya jelas lah, lo gila aja kali.. Masa gue mau jadi istri durhaka?"
"Ya takutnya.."
"Takut apa?"
"Zaman sekarang kan banyak ya contohnya hubungan menyimpang. Kayak apa tuh? Nikah kontrak, open relationship, terus perjanjian konyol─even mereka terikat janji pada Tuhan dan negara pun, bagi mereka yang nggak mau sungguh-sungguh pasti ada aja macamnya."
Lihat si polos ini? Duh.. Rasanya Kaia tidak rela kalau harus memberikan Andrea pada Arya Atmodjo. Arya Atmodjo is the one of bastards. Astaga, Indra Kesuma adalah teman Arya Atmodjo, jangan-jangan... Indra juga seorang bastard? Kalau iya, Kaia tidak akan main kendor.
"Ya gue nggak punya otak sejahat itu, Ndre... Sinetron banget ah elah, lo pikir nikah cuman skenario sekali jadi?"
Andrea tertawa mendengarnya. "Terus, sudah mulai urus segala macam? Oh ya, how about your Dad? Terus, kamu mau nikah dimana? Di kampung halaman kamu, Bali?"
Kaia mengangkat bahunya. "Mm, maybe? Tapi ya nggak tahu.. nanti deh, gue tanya sama Mas Indra mau nikah dimana."
"Ih temuin aku sama orangnya dong, Kaia.. Aku pengen ketemu sama calon suami kamu.."
"Gampang," balas Kaia santai.
"Suami?" sahut seseorang membuat Kaia dan Andrea melirik bersamaan.
Ternyata, Arya Atmodjo si pemilik FGM itu yang baru saja datang dan serobot tanpa permisi mengambil tempat duduk di sisi Andrea. "Suami siapa, Sayang?" tanyanya pada Andrea. "Eh, Kaia.." sapa Arya Atmodjo padanya.
Kaia mengangguk dan tersenyum. "Pak, gimana nih rasanya jadi calon pengantin?"
Arya Atmodjo malah tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. "Luar biasa.. Eh, tadi kalian lagi bicarakan apa? Suami siapa?"
Andrea melepaskan tangan Arya yang nangkring di bahu kanannya. "Ih, Ya.. Lepas dong, nggak enak dilihat yang lain."
"Kenapa sih? Aku kan rangkul kamu sayang, bukan rangkul cewek lain."
"Ya tapi kan─duh, ini lho.. Kaia mau nikah sebentar lagi!"
Gara-gara itu, Andrea jadi mengeraskan suaranya, terkadang Kaia bisa menilai kalau Arya Atmodjo ternyata lelaki yang menyukai skinship, kayak sulit bagi Arya kalau tidak menyentuh Andrea barang sekali saja. Arya Atmodjo ini memang senang mengganggu calon istrinya sendiri.
"Oh ya?" kedua mata Arya Atmodjo membulat seketika menatap Kaia. "Congrats, Kaia.. Finally, sama karyawan sini? Atau dari luar?"
"Dari luar, Pak." jawab Kaia cepat, pastilah Arya Atmodjo mengetahui hubungannya dulu bersama Zac. "Calon suami saya Indra Kesuma, Bapak kenal Indra Kesuma?" tanya Kaia sengaja memancing.
Arya seketika melotot dan tersedak oleh air liurnya sendiri ketika mendengarkan nama Indra Kesuma. "WHAT?!" pekiknya heboh membuat Andrea mengernyit. "Indra Kesuma from Kesuma Steel?"
Kaia tertawa pelan. "Iya, wah.. ternyata Bapak tahu, ya?"
"Of course!" balas Arya dengan semangat. "Indra Kesuma adalah sahabat dari kembaran saya Indira, Indra dan Indira kuliah bersama di NUS, Kaia."
Kaia belum mendengar soal ini, karena selama Indra tahu dia bekerja di FGM pun Indra tidak pernah menyinggung nama Arya dalam obrolan mereka.
"Oh, temannya Bu Indira.. saya agak kaget dengarnya." ujar Kaia memberi respon.
"Saya nggak sangka.. I mean, bukannya Indra Kesuma sudah menikah, ya? Bahkan Indra menikah saat dia masih berada di bangku kuliah."
"Sudah cerai, Pak." kesal deh, masa iya Arya Atmodjo tidak up to date. "Jadi ya.. akhirnya, saya dikenalkan oleh Mama dan kebetulan Mama saya kenal dengan orang tua Mas Indra secara langsung."
"Oh.. kalian berdua dijodohkan?" sahut Arya dengan santai.
Andrea menyikut tubuh Arya. "Kamu ini, Ya. Memang kenapa kalau dijodohkan?"
"Nggak apa-apa.." Arya tersenyum simpul. "Kapan rencana kalian menikah?"
"Setelah Bapak dengan Andrea menikah. Soalnya, saya nggak berani melangkahi suhu." ledeknya pada Andrea kini.
Andrea mengerucutkan bibirnya kesal. "Apa sih, Kaia? Yang minta doa beberapa bulan lalu biar ketemu jodoh dan nikah sama orang kaya siapa?"
"Siapa?" goda Kaia tak mau kalah.
"Kamu lah!"
Kaia tertawa puas. "Iya, Ndre. Doa gue terkabulkan nih."
"Ck, ck, calon nyonya.." goda Andrea lagi.
Arya mengerutkan keningnya pada Andrea. "Kamu juga calon nyonya, Sayang."
"Nggak ya, Ya. Sori. Aku tetap nggak akan jadi Nyonya siapapun."
"Lho? Kok gitu?!"
"Males, soalnya calon suami yang sekarang bikin—argh, Ya! Sakit!"
"Mau macem-macem, ya? Malam ini nggak boleh pulang baru tahu rasa!"
"Kamu mau dimarahi Ayahku, ya?!" ancam Andrea pada Arya.
Kaia tersenyum melihat perdebatan konyol diantara Arya Atmodjo dan Andrea sahabatnya. Ah, Indra Kesuma terkadang terlalu tegang kalau dekat dengannya, pria itu sepertinya kurang hiburan.
Atau mungkin, sepertinya malam ini Kaia harus memberi sedikit hiburan pada Indra Kesuma?
***
"Mas,"
Kaia menutup iPad milik Indra setelah memilih kartu undangan. Mereka memilih model simpel, dengan gradasi warna biru pastel di kartu undangan. Tidak hanya secara cetak, kartu undangan akan dibuat secara digital juga karena Indra ingin Kaia membagikan seluruh undangan pada seluruh temannya di kantor.
Yang mana, Kaia tidak sanggup untuk naik turun setiap lantai hanya untuk membagikan kartu undangan. Undangan digital lebih baik, pikirnya.
Indra baru saja keluar dari ruang kerjanya dan menyelesaikan panggilan telepon dengan personal asistennya.
"Ya?"
"Just in case, aku mau ajak kamu liburan buat satu minggu mau nggak?" tanya Kaia.
"Mau kemana?"
Indra menatap Kaia dengan heran, duduk di sisi Kaia dan membuat Kaia bisa memperhatikan rahang Indra yang terlihat bersih malam ini dibandingkan kemarin malam. Yah, sayang sekali..
"Aku pengen kenal kamu lebih dekat."
"Lho? Masih belum merasa dekat sama aku?" tanya Indra balik.
Kaia menggeleng. "Belum, bisa nggak?"
"Kamu mau ajak aku kemana? Satu minggu kelamaan."
"Liburan..." balas Kaia dengan rengekan. "Biar tahu satu sama lain, ya dengan liburan. Aku mau ajak kamu staycation."
"Kemana?"
"Bali. Bukan rumahku kok, tenang aja."
"Ya kalau mau ke rumah kamu juga nggak apa-apa." jawab Indra dengan senyumannya. "Jadi? Gimana kalau tiga hari?"
"Tiga hari ya?" cibir Kaia.
"Iya, Sayang.."
Duh, tiba-tiba imannya melemah begitu saja. "Jangan panggil aku gitu, Mas."
"Kenapa?"
"Nggak suka."
"Doyan kali, ah." goda Indra. "Buktinya, pipi kamu merah."
Kaia spontan memegang kedua pipinya dan menyipit kesal ketika melihat Indra menertawakannya. "Jahil banget sih, Mas?"
"Ya harus jahil dong, soalnya kamu nggak cerita-cerita sama aku soal hari ini."
"As usual.." keluh Kaia. Herannya, kenapa Indra selalu penasaran dengan kehidupannya di kantor? "Pagi tadi.. Ngobrol sama Arya Atmodjo, terus tunangannya Andrea, sahabat aku. Terus, kata Arya Atmodjo dia kenal kamu, Mas, karena kamu sahabat kembarannya. Benar?"
"Benar." jawab Indra dengan senyuman. "Indira, kamu tahu Indira Atmodjo?"
"Tahu.. pernah ketemu beberapa kali kalau beliau ke kantor, cantik sih, mereka kembar nggak identik ya, Mas?"
"Iya, Indira dulu kuliah bareng di Singapura denganku."
"Soal itu, aku juga tahu dari Arya Atmodjo, soalnya kamu nggak pernah cerita." balas Kaia dengan sebal.
Indra menarik lengannya dan memeluknya dari samping. "Nggak penting juga, aku malah sudah jarang ketemu Indira, dia juga sudah menikah jadi ya.. sudah jarang kumpul, teman-teman yang lain juga sudah sibuk sama kehidupan masing-masing."
Kaia menghirup semua aroma tubuh Indra dengan puas. "Alright, kita jadi nikah dimana?Tante Mila bilang, Nusa Penida oke."
"Memangnya kamu mau?"
"Kamu nih.. Kapan pernah aku protes, Mas?"
"Iya.. kamu kan yang terbaik,"
Kaia mencubit pinggang Indra. "Enak banget ledeknya."
Indra malah tertawa, memperat pelukan mereka. Entah kenapa, intensitas skinship antara dirinya dan Indra memang meningkat. Mungkin, entah itu mereka terlalu senang akan pernikahan yang kian mendekat, atau mungkin memang euforia orang jatuh cinta seperti ini adanya?
"I never imagine can feel a warm hug like this." gumam Kaia.
Indra bergumam, sedikit tersenyum dan mencium puncak kepala Kaia. "Memang, sebelumnya kamu bayangin apa?"
"Entah, karena rasanya udah malas berhubungan, diselingkuhi terus menerus bikin aku mikir kalau aku nggak pantas dan nggak diinginkan sama siapa pun."
"Buktinya, aku sekarang mau sama kamu. Kayaknya kalau Mama nggak panggil aku saat di acara undangan itu, aku nggak akan ketemu kamu, ya?" balas Indra mengenang pertemuan mereka.
Kaia tergelak seketika. "Sumpah ya, pertama kali ketemu sama kamu, kayak lihat oase di padang pasir tahu nggak?"
"Memangnya kenapa?"
"Aku udah lama nggak banyak berinteraksi sama cowok, aku pikir males duluan. Kenalan sama cowok random di kelab aja kayak nggak ada rasanya. Eh, tiba-tiba dikasih modelan kayak kamu."
"Kamu.." Indra mengeratkan pelukannya lagi. "Dari awal aku pikir kamu bakal nggak suka sama aku, apa lagi cewek ya.. You know what I mean, gampang banget menilai sebuah hubungan, tapi kamu pukul rata aku sama sikap kamu yang luar biasa itu, Kaia."
"Oh ya?" Kaia tersenyum jumawa. "Habis, pertama kali kita bicara di ruang kerja kamu itu, kamu kelihatan hopeless. Jujur, aku nggak suka ngelihat seseorang kehilangan harapan gitu."
"That's why I can hug you right now." balas Indra tak mau kalah.
Anehnya, kenapa Kaia bisa jatuh secepat ini pada Indra? Kenapa? Apa karena Indra membuatnya nyaman? "Mas.."
"Mm?"
"Bisa janji satu hal sama aku?"
"Apa?"
"Jangan pernah tinggalin aku, even aku punya kekurangan, kamu bisa bilang dan protes─"
Indra mengangkat dagu Kaia hingga wajahnya mendongak, tatapan keduanya saling membalas satu sama lain dan Kaia merasa seluruh aliran tubuhnya mengalir secara deras karena tatapan itu. "How can I?" tanya Indra tidak suka dengan semua ucapannya tadi. "Gimana bisa aku tinggalin kamu? Sementara kamu tetap bertahan setelah tahu aku─"
Tidak, Kaia tidak akan membiarkan Indra mengatakan hal-hal buruk tentangnya lagi. "It's just a vonis, dan aku percaya kita bisa berhasil."
"Jadi pada akhirnya kamu berharap, bukan?" Indra mengusap wajahnya dengan penuh kasih sayang.
Kaia memejamkan matanya, dan meresapi setiap sentuhan Indra di wajahnya. "We'll live, Mas. Dan memiliki satu harapan bukan berarti kita akan kecewa, satu lagi.. kamu terlalu skeptis, kamu belum tidurin aku, Mas. Kita belum melakukan apa pun, jadi bagaimana bisa kamu mengira aku nggak akan berhasil dibuahi sama kamu nanti?"
Indra terkekeh pelan, dengan segala kecemasannya dan ketakutannya sebagai pria, Indra berusaha mengenyahkan segalanya demi memuaskan ekspektasi Kaia. Tanpa Kaia sadari, bahwa Indra mungkin bisa melakukan apa pun hanya untuk memberikan apa yang Kaia inginkan.
***
a/n:
Siapa yang kangen Arya-Andrea? Wkwkwk.
Indra nih bagusnya dijadikan good man apa bad man, sih? Soalnya.. sejauh ini, kepribadian dia masih oke-oke aja, nggak ada yang mencurigakan.
Kalian pernah ketemu nggak sama cewek, yang keras, susah diatur, nggak pernah mau diatur sama cowoknya, tukang ngebangkang, merasa independent dan nggak pernah kelihatan saat menjalani hubungan? Nah, itu tuh Kaia sebelum ketemu Indra.
Kalau kayak gini, apa jadinya Kaia bucin sama Indra? Hahahaha.
3 Agustus 2022.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro